Kajian Kita Hikam Pasal 8 tentang, 'Pencapaian Ma'rifatullah adalah Hadiah Istimewa Allah'

 
Kajian Kita Hikam Pasal 8 tentang, 'Pencapaian Ma'rifatullah adalah Hadiah Istimewa Allah'

LADUNI.ID, Jakarta - Kajian Kita Al-Hikam Pasal 8 tentang, 'Pencapaian Ma'rifatullah adalah Hadiah Istimewa Allah'

Oleh : Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan

Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam pasal 8 berkata:

إِذَا فَتَحَ لَـكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلاَ تُبــَالِ مَعَهَا أِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَإِنَّـهُ مَا فَـتَـحَهَا لَكَ إِلاَّ وَهُوَ يُرِ يْدُ أَنْ يَـتَـعَرَّفَ إِلَيكَ. أَلَمْ تَـعْلَمْ أَنَّ الـتَّــعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ، وَاْلأَعْمَالُ أَنْتَ مُــهْدِ يْــهَا إِلَـيْهِ، وَأَيــْنَ مَا تُــهْدِ يْهِ إِلَـيْهِ مِمَّا هُـوَ مُوْرِدُهُ عَلَـيْكَ

"Ketika Dia (Allah) membukakan bagimu Wajah-Nya dalam Alam Ma'rifatullah ( Mi'raj Ruhani / Musyahadah ), maka janganlah engkau bandingkan (hadirnya) Ma'rifatullah itu dengan sedikitnya amal-amal ibadahmu. Karena sesungguhnya Dia (Allah) tidak membukakan cahaya Ma'rifatullah itu bagimu kecuali Dia (Allah) benar-benar menginginkan untuk memperkenalkan (Diri-Nya) kepadamu.

Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya Ma'rifatullah itu benar-benar Allah yang menginginkannya atasmu, sedangkan amal-amal ibadah itu hanya suatu hadiah dari engkau kepada-Nya; maka tidaklah sebanding antara ibadah yang engkau hadiahkan kepada-Nya dengan hadiah Ma'rifatullah yang Dia Allah hadiahkan untukmu."

Penjelasan (Syarah)

Ada rahasia yang sangat halus dan mendalam dibalik nasehat Syaikh Ibnu Athaillah dalam pasal ke-8 ini.

Syaikh Ibnu Athaillah bukan hendak mengatakan bahwa amaliah tidak berarti, karena itu adalah tanda kepatuhan kepada-Nya. Namun ada urgensi yang lebih besar dari itu yang harus dimiliki setiap pejalan ruhani.

Ketika Allah membuka "Wajah-Nya dalam alam Ma'rifatullah," maka yang Dia anugerahkan kepada seorang hamba adalah Diri-Nya, Eksistensi-Nya, bukan semata perbuatan-Nya, karunia-Nya, atau surga-Nya.

Maka tidaklah sebanding ketika Allah menyerahkan seluruh Diri-Nya untuk dikenali, sementara seseorang hanya menyerahkan amal perbuatannya, bukan dirinya untuk Allah.

Adalah Nabi Muhammad Rasulullah SAW memberi nasihat kepada putrinya Sayyidah Fatimah Az-Zahra. untuk senantiasa berdoa pada setiap pagi dan petang:

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ! أَصْلِحْ لِي شَأْنِيَ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Wahai (Dzat Allah) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya; dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata." H.R. Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim.

Dalam hadits yang lain disabdakan:

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ

"Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang kuharapkan! Maka janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku meski sekejap mata, dan perbaikilah urusanku seluruhnya. (Sungguh) tidak ada tuhan selain Engkau." H.R. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban.

Bahwa kebanyakan manusia membanggakan urusannya kepada dirinya, kepintarannya, jabatannya, kedudukan nya, dan amal perbuatannya. Dan sangatlah sedikit manusia yang berserah diri (tawadhu' dan tawakal) sepenuhnya kepada Allah. Sementara dalam Al-Quran difirmankan bahwa sebaik-baik agama seseorang adalah yang, aslama wajhahu (menyerahkan wajahnya), seluruh eksistensinya, seluruh jiwa-raganya, hidup dan matinya, hanya kepada Allah.

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun seorang yang ihsan dan mengikuti millah Ibrahim yang lurus?." Q.S. An-Nisa [4]: 125

Ma'rifatullah (mengenal kepada Allah), itu adalah puncak keberuntungan seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak perlu pedulikan berapa banyak amal perbuatanmu, walaupun masih sedikit amal kebaikanmu. Sebab Ma'rifatullah itu suatu karunia dan pemberian langsung dari Allah, maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikanmu.

Sahabat Nabi, yaitu Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah azza wajalla berfirman: "Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian ia tidak mengeluh kepada orang lain, maka Aku lepaskan ia dari ikatan-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari semula, dan ia boleh memperbarui amal, sebab yang lalu telah diampuni semua."

Diriwayatkan: Bahwa Allah telah menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi di antara beberapa Nabi-Nya . _"Aku telah menurunkan ujian kepada salah seorang hamba-Ku, maka ia berdoa dan tetap Aku tunda permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku berkata kepadanya: Hamba-Ku bagaimana Aku akan melepaskan dari padamu rahmat yang justru ujian itu mengandung rahmat-Ku."

Karena dengan segala amal kebaikanmu engkau tidak dapat sampai ke tingkat yang akan Allah berikan kepadamu, maka dengan ujian itulah engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan di sisi Allah.

Kesimpulan
Pencapaian Ma'rifatullah adalah karena Allah menginginkan manusia mengenal-Nya dan merupakan HADIAH ALLAH kepada kekasih-NYA, bukan karena kehebatan ibadahnya.

Referensi, Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam pasal 8

(*)