Asbabun Nuzul Surat At-Taubah Ayat 94 - Orang Munafik Absen dari Perang Tabuk dengan Berbagai Alasan dan Dusta Supaya Nabi Memaafkan

Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang munafik yang absen dari Perang Tabuk. Ketika Nabi dan pasukannya kembali ke Madinah, mereka mengungkapkan alasan dusta agar Nabi memaafkan dan mengampuni mereka. Berbeda dari mereka, Ka‘b bin Malik dan dua temannya dengan jujur mengemukakan alasan mengapa mereka tidak ikut berperang bersama Nabi dan para sahabat lainnya.

  1. عَنْ كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ وَهُوَ أَحَدُ الثَّلاَثَةِ الَّذِينَ تِيبَ عَلَيْهِمْ أَنَّهُ لَمْ يَتَخَلَّفْ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي غَزْوَةٍ غَزَاهَا قَطُّ غَيْرَ غَزْوَتَيْنِ غَزْوَةِ الْعُسْرَةِ وَغَزْوَةِ بَدْرٍ‏.‏ قَالَ فَأَجْمَعْتُ صِدْقَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ضُحًى، وَكَانَ قَلَّمَا يَقْدَمُ مِنْ سَفَرٍ سَافَرَهُ إِلاَّ ضُحًى وَكَانَ يَبْدَأُ بِالْمَسْجِدِ، فَيَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ، وَنَهَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَنْ كَلاَمِي وَكَلاَمِ صَاحِبَىَّ، وَلَمْ يَنْهَ عَنْ كَلاَمِ أَحَدٍ مِنَ الْمُتَخَلِّفِينَ غَيْرِنَا، فَاجْتَنَبَ النَّاسُ كَلاَمَنَا، فَلَبِثْتُ كَذَلِكَ حَتَّى طَالَ عَلَىَّ الأَمْرُ، وَمَا مِنْ شَىْءٍ أَهَمُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ أَمُوتَ فَلاَ يُصَلِّي عَلَىَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَوْ يَمُوتَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَكُونَ مِنَ النَّاسِ بِتِلْكَ الْمَنْزِلَةِ، فَلاَ يُكَلِّمُنِي أَحَدٌ مِنْهُمْ، وَلاَ يُصَلِّي وَلاَيُسَلِّمُ عَلَىَّ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَوْبَتَنَا عَلَى نَبِيِّهِ صلى الله عليه وسلم حِينَ بَقِيَ الثُّلُثُ الآخِرُ مِنَ اللَّيْلِ، وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عِنْدَ أُمِّ سَلَمَةَ، وَكَانَتْ أُمُّ سَلَمَةَ مُحْسِنَةً فِي شَأْنِي مَعْنِيَّةً فِي أَمْرِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ يَا أُمَّ سَلَمَةَ تِيبَ عَلَى كَعْبٍ ‏"‏‏.‏ قَالَتْ: أَفَلاَ أُرْسِلُ إِلَيْهِ فَأُبَشِّرَهُ قَالَ ‏"‏ إِذًا يَحْطِمَكُمُ النَّاسُ فَيَمْنَعُونَكُمُ النَّوْمَ سَائِرَ اللَّيْلَةِ ‏"‏‏.‏ حَتَّى إِذَا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلاَةَ الْفَجْرِ آذَنَ بِتَوْبَةِ اللَّهِ عَلَيْنَا، وَكَانَ إِذَا اسْتَبْشَرَ اسْتَنَارَ وَجْهُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ قِطْعَةٌ مِنَ الْقَمَرِ، وَكُنَّا أَيُّهَا الثَّلاَثَةُ الَّذِينَ خُلِّفُوا عَنِ الأَمْرِ الَّذِي قُبِلَ مِنْ هَؤُلاَءِ الَّذِينَ اعْتَذَرُوا حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ لَنَا التَّوْبَةَ، فَلَمَّا ذُكِرَ الَّذِينَ كَذَبُوا رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْمُتَخَلِّفِينَ، وَاعْتَذَرُوا بِالْبَاطِلِ، ذُكِرُوا بِشَرِّ مَا ذُكِرَ بِهِ أَحَدٌ. قَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ ‏(‏يَعْتَذِرُونَ إِلَيْكُمْ إِذَا رَجَعْتُمْ إِلَيْهِمْ قُلْ لاَ تَعْتَذِرُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكُمْ قَدْ نَبَّأَنَا اللَّهُ مِنْ أَخْبَارِكُمْ وَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ‏)‏ الآيَةَ. (1)

    Ka‘b bin Malik, satu dari tiga orang yang diterima tobatnya oleh Allah, bercerita bahwa ia tidak pernah absen mengikuti peperangan bersama Rasulullah selain pada dua peperangan, yaitu Perang ‘Usrah (Tabuk) dan Perang Badar. Ia berkata, “Aku berencana mengungkapkan alasan ketidakhadiranku pada Perang Tabuk kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu Duha. Sudah menjadi tradisi beliau untuk datang dari suatu perjalanan pada waktu Duha. Begitu datang, beliau langsung saja menuju masjid untuk menunaikan salat dua rakaat. (Setelah aku mengungkapkan alasanku), beliau lalu melarang para sahabat untuk mengajakku dan dua orang kawanku berbicara. Di saat yang sama, beliau tidak melarang mereka untuk mengajak bicara orang-orang yang tidak ikut berperang selain kami. Orang-orang pun enggan berbicara dengan kami. Kejadian itu berlangsung begitu lama. Selama itu, hanya ada satu hal yang membuatku sangat cemas, yaitu andaikata aku mati lalu Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam tidak sudi menyalatiku atau andaikata beliau wafat dan aku masih dikucilkan oleh mereka seperti itu lalu tidak ada seorang pun yang mau mengajakku bicara atau sekadar mengucapkan salam kepadaku. Kemudian pada sepertiga malam terakhir Allah menurunkan kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam ayat yang memberitakan diterimanya tobat kami. Ketika itu Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bermalam di rumah Ummu Salamah, istri beliau yang selalu menceritakan kebaikan-kebaikanku dan memberi perhatian kepadaku. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda, ‘Wahai Ummu Salamah, Allah telah menerima tobat Ka‘b. Dengan penuh suka cita ia berkata, ‘Haruskah aku mengutus seseorang untuk mengabarkan berita gembira ini kepadanya?’ Beliau menjawab, ‘Jangan, nanti orang-orang akan melemparimu dengan batu dan membuatmu tidak dapat tidur sepanjang malam.’ Kemudian muncullah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam untuk menunaikan salat Subuh. Usai salat beliau mengumumkan bahwa Allah telah menerima tobat kami. Seperti biasanya, apabila sedang bersuka cita, wajah beliau selalu tampak bersinar layaknya sepenggal bulan. Pada firman itu kamilah yang dimaksud sebagai tiga orang yang ditangguhkan keputusannya (yakni: diterima tobatnya atau tidak), di saat mereka yang tidak ikut berperang (dan berbohong kepada Rasulullah terkait alasan ketidakhadiran mereka) diterima alasannya. Lalu, ketika mereka itu mendustai Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, turunlah ayat yang menyebut mereka dengan sebutan terburuk yang pernah ditujukan kepada seseorang. Allah berfirman, ya‘taziruna ilaikum iza raja‘tum ilaihim qul la ta‘taziru lan nu’mina lakum qad nabba’anallahu min akhbarikum wasayarallahu ‘amalakum warasuluh.”



     


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Diriwayatkan oleh al-Bukhariy, Sahih al-Bukhariy, dalam Kitab at-Tafsir, Bab wa ‘ala assalasah al-Lazina Khullifu, hlm. 1154–1155, hadis nomor 4677.