Ada Apa di Bulan Sya'ban?

 
Ada Apa di Bulan Sya'ban?
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sebelum memasuki bulan Ramadhan, kita akan menyambut terlebih dahulu bulan yang memiliki banyak keistimewaan, yaitu bulan Sya'ban. Bulan ini sangat istimewa, karena di dalamnya merupakan momentum diangkatnya amal kebaikan seluruh manusia selama satu tahun ke hadapan Allah SWT. Karena itu, di fase akhir ini setiap orang harus bersungguh-sungguh meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya.

Rasulullah SAW bersabda:

وَإنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ 

 “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)

Sebagaimana keterangan Hadis tersebut, maka momentum bulan Sya'ban untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah jangan dilewatkan begitu saja. Meski sebelumnya kita sering mengabaikan kesempatan untuk beribadah dengan baik, setidaknya di bulan Sya'ban ini kita bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas beribadah. Jangan sampai catatan amal selama setahun ditutup dengan keburukan.

Membahas bulan Sya'ban yang sangat istimewa ini, ditemukan sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa bulan ini adalah bulannya. Keterangan ini sebagaimana riwayat yang dikutip oleh Imam Ad-Dzahabi. Berikut bunyi Hadis tersebut:

رَجَبُ شَهْرُ اللهِ، وَشَعْبَانُ شَهْرِيْ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِيْ

"Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku."

Riwayat tersebut memang dinilai dha'if oleh banyak ulama, namun meski demikian bisa dijadikan sebagai inspirasi untuk meningkatkan semangat berbuat kebaikan. Tapi yang perlu di catat adalah, bahwa bulan Sya'ban merupakan bulan yang istimewa, karenanya kebaikan-kebaikan yang dilakukan di bulan ini juga dinilai istimewa. 

Salah satu alasan kenapa bulan ini disebut Sya'ban, menurut Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam Kitab Madza fi Sya'ban, penjelasannya adalah sebagaimana berikut ini:

سُمِيَ شَعْبَانَ لِأَنَّهُ يَتَشَعَّبُ مِنْهُ خَيْرٌ كَثِيْرٌ

"Disebut bulan Sya'ban karena darinya terpancar kebaikan yang banyak."

Ibnu Dahiyah di dalam Kitab Ma Wudhiha wa Istabana fi Fadhaili Syahri Sya'ban, menjelaskan mengenai sejumlah peristiwa yang terjadi di bulan Sya'ban, salah satunya adalah tentang pemindahan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram.

وَفِيهِ نَزَلَتْ فَرِيضَةُ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَفِي النِّصْفِ مِنْهُ حُوِّلَتِ الْقِبْلَةُ مِنَ الْمَسْجِدِ الأَقْصَى إِلَى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الْمَحْفُوفِ بِالرَّحْمَةِ وَالْغُفْرَانِ، فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى الْيَهُودِ وَعُبَّادِ الصُّلْبَانِ وَالأَوْثَانِ

"Di bulan Sya'ban turun kewajiban puasa bulan Ramadhan dan di malam Nishfu Sya'ban terjadi pemindahan kiblat dari Masjid Al-Aqsha menuju Masjidil Haram yang penuh dengan rahmat dan pengampunan. Dan hal itu dirasa berat oleh orang Yahudi, Kristen dan para penyembah berhala."

Jadi, karena bulan Sya'ban merupakan bulan yang istimewa, lal apa saja ibadah yang perlu ditingkatkan di bulan Sya'ban tersebut? Berikut beberapa di antaranya yang bisa dilakukan:

Pertama, puasa. Dalam sebuah hadis disebutkan keterangan mengenai hal ini.

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: 'Aku bertanya pada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa dalam sebulan sebagaimana engkau lakukan di bulan Sya’ban.’ Rasulullah menjawab, ‘Bulan itu (Sya’ban) adalah bulan yang banyak orang lalai darinya, karena berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Pada bulan Sya’ban, amalan diangkat kepada hadirat Allah, maka aku ingin amalanku diangkat sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.’” (HR. An-Nasa’i)

Kedua, memperbanyak shalawat. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Qasthalani di dalam Kitab Al-Mawahib Al-Laduniyah bil Minah Al-Muhammadiyah. 

إِنَّ شَهْرَ شَعْبَانَ شَهْرُ الصَّلَاةِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لِأَنَّ آيَةَ الصَّلَاةِ، يعنى إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ( سورة الأحزاب) نُزِلَتْ فِيْهِ. وَاللهُ أَعْلَمُ.

"Sesungguhnya bulan Sya'ban adalah bulan membaca shalawat untuk Rasulullah. Karena ayat shalawat (QS. Al-Ahzab: 56) turun pada bulan Sya'ban."

Ketiga, meningkatkan bacaan Al-Qur'an. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab di dalam kitabnya, Lathaif Al-Ma'arif. 

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ الْمُسْلِمُوْنَ إِذَا دَخَلَ شَعْبَانَ اِنْكَبُّوْا عَلَى الْمَصَاحِفِ فَقَرَؤُوْهَا وَأَخْرَجُوْا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ تَقْوِيَةً لِلضَّعِيْفِ وَالْمِسْكِيْنِ عَلَى صِيَامِ رَمَضَانَ 

“Dari Anas: Umat Islam jika masuk bulan Sya'ban sibuk dengan membaca mushaf Al-Quran dan mengeluarkan zakat harta mereka untuk menjadi bekal bagi orang lemah dan miskin untuk persiapan puasa Ramadhan.”

Khusus di pertengahan bulan Sya'ban, ada momentum istimewa yang disebut dengan Malam Nishfu Sya'ban. Malam Nishfu Sya'ban adalah salah satu malam mustajabnya doa. Salah satu keterangan mengenai hal itu terdapat di dalam Kitab Al-Umm, Imam Syafi'i mengutip riwayat berikut ini:

خَمْسُ لَيالٍ لا تُرَدُّ فِيهِنَّ الدَّعْوَةُ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ وَلَيْلَةُ الجُمُعَةِ وَلَيْلَةُ الفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ

“Ada lima malam, yang doa tidak akan ditolak pada malam-malam itu, yaitu malam pertama di bulan Rajab, malam pertengahan di bulan Sya’ban, malam Jumat, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha.”

Dalam Kitab Syu'abul Iman, Imam Al-Baihaqi meriwayatkan sebuah Hadis mengenai hal itu.

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَتَهَا، وَصُومُوا يَوْمَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ، أَلَا مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ، أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

"Apabila (tiba) malam pertengahan pada bulan Sya’ban, maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman, ‘Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku? maka Aku akan mengampuninya. Adakah orang yang meminta rezeki? maka Aku akan memberinya rezeki. Adakah orang yang meminta pada-Ku? maka akan Aku beri. Adakah yang begini, dan adakah yang beginu, hingga terbit fajar.’" (HR. Baihaqi)

Lalu bagaimana dengan tradisi membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali pada malam Nishfu Sya'ban? Mengenai hal ini, penjelasannya bisa dilihat di dalam Kitab Asnal Mathalib fi Ahadisa Mukhtalifatil Maratib karya Syaikh Muhammad bin Darwisy. Beliau mengatakan berikut ini:

وَأَمَّا قِرَاءَةُ سُوْرَةِ يس لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُعَاءِ الْمَشْهُوْرِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ بَعْضِ أهْلِ الصَّلاَحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ قِيْلَ هُوَ الْبُوْنِى وَلاَ بَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ

“Adapun pembacaan Surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syaikh Al-Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk.”

Jadi, tradisi membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali di malam Nishfu Sya'ban merupakan amalan yang baik dan sangat dianjurkan oleh para ulama, sebab telah terbukti keutamaannya. Apalagi sebagaimana diketahui bahwa Surat Yasin merupakan surat yang sangat istimewa, yang disebut juga sebagai hatinya Al-Qur'an. Karenanya, jika di bulan Sya'ban yang istimewa itu diamalkan pula Surat Yasin yang juga sangat istimewa, maka tentu akan mendapatkan keistimewaan yang berlimpah. Wallahu 'Alam bis Showab. [] 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 04 Maret 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Abdul Wahid Al-Faizin

Editor: Hakim