Mengarungi Samudera Epistemologi Membangkitkan Ruh Pendidikan Islam

 
Mengarungi Samudera Epistemologi Membangkitkan Ruh Pendidikan Islam

LADUNI.ID, KOLOM- Mengingat epistemologi memiliki peran, pengaruh dan fungsi yang begitu besar, dan terlebih lagi sebagai penentu atau penyebab timbulnya akibat-akibat dalam pendidikan Islam, maka ada benarnya pendapat yang mengatakan ”Problem utama pendidikan Islam adalah problem epistemologinya.”

Sekiranya terjadi kelemahan atau kemunduran pendidikan Islam, maka epistemologi sebagai penyebab paling awal harus dibangun lebih dulu, dan melalui epistemologi juga, jika kita berkeinginan mengembangkan pendidikan Islam. Kekokohan bangunan epistemologi melahirkan ketahanan pendidikan Islam menghadapi pengaruh apapun, termasuk arus budaya Barat, dan mampu  memberi jaminan terhadap kemajuan pendidikan Islam serta bersaing dengan pendidikan-pendidikan lainnya.

Mewujudkan ilmu islami diperlukan upaya membangun paradigm filosofis ilmu yang islami. Bangunan paradigm keilmuan islam tersebut didasarkan pada tiga elemen dasar, yaitu asumsi dasar, postulasi, serta tesis-tesis tentang filsafat ilmu.

Pertama, adalah tataran asumsi. Asumsi dasar yang dipakai adalah pandangan realisme metaphisik yaitu filsafat yang di samping mengakui adanya realitas yang tidak sensual empiric juga mengakui adanya keteraturan alam semesta, karena keteraturan tersebut adalah milik Allah SWT.

Kedua, adalah tataran postulasi. Postulasi dimaksud adalah pada tataran ontologisnya, yaitu bahwa keteraturan tersebut tampil dalam eksistensi kebenaran yang tunggal. Dalam tataran aksiologisnya digunakan dalam kerja reorientasi ilmu menjadi islami, berupa semua cabang ilmu yang bisa mempertebal keimanan dan menumbuhkan akhlak karimah. Alasan dari tataran aksiologisnya adalah ilmu itu bersifat normative, dan oleh karenanya harus diorientasikan pada nilai (value), baik nilai insaniah (yang dapat dilihat panca indra) ataupun nilai Ilahiyah (yang diwahyukan).

Ketiga, tataran tesis. Tesis dimaksud adalah tesis epistemologis. Ada beberapa tesis epistemologis, yaitu: 1) bahwa wahyu adalah merupakan kebenaran mutlak. 2) akal budi manusia adalah dlaif. 3) bahwa ujud kebenaran yang dicapai dapat berupa eksistensi sensual, logik, etik atau transsendental.

Substansi wahyu sebagai kebenaran mutlak tidak dapat dikenal secara keseluruhan. Kebenaran mutlak tersebut yang hanya dapat diketahui adalah kebenaran yang diwahyukan dan yang bersifat empirik. Adapun rentang epistemologinya adalah dari ‘aql sampai fuad, sehingga bukti kebenaran tersebut berupa bukti empirik (factual), logis, etis, dan hikmah.

Adapun substansi ilmu dalam filsafat ilmu mengacu pada moralitas ketauhidan dan pencarian ridha Allah. Penjabaran ridha Allah adalah pengembangan watak dan sifat yang mengacu pada asmaul-husna.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga

Sumber : Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, Erlangga, Jakarta, 2008,