Tahun 70an, Era Singa-Singa NU Tebuireng Keluar Kandang

 
Tahun 70an, Era Singa-Singa NU Tebuireng Keluar Kandang

LADUNI.ID - Tidak semua orang yang dianggap berilmu layak untuk diambil ilmunya. Mereka yang dianggap berilmu, namun berkepribadian tidak mencerminkan seorang ulama, tidak selayaknya diambil ilmunya,

Dalam berdakwah seorang ustadz harus betul-betul yakin bahwa Allah pasti akan mengurusi segala permasalahan hidupnya. Ia mesti yakin bahwa di mana pun ia berada Allah pasti akan menolongnya.

Seorang Ulama harus menjadi Singa liar dari pada singa sirkus karena singa liar bisa mencari makan sendiri tanpa mengharap imbalan dari tuannya, dalam hal berdakwah tidak menginginkan sesuatu dari umatnya, berdakwah ihlas karena Allah dan mengharap Ridha Allah SWT, sebaliknya dengan Singa Sirkus mereka selalu bergantung kepada tuanya untuk memberi makan, dalam hal berdakwah akan selalu memperhitungkan sesuatu apa yang bisa didapat dari Umat.

Menurut Rais Syuriyah PBNU, " singa liar lebih berwibawa karena ia mencari makan sendiri tanpa mengharap pemberian orang lain. Sementara singa sirkus itu makan dari pemberian sang pawang, tidak mencari sendiri. Maka ia menurut dengan apa yang diperintahkan sang pawang.

 Sebagai seorang ustadz, kiai, tokoh agama di masyarakat semestinya jangan suka mengharap pemberian dari jamaahnya atas apa yang ia lakukan bagi mereka".

Dengan demikian ia bebas berdakwah menyampaikan kebenaran, tidak terpengaruh oleh siapa pun dan apa pun.

Namun sebaliknya, bila ia mengharap pemberian dari jamaah atau orang yang dibimbingnya maka ia akan menjadi singa sirkus. Ia hanya akan mengikuti apa yang dimaui oleh orang yang membayar dan mencukupi kebutuhannya, singa-singa liar yang selalu berdakwah tanpa pamrih walaupun pada masa itu sepak terjang mereka dikebiri oleh pemerintah orde baru.

Mereka adalah ulama-ulama yang patut diambil ilmunya diantaranya: KH. Mustholih Kesugihan Cilacap, KH. Maimun Zubair Sarang,  KH. Ma'ruf Amin, KH. Ilyas Ruhiyat Tasikmalaya, KH. Fuad Hasyim Cirebon, KH. Alie Yafi, KH. Achmad Shiddiq, KH. M. Yusuf Hasyim, KH. Sahal Mahfudz, KH. Chotibul Umam
 tengah: KH. Moenasir, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Chalid Mawardi, KH. Mujab Yogya, KH. Hafidz Usman
Bawah: Ikhwan Sam, Rozi Munir dan A. Bagja

Jangan coba coba jadikan mereka singa-singa sirkus, karena sudah banyak tukang-tukang sirkus Orde Baru sudah jadi korban sistem Politik Orde baru. Masa Orde Baru adalah masa di mana ulama “dikebiri” secara sosial maupun secara politik. Ulama harus menerima program-program pemerintah, jika tidak ancaman kekerasan, pengucilan hingga pemenjaraan pun di depan mata.