Biografi KH. Ahmad Qori Nuri, Pendiri Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya

 
Biografi KH. Ahmad Qori Nuri, Pendiri Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat
2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Guru-Guru Beliau
3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau
4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mendirikan Pondok Pesantren
5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Ahmad Qori Nuri lahir di Mekkah Mukarromah pada tahun 1911, beliau putra dari pasangan KH. Muhammad Nur bin Naidain bin Wasim bin Tunggal dan Nyai Hj. Sholha binti M. Mursyid bin Munir.

1.2 Wafat
Beliau wafat 11 april 1996  di usia ke-85.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Ahmad Qori Nuri menikah dengan Nyai Ghuslan pada tahun 1937 dan dikaruniai enam orang anak di antaranya:

  1. Hj. Maulida
  2. KH. Muhsin Qori
  3. KH. Moechlies Qori
  4. KH. Mursjied Qori
  5. KH. Musleh Qori
  6. KH. Mudrik Qori.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Guru-Guru Beliau

  1. KH. Muhammad Nur
  2. KH. Ishak Bahsin
  3. KH. Ismail Mahidin

3. Penerus Beliau

3.1 Anak Beliau

  1. KH. Muhsin Qori
  2. KH. Moechlies Qori
  3. KH. Mursjied Qori
  4. KH. Musleh Qori
  5. KH. Mudrik Qori.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Usai menamatkan studinya, beliau diminta untuk berkhidmad di almamaternya. Amanah itu dia terima dengan ikhlas hingga akhirnya pada tahun 1954 beliau ditunjuk untuk memimpin lembaga yang pada saat itu telah berganti nama menjadi Sekolah Menengah Islam (SMI) Sakatiga, menggantikan gurunya KH. Ismail Mahidin yang wafat di tahun itu.

Pada saat memimpin madrasah itulah KH. Ahmad Qori Nuri berhasil menggerakkan seluruh elemen SMI Sakatiga dan masyarakat Sakatiga untuk memajukan lembaga pendidikan itu. Kejayaan itu mengharumkan nama SMI Sakatiga yang pada tahun 1962 bernama Madarasah Menengah Atas (MMA) Sakatiga.

Bukan hanya itu, bahkan nama Sakatiga juga mengharum hingga terkenal dengan sebutan ‘Mekkah Kecil’. Akan tetapi di tahun 1967 MMA diserahkan kepada Pemerintah dan dijadikan madrasah negeri. Menyikapi perubahan tersebut, Ayah dari 5 anak itu dan murid-murid KH. Ishak Bahsin di Indralaya memandang bahwa MMA Sakatiga adalah kelanjutan jihad KH. Ishak Bahsin. Bila dinegerikan dan diserahkan kepada pemerintah akan kehilangan nilai-nilai sejarahnya.

Karena itu atas kesepakatan dan dukungan penuh masyarakat Indralaya dengan tokoh agama dan tokoh adatnya dibentuklah Madrasah Menengah Atas (MMA ) al-Ittifaqiah Indralaya. Setelah kesepakatan itu, murid yang sangat menghormati dan sangat berbakti kepada orangtua dan gurunya itu diminta untuk memimpin lembaga baru tersebut yang sejak tahun 1976 bernama Pondok Pesantren al-Ittifaqiah (PPI) Indralaya.

4.1 Mendirikan Pondok Pesantren
Setelah menamatkan pendidikan, beliau diminta untuk berkhidmat di almamaternya. Amanah itu beliau terima dengan ikhlas hingga akhirnya pada tahun 1954 beliau ditunjuk untuk memimpin lembaga yang pada saat itu telah berganti nama menjadi Sekolah Menengah Islam (SMI) Sakatiga, menggantikan gurunya KH. Ismail Mahidin yang wafat di tahun itu.

Pada saat memimpin madrasah itulah KH. Ahmad Qori Nuri berhasil menggerakkan seluruh elemen SMI Sakatiga dan masyarakat Sakatiga untuk memajukan lembaga pendidikan itu. Kejayaan itu mengharumkan nama SMI Sakatiga yang pada tahun 1962 bernama Madarasah Menengah Atas (MMA) Sakatiga.

Bukan hanya itu, bahkan nama Sakatiga juga mengharum hingga terkenal dengan sebutan ‘Mekkah Kecil’. Akan tetapi di tahun 1967 MMA diserahkan kepada Pemerintah dan dijadikan madrasah negeri. Menyikapi perubahan tersebut, Ayah dari 5 anak itu dan murid-murid KH. Ishak Bahsin di Indralaya memandang bahwa MMA Sakatiga adalah kelanjutan jihad KH. Ishak Bahsin. Bila dinegerikan dan diserahkan kepada pemerintah maka akan kehilangan nilai-nilai sejarahnya.

Karena itu atas kesepakatan dan dukungan penuh masyarakat Indralaya dengan tokoh agama dan tokoh adatnya dibentuklah Madrasah Menengah Atas (MMA ) Al-Ittifaqiah Indralaya. Setelah kesepakatan itu, murid yang sangat menghormati dan sangat berbakti kepada orangtua dan gurunya itu diminta untuk memimpin lembaga baru tersebut yang sejak tahun 1976 bernama Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah (PPI) Indralaya.

5. Referensi

https://ittifaqiah.ac.id

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya