Gelombang Pandemi Susulan dan Sikap Bijak Kita

 
Gelombang Pandemi Susulan dan Sikap Bijak Kita

LADUNI.ID, Jakarta - Terhitung sejak awal bulan Maret 2020 pemerintah secara resmi mengakui Indonesia menjadi negara terdampak covid19 yang disusul membentuk Satuan Tugas Gugus Nasional Covid19. Tak lama setelah itu kepala negara menyatakan status darurat nasional dengan mewabahnya covid19.

Covid19 adalah virus hasil mutasi dari virus influenza yang beberapa tahun sebelumnya pernah mewabah di Indonesia dan dunia. Kita masih ingat di tahun 2003 negeri kita termasuk negara yang yang terkena wabah SARS (infeksi saluran pernapasan akut). Tak lama kemudian di tahun 2006 kembali terjadi wabah avian influenza (flu burung). Keduanya disebabkan oleh keluarga virus mematikan yang sama.

Lalu kini hasil mutasi kedua jenis virus diatas menghasilkan jenis virus yang tipe baru yang luas dikenal dengan nama Corona Virus Desease 19. Tipe ini sangat berbahaya terutama jika dilihat cara penularannya. Tidak seperti jenis-jenis sebelumnya, virus Corona sangat mudah dan cepat menular. Melalui berbagai peralatan dan bahan bisa menjadi media transit virus ini. Meja, kursi, gagang pintu, peralatan rumah tangga, karpet, pakaian, kendaraan dan material lain yang dekat dengan kehidupan manusia bisa menjadi rumah singgah virus Corona. Sehingga bisa dikatakan perilaku sehari-hari manusia sudah nyata tersergap oleh banyak jebakan covid19.

Kemudian cara menjangkiti tubuh manusia juga sangat mudah karena virus baru tersebut akan cepat memperbanyak diri dalam cairan lendir manusia yang biasa terdapat dalam hidung, mulut dan mata kita. Maka tidak mengherankan pada awal masuknya covid19 ke negeri kita sangat memusingkan penyelenggara negara dan kebingungan melanda banyak kalangan.

Bersamaan dengan itu korban mulai berjatuhan di beberapa kota besar. Catatan statistik orang terjangkit covid19 membuat panik masyarakat yang belum sepenuhnya paham dengan banyak hal tentang covid19.

Dalam situasi darurat masyarakat harus mampu berpikir cepat dan bertindak tepat. Begitu pula dengan pemerintah. Sebagai pihak berwenang sudah seharusnya bertindak cepat dan akurat dalam mengedukasi masyarakat dalam mencegah meluasnya pandemi Covid19.

Puluhan protokol ditulis menjadi pedoman banyak elemen masyarakat dengan satu tujuan memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.

Normal baru yang pincang

Setelah tiga bulan pandemi Covid19 berlangsung pemerintah tampak puas dengan hasil upayanya dalam mengendalikan angka kematian dan jumlah warga terpapar. Dengan tujuan mengembalikan sektor kehidupan lainnya Presiden mengumumkan pelonggaran pembatasan aktivitas sosial. Tujuan utamanya adalah menghidupkan kembali kehidupan ekonomi yang mengalami kemandegan. Pertumbuhan negatif tentu membahayakan kehidupan sosial politik dan ekonomi masyarakat.

Karena itu pemerintah mencanangkan kehidupan normal baru (new normal life). Mesin-mesin pabrik mulai dihidupkan kembali, angkutan umum mulai ramai penumpang dan kantor-kantor mulai buka seperti hari-hari biasa. Roda ekonomi berputar, kehidupan ekonomi masyarakat membaik dan tentu saja produksi nasional meningkat.

Namun demikian rumusan protokol Kesehatan tak sepenuhnya dapat dijalankan dalam situasi sibuk berproduksi. Kontrol penerapan aturan pandemi juga repot ditegakkan ditengah padatnya lalu lintas transportasi baik darat, laut maupun udara.

Sehingga di bulan keenam masa pandemi jumlah penduduk terpapar covid19 meledak. Demikian pula dengan angka kematian yang terkait infeksi Covid19. Hingga saat ini angka kematian telah tembus angka sepuluh ribu. Satu angka yang sangat besar dibanding tiga bulan Juni 2020 lalu yang masih berkisar dua ribuan.

Ledakan angka covid19 ini kita sebut gelombang pandemi kedua menyusul pandemi gelombang pertama yang terjadi antara bukan Maret hingga Juni 2020.

Pengetatan kembali dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Seperangkat kebijakan juga disiapkan oleh pemerintah pusat.

Harapan kita berbagai kebijakan pemerintah pusat dan daerah dapat mengendalikan penyelenggaraan covid19. Jika mungkin memutus mata rantai penularan virus berbahaya tersebut.

Alternatif Penyelesaian

Beberapa upaya perlu dilakukan guna mengatasi meluasnya wabah virus Corona. Tujuannya untuk mengendalikan ledakan lebih jauh tingginya angka kematian akibat Covid19. Beberapa pilihan itu diantaranya adalah:

1. Pengembangan vaksin covid19

Vaksin yang dikembangkan berguna untuk merekayasa imunitas warga yang telah disuntik vaksin. Cara kerja vaksin persis dengan imunisasi beberapa jenis virus: cacar, tuberculosis, tetanus, polio dan lain-lain yang sudah beberapa dekade dilakukan kementerian Kesehatan republik Indonesia.

Hanya saja waktu pengembangan vaksin virus baru membutuhkan waktu paling cepat 18 bulan. Sehingga pemerintah perlu melakukan upaya lain sambil menanti selesainya uji coba vaksin covid19.

Berhasilnya uji coba vaksin corona adalah jaminan selesainya penanggulangan pandemi Covid19.

2. Pengembangan teknik pengobatan

Teknik pengobatan bisa dilakukan dalam pengobati penyakit tertentu. Sebagai contoh Hepatitis dan tipes sejauh ini belum ditemukan obat anti virusnya. Namun bisa diupayakan melalui teknik kombinasi beberapa jenis obat.

Teknik tersebut bisa dilakukan untuk mengobati pasien Covid19 setelah ada penelitian yang tidak terlalu rumit.

3. Rekayasa imunitas buatan

Penyembuhan penderita covid19 bisa juga dilakukan dengan merekayasa imunitas tubuhnya dengan menyuntikkan plasma darah pasien lain yang telah sembuh. Teknik ini disebut terapi plasma kovalesten.

Penjelasannya plasma yang diambil dari pasien Covid19 yang telah sembuh telah mengandung antibodi. Sehingga setelah disuntikkan di tubuh penderita covid19 plasma yang masuk akan merangsang produksi antibodi dalam tubuh pasien Covid19.

4. Membangun budaya normal baru

Tak kalah penting bagi masyarakat perlu mengembangkan budaya dan kebiasaan baru menghadapi pandemi yang makin luas.

Masyarakat dikondisikan untuk secara cerdas melaksanakan pemahamannya tentang covid19 dan acuan protokolnya dalam kehidupan sehari-hari.

Sosial distancing (menjaga jarak) penting dilakukan secara cerdas agar tidak menimbulkan social illness (kerenggangan sosial). Demikian pula pemahaman akan pola hinggap virus ditubuh dan pola infeksi virus harus menjadi dasar perilaku sehat.

5. Membangun lanskap psikologis

Situasi psikologi massa yang jauh dari ketentraman jelas memperlambat penyelesaian. Perbaikan kondisi publik yang tertekan penting diupayakan untuk membangun kesiapan mental menghadapi perkembangan pandemi gelombang kedua.

Masyarakat religius akan lebih mudah mengupayakan posisi kejiwaan yang baik melalui jalur spiritual. Covid19 sebagai makhluk Tuhan telah menimbulkan kehebohan global karena besarnya dampak ikutannya. Kehidupan sosial, roda ekonomi hingga tensi politik mengalami disrupsi.

Seharusnya tidak demikian jika penduduk bumi mampu menempatkan pandemi akibat meluasnya penyelenggaraan virus tersebut. Spiritualitas sebagai representasi keimanan pada yang mahakuasa akan mengantarkan pemahaman umat bertuhan pada kesadaran sifat kedhoifannya.

Dengan begitu ketakutan, kegelisahan dan kepanikan tak perlu terjadi secara masif yang hanya akan memperburuk situasi. Ikhtiar akan sulit memperoleh hasil dan ide brilian akan sulit muncul guna mengatasi ujian pandemi ini.

Kembali ke jalan ilahi lebih baik dijadikan pilihan untuk memperoleh landasan kokoh menghadapi ujian yang mahakuasa.*

 

*) Oleh Eko S Nurcahyadi, pegiat literasi dan pekerja sosial.