Celaka dan Bahagia, Pelajaran dari Kisah Nabi Adam dan Iblis

 
Celaka dan Bahagia, Pelajaran dari Kisah Nabi Adam dan Iblis

LADUNI.ID, Jakarta - Kehidupan tidak bisa dilepaskan kisah bahagia dan celaka. Semua orang pasti memilih yang bahagia. Tapi faktanya, tidak sedikit yang memilih menjadi celaka, bahkan itu dipilih dengan kesadaran diri. Itulah ironi, hatinya menginginkan bahagia, tapi nafsunya mengajak pada celaka.

Dari sini, Imam Nawawi dalam kitab Nashoihul Ibad menjelaskan tentang bahagia dan celaka dari kisah Adam dan Iblis. Keduanya menjadi kisah dan sejarah bagi manusia untuk memilih, sehingga kelak akan mendapatkan ganjaran sesuai pilihannya.

Imam Nawawi menjelaskan dari Muhammad Ibnu Dauri RA yang  mengatakan, “Iblis itu celaka karena 5 sebab, yakni:

  1. Tak pernah mengakui dosa yang pernah dilakukannya.
  2. Tak pernah menyesal setelah melakukan dosa.
  3. Tak pernah mencela dirinya sendiri.
  4. Tak pernah mempunyai niat untuk bertobat.
  5. Putus asa dari rahmat Allah SWT.

Sebaliknya, Nabi Adam AS merasa bahagia karena 5 sebab, yakni:

  1. Mau mengakui dosa yang pernah dilakukannya.
  2. Menyesali dosanya.
  3. Mencela dirinya sendiri (karena kesalahannya)
  4. Segera bertobat (setiap melakukan kesalahan).
  5. Tidak putus asa dari rahmat Allah SWT.

Allah merekam doa dan permohonan ampun Nabi Adam a.s. dalam Al-Quran: “Rabbana zhalamna anfusanaa wa ilam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakunanna minal khasiriin.”(Wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Apabila Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, tentu kami termasuk orang yang merugi.”(QS Al-A’raf [7]: 23).

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba itu jika mau mengakui dosa yang dikerjakannya, kemudia bertobat kepada Allah, niscaya Allah akan mengampuni dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Pengakuan dosa, penyesalan atas dosa dan pertobatan yang dilakukan oleh Nabi Adam a.s. adalah pelajaran yang sangat berguna bagi kita. Penyesalan atas sebuah dosa yang pernah kita lakukan merupakan kifarat atas dosa kita.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melakukan kesalahan atau dosa, kemudian dia menyesal, maka penyesalan itu adalah kifaratnya.” (HR Baihaqi, dari Abdullah bin Mas’ud).

(Muhammad Alfatih Sukardi)