Kisah Penyamaran Sempurna 30 Kopassus untuk Taklukan 3000 Pemberontak

 
Kisah Penyamaran Sempurna 30 Kopassus untuk Taklukan 3000 Pemberontak

LADUNI.ID, Siapa yang tidak kenal dengan pasukan elit yang dimiliki Indonesia, pasukan yang siap disegala medan tempur diakui serta disegani dunia ini, sebut saja Komando Pasukan Khusus yang disingkat  Kopassus adalah bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat, Indonesia. Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, Penyamaran dan anti teror.

Dalam sejarah panjangnya, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat mengukuhkan diri sebagai pasukan yang mampu menangani tugas-tugas berat.

Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur.

Juga operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya.

Satu lagi tugas berat yang sukses diemban Kopassus adalah saat menjadi bagian pasukan perdamaian PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa).

Anggota Kopassus bahkan sempat mencetak sejarah melegenda di PBB. Peristiwa tersebut terjadi saat anggota Kopassus yang masih bernama RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat), diminta PBB untuk menjaga perdamaian di Kongo, pada 1962.

Kala itu, Kongo tengah dilanda konflik mencekam akibat adanya pemberontak. Akhirnya, Indonesia pun mengirimkan tim terbaik yang dikenal sebagai pasukan Garuda III. Letjen Kemal Idris lah yang saat itu memimpin Pasukan Garuda III. Mereka bermarkas di kawasan Albertville.

Selama bertugas di sana, pasukan Garuda III mudah beradaptasi dengan warga setempat. Para anggota Kopassus kerap berinteraksi hingga mengajarkan cara memasak makanan Indonesia. Tak heran, warga kerap menaruh kepercayaan tinggi. Alhasil, pergaulan hangat yang dijalin pasukan Garuda III, membuat warga turut bersimpati atas program yang dilancarkan untuk mengamankan daerah tersebut dari pemberontak.

Hal ini membuat warga tanpa pamrih memberikan bocoran, terkait akan adanya serangan dari gerombolan pemberontak, memang benar, suatu waktu markas pasukan Garuda III diserang para pemberontak. Pemberontak merasa terusik terhadap kehadiran pasukan Garuda III.

Penyerbuan para pemberontak pada tengah malam, membuat markas terkepung.
Penyerangan secara tiba-tiba terdiri dari 2 ribu pemberontak, sedangkan pasukan di markas hanya 300 orang.
Akhirnya, pasukan Garuda III pun mencoba bertahan dan balik menyerang.

Pertempuran kedua pihak pada dini hari, membuat kawasan tersebut semakin mencekam, adanya baku tembak ini membuat sejumlah pasukan Garuda III mengalami cedera ringan, menjelang subuh, para pemberontak pun balik kanan.

Namun, pasukan Garuda III justru tak tinggal diam, mereka menyiapkan strategi untuk balik menyerang. Akhirnya, 30 anggota Kopassus pun diturunkan menjadi tim paling depan, pagi hari, 30 anggota Kopassus ini memulai perjalanan menuju lembah mematikan, disebut 'no man's land' atau kawasan tak bertuan di atas kekuasaan pemberontak, mereka melakukan pergerakan dalam tiga kelompok 30 anggota Kopassus ini menyamar menjadi warga Kongo, tubuhnya dilumuri arang, kemudian membawa bakul sayuran, kambing, dan sapi.
Mereka berjalan menyusuri danau. Setelah matahari terbenam, mereka memantapkan strategi penyerangan, sambil beristirahat di tepi danau.
30 anggota Kopassus yang nekat ini melancarkan serangannya.

Bayangkan, bagaimana bisa 30 anggota Kopassus menyerang maskas pemberontak yang ditinggali ribuan orang?

Strategi cerdas pun dilakukan, tanpa diawali gempuran bom, tepat pukul 12 malam, anggota Kopassus ini beraksi, mereka membungkus diri menggunakan kain putih di atas kapal hitam, kain putih itu pun melayang-layang terterpa angin malam, semerbak bawang putih tercium dari sosok mereka yang melayang-layang bak hantu gentayangan.

Ya, mereka sengaja menyamar menjadi hantu. Hal ini dilakukan untuk menundukkan pasukan pemberontak itu, pasalnya, pemberontak itu percaya dan sangat takut pada hantu putih, hal itulah yang dimanfaatkan anggota Kopassus untuk memberikan serangan ampuh, tTerbukti, saat 'hantu putih' itu mendekat menerobos pintu masuk, para pemberontak gemetar ketakutan.

Padahal, mereka memiliki senjata lengkap, tapi kali ini pemberontak itu tak bisa berkutik, kala itu, mereka percaya ada hantu putih di hadapan mereka. Oleh karena itu, mereka tak berani melawan, dalam waktu 30 menit saja, markas pemberontak pun terkuasai. Sebanyak 3.000 pemberontak menyerah mohon ampun, memang terlihat mustahil, Panglima PBB Kongo Letjen Kadebe Ngeso pun seakan tak percaya, namun, ini adalah strategi nyata yang kemudian menjadi legenda dalam sejarah penjaga perdamaian PBB.

Keberhasilan 30 hantu putih ini, membuat warga Kongo kagum.
Warga Kongo bahkan menjuluki si pasukan hantu putih ini dalam sebutan Les Spiritesses.

Kisah perlawanan 30 anggota Kopassus di Kongo ini ditulis oleh pemilik akun Kaskus, Agung Mina.

Dalam artikel yang ditulisnya berujudul LES SPIRITESSES - Kisah Kontingen Garuda III di Kongo, 1962, menyebutkan kisah rinci ini berdasarkan informasi dari intelijen. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kisah Penyamaran Sempurna Kopassus Sampai Mengobrak-abrik Markas Pemberontak, https://jogja.tribunnews.com/2018/06/06/kisah-penyamaran-sempurna-kopassus-sampai-mengobrak-abrik-markas-pemberontak?page=all.