Asbabun Nuzul Surat Al-Ahzab Ayat 50 - Menegaskan Keharaman bagi Nabi Muhammad untuk Menikahi Wanita yang tidak Berhijrah Bersamanya ke Madinah

Ada keinginan dalam diri Nabi untuk menikahi sepupu beliau yang bernama Ummu Ha>ni’ binti Abu> t}a>lib yang ketika itu tidak ikut berhijrah ke Madinah. Dengan turunnya ayat ini Allah hendak menegaskan keharaman bagi beliau menikahi wanita yang tidak berhijrah bersamanya ke Madinah.

  1. عَنْ أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِي طَالِبٍ، قَالَتْ خَطَبَنِي رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَاعْتَذَرْتُ إِلَيْهِ فَعَذَرَنِي ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى‏:‏ ‏(‏إنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللاَّتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ...‏)‏ الآيَةَ قَالَتْ: فَلَمْ أَكُنْ أَحِلُّ لَهُ لِأَنِّي لَمْ أُهَاجِرْ كُنْتُ مِنَ الطُّلَقَاءِ‏. (1)

    Ummu Ha>ni’ binti Abu> T{a>lib berkata, “Rasulullah s}allalla>hu ‘alaihi wasallam pernah melamarku, (namun aku menampiknya karena aku merasa tidak pantas bagi beliau). Aku pun menjelaskan kepada beliau mengapa aku menampiknya hingga beliau dapat menerima alasanku. Allah ta‘a>la> lalu menurunkan ayat, inna> ah}lalna> laka azwa>jakal-la>ti> a>taita uju>rahunna … Aku tidak halal bagi beliau karena aku tidak berhijrah (yakni: bersama beliau ke Madinah). Aku hanyalah seorang wanita yang dibebaskan (yakni: baru masuk Islam pada peristiwa Penaklukan Mekah dan mendapat pembebasan dari Rasulullah).’”


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Hasan; diriwayatkan oleh at-Tirmiz\iy, al-H{a>kim, at}-T{abra>niy, dan al-Baihaqiy dari jalur as-Suddiy dari Abu> S{a>lih} dari Ummu Ha>ni’. at-Tirmiz\iy mengatakan, “Hadis ini hasan sahih. Aku tidak menemukan sanad dari as-Suddiy selain yang aku sebutkan.” al-H{a>kim menilai sanad hadis ini sahih, dan az\-Z|ahabiy pun setuju dengannya. Terdapat beberapa ulama hadis menganggap perawinya yang d}aif, misalnya Ibnu Mahdiy dan an-Nasa>’iy, sedangkan beberapa ulama lain mengatakan sebaliknya, seperti Yah}ya> al-Qat}t}a>n dan Ibnu Ma‘i>n. Menurutnya, tidak ada masalah pada diri Abu> S{a>lih}. Bila yang meriwayatkan darinya adalah al-Kalabiy maka hadisnya lemah, namun bila bukan al-Kalabiy maka hadisnya tidak ada masalah. Lihat: at-Tirmiz\iy, Sunan at-Tirmiz\iy, dalam Kita>but-Tafsi>r, Ba>b wa min Su>rah al-Ah}za>b, hlm. 725–726, hadis nomor 3214, al-H{a>kim, al-Mustadrak, dalam Kita>b an-Nika>h}, juz 2, hlm. 202, hadis nomor 2754 dan hlm. 456, hadis nomor 3574; at}-T{abra>niy, al-Mu‘jam al-Kabi>r, juz 24, hlm. 413–414, hadis nomor 1007; al-Baihaqiy, as-Sunan al-Kubra>, juz 7, hlm. 86, hadis nomor 13350. Selain as-Suddiy, ada juga nama lain yang meriwayatkan dari Abu> S{a>lih}, yaitu asy-Sya‘biy dan Isma>‘i>l bin Abu> Kha>lid. Jalur pertama disebutkan oleh al-H{a>kim, sedangkan yang kedua oleh at}-T{abra>niy. al-H{a>kim tidak berkomentar tentang kesahihan sanad ini, demikian pula az\-Z|ahabiy. Lihat: al-H{a>kim, al-Mustadrak, dalam Kita>b Ma‘rifah as}-S{ah}a>bah, Ba>b z\ikr Umm Ha>ni’, juz 4, hlm. 58, hadis nomor 6872; at}-T{abra>niy, al-Mu‘jam al-Kabi>r, juz 24, hlm. 413, hadis nomor 1005.