Akhirnya Presiden Trump Siap Berunding dengan Presiden Iran

 
Akhirnya Presiden Trump Siap Berunding dengan Presiden Iran

LADUNI.ID, Donald Trump pada akhirnya mengaku siap bertemu dengan Presiden Hassan Rouhani demi meredakan ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.

Presiden Amerika tersebut mengumumkan kesiapan ini setelah Presiden Perancis, Emmanuel Macron, mengatakan bahwa ia siap memfasilitasi pertemuan tatap muka antara presiden AS dan Iran tersebut.

"Jika situasinya benar, saya pasti akan setuju," tutur Trump usai bertemu dengan Macron di sela konferensi tingkat tinggi G7 di Perancis pada Senin (26/8).

Trump sendiri yakin Rouhani juga ingin bertemu demi meredakan ketegangan antara AS dan Iran selama beberapa bulan belakangan.

Presiden Trump mengatakan "Saya pikir dia juga ingin bertemu. Saya pikir Iran mau meluruskan situasi," .

Macron kemudian mengatakan bahwa Trump dan Rouhani kemungkinan akan bertemu dalam kurun waktu beberapa pekan ke depan.

Ketika ditanya setuju atau tidak dengan waktu pertemuan yang ditawarkan Macron, Trump hanya menjawab, "Ya."

Macron tak menjabarkan lebih lanjut waktu pasti pertemuan tersebut. Namun, Trump dan Rouhani sama-sama akan berada di New York untuk menghadiri sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir September mendatang.

Tak berapa lama sebelum pengumuman ini, Trump sempat menolak bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, di sela G7.

Kedatangan Zarif itu memang tidak diumumkan. Dia diundang untuk bertemu Macron yang berusaha meredakan tensi antara Iran dan AS akibat permasalahan program nuklir Teheran.

Kemelut kedua negara bermula sejak Juli lalu, ketika Iran mengumumkan bahwa mereka melakukan pengayaan uranium melebihi batas yang ditentukan dalam perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Kesepakatan yang digagas di era Barack Obama itu menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen, jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir yaitu 90 persen.

Sebagai timbal balik, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran. 

Akan tetapi, di bawah komando Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran.

Pemerintah Iran bertekad bakal terus melakukan pengayaan uranium jika negara-negara lain yang menandatangani perjanjian itu tak berbuat apa pun untuk melawan AS.

Semenjak itu, tensi antara Iran dan AS terus meningkat dengan isu pengerahan militer hingga uji coba rudal Teheran.