Tarekat Naqsyabandiah #1: Mengenal Tarekat Naqsyabandiah

 
Tarekat Naqsyabandiah #1: Mengenal Tarekat Naqsyabandiah

LADUNI.ID, JAKARTA - Salah satu tarekat muktabarah didunia yang terus berkembang bernama Naqsyabandiah. Dalam keseharian tawajuh merupakan salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengupas masalah tawajuh sangat erat hubungannya dengan suluk. Suluk merupakan latihan peribadatan yang merupakan bagian dari Tarekat Naqsyabandiyah, yang kegiatan tersebut hanya ada pada tarekat ini. Sejarah dan perkembangan amalan suluk tidak terlepas dengan keberadaan dan perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah, sejak timbulnya sampai menyebar ke seluruh tanah air termasuk berkembang di daerah Aceh.

Salah satu tarekat yang sangat berkembang didunia saat ini adalah Tarekat Naqsyabandiyah. Sebelumn penulis terlebih dahulu menguraikan sedikit tentang pengertian tarekat itu sendiri. Secara etimologi, kata tarekat berasal dari bahasa Arab (طريقة) yang berarti jalan. Sedangkan menurut istilah, tarekat yaitu: jalan, atau metode yang ditempuh dalam melakukan ibadah, zikir dan doa yang diajarkan oleh seorang guru kepada muridnya.

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan tarekat yang lahir dan berkembang pada abad ke 8 Hijriah, yang dinisbahkan kepada nama Syekh Bahauddin Naqsyabandiyah, yang nama lengkapnya adalah al-Syekh Muhammad bin Muhammad Bahauddin al-Syekh Naqsyabandiyah (717 H/1318 M-791 H/1389 M).

Beliau lahir di Desa Hinduan (kemudian berobah nama dengan Qash Arifan), empat mil dari Bukhara, Sovyet atau Rusia sekarang. Naqsyabandi secara harfiah bermakna “pelukis, penyulam, penghias”. Jika nenek monyang mereka adalah penyulam, nama itu mungkin mengacu pada profesi keluarga; jika tidak, hal itu menunjukkan kualitas spritualnya untuk melukis nama Allah di atas hati murid

Ketika beliau masih berumur belasan tahun, belajar kepada Muhammad Baba al-Sammasi dan kemudian melanjutkan pendidikannya pada Amir Kulal. Pada usia delapan belas tahun beliau pergi ke Sammas, yaitu sebuah tempat yang jaraknya tiga mil dari Bukhara untuk melanjutkan pelajarannya. Di tempat ini beliau mempelajari ilmu tasawuf pada seorang guru yang terkenal pada waktu itu al-Dikkirani, selama satu tahun. Selanjutnya beliau bekerja pada Sultan Khalid yang menurut riwayat sangat terkenal pada masa pemerintahanya dan termasyhur disebabakan oleh Bahauddin Naqsyabandi.

_______________________________
Helmi Abu Bakar El-Langkawi
Penggiat Liaterasi dan Pecinta Tasawuf Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh.