Hukum Berdoa di dalam Shalat, Apakah dapat Membatalkan?

  • by Latif
  • 1.798 Views
  • Senin, 13 Juni 2022
 
Hukum Berdoa di dalam Shalat, Apakah dapat Membatalkan?
Sumber Gambar: foto ist

Laduni.ID, Jakarta - Berdo’a di dalam shalat hukumnya boleh dan tidak membatalkan shalat, boleh untuk semua doa-doa yang diperbolehkan di luar waktu shalat, baik urusan dunia ataupun urusan akhirat. Ibarot (Al-Majmu’) :

Imam Muslim dalam kitab shahihnya (juz II halaman 134, hadits nomor 1572) meriwayatkan :

حَدَّثَنِى أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى قَالاَ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِى يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِى سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهُمَا سَمِعَا أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ حِينَ يَفْرُغُ مِنْ صَلاَةِ الْفَجْرِ مِنَ الْقِرَاءَةِ وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ». ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ « اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِى رَبِيعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ كَسِنِى يُوسُفَ اللَّهُمَّ الْعَنْ لِحْيَانَ وَرِعْلاً وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ عَصَتِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ». ثُمَّ بَلَغَنَا أَنَّهُ تَرَكَ ذَلِكَ لَمَّا أُنْزِلَ (لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ

Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika selesai membaca (Al Fatihah) dalam shalat fajar, beliau bertakbir, beliau mengangkat kepalanya, maka beliau mengucapkan : Sami’ Allahu Liman Hamidah Rabbana Walakal Hamd.

Kemudian beliau mengucapkan dalam keadaan berdiri : Allahumma Anjil Al Walid ibn Al Walid Wa Salamah Ibn Hisyam Wa ‘Ayyasy Ibn Abi Rabi’ah (Ya Allah, selamatkanlah Walid bin Walid, Salamah bin Hiysam dan Ayyasy bin Abu Rabi’ah.)

Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan:

قوله : ( كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول حين يفرغ من صلاة الفجر من القراءة ويكبر ويرفع رأسه : سمع الله لمن حمده ربنا ولك الحمد ، ثم يقول : اللهم أنج الوليد بن الوليد ) إلى آخره فيه استحباب القنوت والجهر به ، وأنه بعد الركوع ، وأنه يجمع بين قوله : ( سمع الله لمن حمده ) ( وربنا لك الحمد ) . وفيه : جواز الدعاء لإنسان معين وغير معين

Wa Fiihi Jawazuddu’a Li Insaanin Mu’ayyanin Wa Ghairi Mu’ayyanin dan di dalam ucapan Kaana Rasulullah SAW, Allahumma Anjil Al Walid Ibn Walid, diperbolehkannya berdoa untuk cabang yang ditentukan dan yang tidak ditentukan.

Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata : Tidaklah aku shalat sejak 40 tahun kecuali saya mendoakan Imam Syafi’i RA.

يقول الإمام احمد بن حنبل : ما صليت صلاة منذ أربعين سنة إلا وأنا أدعو للشافعي رحمه الله

Jadi, berdoa dalam shalat (dalam kasus saya adalah ketika sujud terakhir), dengan menyebutkan nama seseorang, baik nama Arab maupun Ajam adalah dibolehkan dan tidak membatalkan shalat, karena penyebutan nama tersebut tidak termasak kata-kata di luar bacaan shalat.
Doa di dalam shalat ada dua macam :

1. Do’a yang ma’tsur.
2. Do’a ghairu ma’tsur.

Doa-doa tersebut tidak membatalkan shalat, sebagaimana contoh-contoh dalam ibarot Majmu’ diatas dan juga contoh dalam Hadis Yai Afif diatas. Kalau di luar konteks doa, maka menyebut nama orang baik bahasa arab atau bahasa ajam, tetap batal. Kemudian Nama orang yang Ajami dalam bahasa Arab tetap dilafazhkan sebagaimana nama Ajami, karena dalam kaidah bahasa arab disebut Isim Alam yang tak bisa dirubah.

Referensi: Imam Muslim dalam kitab (juz II halaman 134, hadits nomor 1572), Al-Majmu’

 
Yuk Ngaji Qur’an yang dilengkapi terjemah dan penjelasan di Laduni

Kunjungi Juga

 

Tags