Membagi Porsi Ikhtiar dan Doa

 
Membagi Porsi Ikhtiar dan Doa
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta -  Dulu di zaman Nabi SAW sudah ada wabah penyakit yang menular. Semua selesai dengan doa Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. 

Selanjutnya dikisahkan, bahwa berbeda dengan yang terjadi di masa Sayidina Umar menjadi Khalifah, saat itu seakan cara pandangnnya tidak hanya bertumpu pada doa sepenuhnya, tapi disertai ikhtiar atau usaha. Hal ini bisa dilihat dalam riwayat Imam Bukhari mengenai kisah ketika Sayidina Umar ditanya oleh Abu Ubaidah bin Jarrah saat beliau tidak jadi berangkat ke Negeri Syam yang mengalami penyakit Thaun,

ﺃَﻓِﺮَاﺭًا ﻣِﻦْ ﻗﺪﺭ اﻟﻠَّﻪِ؟

"Apakah engkau lari dari takdir Allah?"

ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻋُﻤَﺮُ: ﻧَﻌَﻢْ ﻧﻔﺮ ﻣِﻦْ ﻗَﺪَﺭِ اﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﺪَﺭِ اﻟﻠَّﻪِ

"Umar berkata, 'Ya, kami lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.'" 

Dalam konteks kehidupan yang kita hadapi pun demikian adanya. Kita menggunakan keduanya, ada porsi untuk ikhtiar dan juga doa. Memang kita meyakini hukum kausalitas (sabab musabab), tetapi porsinya adalah 90% untuk usaha dan 10% untuk doa. Demikianlah penjelasan yang pernah disampaikan oleh Dr. Atoillah Isvandiary. 

Segala hal yang mengantarkan kita pada sebab kebaikan tetap dijalani, tanpa menafikan doa yang menegaskan kita tetap bergantung kepada Allah SWT. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 03 Juni 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Ma'ruf Khozin

Editor: Hakim