Kisah Legenda, Fabel Aesop: Rubah dan Anggur Masam

 
Kisah Legenda, Fabel Aesop: Rubah dan Anggur Masam
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pixabay

Laduni.ID, Jakarta – Aesop merupakan seorang pengarang dan penutur cerita asal Yunani yang hidup antara 620-564 SM. Aesop terkenal dengan karya fabelnya (cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berperilaku menyerupai manusia) yang sederhana dan banyak memberi pelajaran moral tentang kehidupan.

Banyak fabel Aesop yang masih relevan dengan kondisi zaman saat ini, salah satunya ialah kisah “Rubah dan Anggur Masam”. Istilah ekspresi “anggur masam” juga bermula dari fabel ini.

Tersebutlah seekor rubah yang berjalan di sebuah padang yang luas, dalam perjalanannya rubah itu melihat pohon anggur yang merambat pada sebuah pohon besar dan ada buah anggur yang menggiurkan. Maka ia pun berusaha menggapai buah anggur itu. Namun saying, tubuhnya tak cukup tinggi untuk menggapai buah tersebut walau ia sudah berusaha memanjat.

Ia berusaha kembali, kali ini ia melompat setinggi-tingginya berharap dapat menggapai tangkai anggur yang terlihat enak itu. Namun tetap saja, buah anggur itu tak sedikit pun diraihnya. Ia berputar mengelilingi ponon itu, duduk, berdiri, dan mengulanginya berkali-kali namun buah itu tetap pada tembatnya, alih-alih mendapatkan ide bagaimana mendapatkan buah anggur itu, tenanganya habis terkuras pada hal yang tak penting.

Segala usaha telah dikerahkan rubah itu, namun nasib baik belum berpihaknya. Sambal memandangi anggur itu, ia mengutuki diri sendiri tak memiliki tubuh setinggi jerapah atau sayap seperti burung yang bisa membantunya meraih anggur itu dan memakannya.

Akhirnya rubah itu pergi tanpa hasil sedikit pun. Karena tak mau dianggap gagal, ia pun membuat asumsi bahwa mungkin saja buah anggur itu kecut/masam. Sehingga kalaupun ia berhasil menjangkaunya, maka perjuangannya akan sia-sia karena pada akhirnya anggur itu tak akan dimakan.

Rubah itu pun percaya pada asumsinya, ia terhibur dan merasa senang. Sehingga sepanjang hidupnya ia berpikir bahwa anggur di semua pohon di dunia berasa masam. Kepada anak-anaknya ia mewariskan sebuah pepatah “tak semua yang membuatmu terlihat menyenangkan akan menggembirakan”. Kebajikan bagus yang lahir dari asumsi yang keliru.

Masalahnya, semua asumsi tak selalu melahirkan kebajikan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali seperti rubah, menduga apa yang ada di hadapan kita tak sanggup untuk dihadapi atau menganggap enteng tanpa mencobanya terlebih dahulu. Kita juga sering berasumsi liar tentang sesuatu yang kita hadapi, berperasangka buruk pada sesuatu yang belum diketahui kebenarannya. Bahkan dalam keadaan tertentu, kita selalu menyalahkan takdir.

Seperti rubah itu, kita mengutuk diri sendiri karena tidak diberikan leher yang panjang atau sayap untuk terbang. Atau malah kita juga menyalahkan Tuhan karena menciptakan “buah” yang menggiurkan namun tak sanggup dijangkau dan dinikmati oleh diri kita.

Rubah itu tak berpikir sebaliknya, bahwa rezeki dan makanannya tak terletak pada “pohon” itu. Ia tak bersyukur memiliki taring yang kuat, rahang yang kokoh, dan kaki yang kuat untuk berlari mengejar mangsa yang tidak berada di atas pohon. Anggur itu pun telah melumpuhkan pikirannya sehingga ia jatuh pada kesimpulan bahwa semua anggur di dunia terasa masam.

Jika saja rubah itu mau berpikir ulang semua upaya, takdir, dan kenapa Tuhan menciptakan “pohon anggur” yang tinggi sehingga ia tak dapat mencapainya, mungkin ia akan menemukan “anggur” lain di tempat berbeda. Sehingga ia berhenti pada asumsi anggur masam yang bahkan belum ia rasakan.

Dalam beberapa fabel lain, Aesop juga mengingatkan bahwa makhluk berakal tak akan mampu sepenuhnya menggapai kebenaran, karena kebenaran akan selalu ada seiring berkembangnya pikiran. Kebenaran hari ini belum tentu menjadi kebenaran di hari esok, begitu pula seterusnya. Sungguh merugi mereka yang menganggap diri paling benar.

Disadur dari tulisan Bagja Hidayat, wartawan majalah Tempo sejak 2001 dan pendiri blog “Catatan Iseng”

Sumber gambar Weasyl.com dan Wikipedia


Editor: Daniel Simatupang