Ilmu Dicabut Bersamaan dengan Wafatnya Ulama

 
Ilmu Dicabut Bersamaan dengan Wafatnya Ulama
Sumber Gambar: Facebook/Pesantre Online

Laduni.ID, Jakarta – Semenjak pandemi covid-19 menyerang seluruh dunia, sudah banyak orang-orang mulai yang wafat. Ulama-ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang giat belajar, berdakwah, mengajar, dan memberikan pencerahan kepada umat telah banyak Allah panggil untuk menghadap.

Dengan wafatnya ulama, Allah juga mengangkat suatu ilmu dari muka bumi. Sebagaimana hadits Nabi SAW:

عن عبد الله بن عمرو بن عاص رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda:

“Kematian ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku daripada meninggalnya satu orang ulama.” (HR Al-Baihaqi)

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa dua hadits di atas tidak hanya berfokus pada wafatnya para ulama, melainkan dicabutnya ilmu dari manusia. Sehingga menyebabkan manusia berbondong-bondong menghampiri orang bodoh yang tdak mengerti agama dan mengeluarkan fatwa agama dengan kebodohonnya, akhirnya mereka saling sesat-menyesatkan.

Imam Al-Hafizh Jalaluddin bin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi pernah menuliskan hadits Rasulullah SAW dalam kitabnya, Tanqih Al-Qaul:

وقال عليه الصلاة والسلام: مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَوْتِ العَالِمِ، فَهُوَ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ (قالها ثلاث مرات)

“Barangsiapa yang tidak sedih dengan kematian ulama maka dia adalah munafik, munafik, munafik.”

Sebagai seorang santri, penerus daripada para guru hendaknya kita semakin semangat dalam belajar. Tonggak estafet dakwah para ulama, guru, dan auliya Allah ada pada santri.

“Hendaklah kalian mempelajari ilmu sebelum dicabut, dan dicabutnya ilmu dengan cara wafatnya para ulama,” kata Abdullah Ibnu Mas’ud.

Disadur dari Pesantren Online


Editor: Daniel Simatupang