Biografi Syekh Abdullah Afifuddin

 
Biografi Syekh Abdullah Afifuddin
Sumber Gambar: Konstitusi.net, Ilustrasi Laduni.ID

Daftar Isi

1     Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2     Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Kiprah di Politik

4.    Karir-Karir
5.    Referensi

1 Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
Syekh Abdullah Afifuddin lahir di Desa Sangga Lima, Kecamatan Gebang Langkat 3 Maret 1895. beliau merupakan putra bungsu dari Ali bin Panglima Bahar bin Syekh Ibrahim Waliyullah yang memiliki silsilah keturunan dari Maghribi Afrika Utara.

1.2  Wafat 
Syekh Abdullah Afifuddin wafat di Tanjung Pura pada tanggal 12 Desember 1973.       

2  Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1  Pendidikan
Sejak kecil beliau diajarkan pendiidkan agama islam oleh kakaknya bernama Hj. Aminah dan kakak iparnya bernama H. Tajuddin, imam besar masjid Azizi Tanjungpura. Pada masa awal ini beliau belajar membaca Al-Qur'an dan ilmu agama yang berupa farddhu'ain saja.

Kemudian meneruskan menuntut ilmu agama Islam pada pesantren yang kemudian berbentuk madrasah dan bernama Madrasah Maslurah dan Madrasah Aziziah. Diantara guru-guru beliau dimasa ini terdapat beberapa ulama yang terkenal di Langkat seperti: Syekh H. Mohd. Ziadah, Syekh Mohd. Nur Minangkabau. Keduanya beliau pernah memegang pimpinan Madrasah tersebut.

Di samping menuntut ilmu tentang ke Islaman, beliau (Syekh Abdullah Afifuddin) juga menuntut ilmu umum. Disamping itu beliau juga menjadi guru bantu pada Sekolah Desa. Beliau lulus ujian Sekolah Rakyat pada tahun 1912. Pada tahun 1913 beliau lulus ujian Kweekeling di Medan.

Di samping memperdalam pengetahuannya tentang agama. Di dalam bulan November 1923 beliau dikirim atas biaya Sultan Abdul Aziz melanjutkan studi ke Makkah mukarramah dan selama kurang lebih setahun disini melanjutkan studi ke Al-Azhar Kairo.

Pada tanggal 15 April 1927 beliau kembali ketanah air setelah lulus ujian di Al-Azhar dengan mendapat syahadah alamiyah. Gelar Afifuddin diperoleh beliau dibelakang namanya adalah dihadiahkan oleh Dewan Guru Al-Azhar.
Kegiatan/perjuangan beliau.

2.2  Guru-Guru

  1. KH. Tajuddin,
  2. Syekh Muhammad Ziadah,
  3. Syekh Muhammad Nur Minangkabau.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Kiprah di Politik
Dalam kegiatan kemasyarakatan, selain menjadi Ketua Masyumi Langkat Hilir, beliau juga menjadi anggota Masyumi Daerah Aceh (pada masa berada di Aceh). Ketika menghadapi agresi Belanda yang kedua beliau mengadakan musyawarah alim ulama atas persetujuan Tgk. Daud Beureueh (ketika itu Gubernur militer dengan pangkat Mayor Jendral tituler).

Ulama-ulama yang menjadi peserta terutama sekali ulama-ulama yang berada disekitar Aceh Besar. Tujuan dari musyawarah ini adalah untuk memantapkan integritas/kepaduan persatuan alim ulama dari semua/atau berbagai aliran dan golongan. Diantara alim ulama terkenal yang berpartisipasi dalam hal ini diantara lain ialah: Tgk. M. Hasan Kruengkale, Tgk. Diujung Rimba, Tgk. Abdussalam Meuraxa, dll. Demikianlah diambil suatu kebulatan tekad untuk menghadapi serangan Belanda secara terpadu.

Dalam bulan Agustus 1950 beliau mempelopori untuk diadakannya peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan beliau sendiri menjadi ketua Panitia dari peringatan tersebut. Salah satu diantara acara yang penting ialah diadakannya sayembara pembacaan Al-Qur'an yang diikuti oleh peserta-peserta dari beberapa kecamatan di wilayah kewedanaan. Langkat Hilir.

4. Karir-Karir
Ketika beliau masih mahasiswa Al-azhar, sekitar tahun 1925/1926 berlangsunglah kongres ummat Islam yang diprakarsai oleh ulama-ulama Al-Azhar. Diantara yang mewakili ummat Islam Indonesia ialah Syekh Abdul Karim Amru'llah dan Syekh Abdu'llah Ahmad. Syekh Abdu'llah Afifuddin menjadi sekretaris Syekh Abdul Karim Amru'llah dan Mukhtar Luthfi menjadi sekretaris Syekh Abdullah Ahmad.

Sekembalinya dari Mesir beliau diangkat oleh Kerajaan Langkat menjadi Direktur Madrasah Aziziyah. Keadaan ini berjalan s/d tahun 1946, yaitu dari tanggal 1 Mei 1927 s/d 1 Desember 1946. Selama masa pemerintah Hindia Belanda beliau hanya menumpahkan perhatiannya dibidang pendidikan dan terjauh dari soal-soal politik. Hal ini dapat dimaklumi, karena tekanan Belanda pada Kerajaan Langkat.

Dimasa pemerintahan militer Jepang beliau diangkat menjadi anggota Syu Sangi Kai bersama-sama Buya Hamka almarhum dan DR.T.Yafizham, SH. Ketiga beliau dikirim sebagai utusan ke Syoonanto (Singapura) oleh pemerintah militer Jepang.

Pada masa perjuangan fisik kemerdekaan Indonesia beliau menjadi ketua Masyumi cabang Langkat Hilir. Diawal bulan Desember tahun 1946 beliau dijemput oleh Tgk. M. Daud Beureueh untuk dibawa ke Kutaraja. Saat ini beliau sedang memegang jabatan sebagai Kepala Jawatan Agama di Tebing Tinggi. Ketika itu Tgk. M. Daud Beureueh sedang dalam perjalanan pulang ke Kutaraja selesai menghadiri kongres MIT di Bukit Tinggi.

Beliau diangkat menjadi pegawai tinggi yang diperbantukan pada jabatan Agama Daerah Aceh di Kutaraja. Dalam hal ini beliau ditugaskan memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) dan Sekolah Menengah Tinggi Islam (SMTT) sejak bulan Desember 1946 s/d 10 Juli 1950. Dari bulan Juli 1950 s/d 1 Januari 1951 sebagai Kepala Pendidikan NRI di Medan. Sesudah 1 Januari 1951 beliau menjadi Pemeriksa Pendidikan Agama Kabupaten Langkat di Binjai dan selanjutnya menjadi Kepala Kantor Urusan Agama Kabupaten Deli Serdang sampai masa pensiun.

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: UIN Sumatera Utara/sejaraha ulama langkat

Artikel ini sebelumnya dibuat pada tanggal 2 April 2022 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 8 Maret 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya