Danau Laut Tawar #2: Sang Putri Bensu dan Sosok Malim Dewa

 
Danau Laut Tawar #2: Sang Putri Bensu dan Sosok Malim Dewa

LADUNI. ID, SEJARAH-Telah diceritakan bahwa Putri Bensu adalah salah satu nama dari bidadari tersebut yang turut mandi bersama dengan kakak-kakaknya sambil berluluran di atas batu besar yang ada di tepi kolam.

 Sementara di sebelah bebatuan yang besar lainnya biasanya ada seorang pemuda bernama Malim Dewa yang selalu meniup seruling dengan merdunya untuk memikat hati sang bidadari terutama Putri Bensu. 

Setelah mandi para bidadari ini akan kembali ke langit yang lebih dikenal dengan nama Negeri Antara.Di pinggiran kolam yang jernih ini pun tumbuh sebatang pohon yang sangat besar batangnya, banyak buahnya serta rimbun daunnya. 

Tempat  dimana segala jenis binatang yang hidup di hutan tersebut untuk berteduh dari teriknya matahari dan derasnya hujan sambil beristirahat sejenak setelah melalang buana mencari makanan, sekaligus tempat menghilangkan rasa dahaga karena kolam tersebut airnya sangat jernih serta berada tepat di samping pohon besar. 

Begitu pun dengan burung-burung yang bermain dari cabang satu ke cabang yang lainnya lagi sambil mencari makanan di atas pohon kayu yang besar tadi. 

Mereka memakan buahnya sembari mencari ulat-ulat kecil yang merayap di atas cabang serta daunnya yang rimbun sebagai makanan tambahan. Tidak hanya ada pohon besar itu di pinggir kolam tersebut, tumbuhan lainpun hidup subur mengelilingi kolam walau memang tidak sebesar pohon yang satu itu.

Pada zaman itu hiduplah seorang  ulama yang sangat disegani dan sangat di hormati oleh masyarakat Gayo karena keta’atannya dalam beribadah, arif dalam mendudukkan perkara lagi bijaksana dalam bersikap, ulama ini  bernama Aulia.

 Sang Ulama memiliki ciri badan yang sangat berbeda dari manusia sekarang, beliau berbadan sangat besar dan tinggi, memiliki langkah kaki yang sangat lebar, tidaklah seberapa tingginya gunung-gunung yang menjulang di muka bumi serta dalam, panjang dan luasnya lautan di samudra. 

Seperti itulah kira-kira besar badannya, luas langkahnya, hanya khayalan kita saja yang bisa menyimpulkannya. Sehingga sang Ulama di juluki dengan nama Unok .

 Sampai sekarang julukan Unok masih melekat di antara masyarakat Gayo. Biasanya diberikan kepada mereka yang berbadan besar, tinggi dan mempunyai langkah kaki yang lebar.

Helmi Abu Bakar El-Langkawi asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga.
Referensi: lintasgayo.com dan sumber lainnya