Biografi Sunan Kapasan ( Ki Ageng Kapasan)
- by Achmad Susanto
- 2.827 Views
- Selasa, 9 Agustus 2022
Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga Sunan Kapasan
1.3 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Sunan Kapasan
2.1 Guru-guru Sunan Kapasan
3. Perjalanan Dakwah Sunan Kapasan
4. Keteladanan Sunan Kapasan
5. Referensi
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Sunan Kapasan lahir di Campa (Kambodja). Beliau adalah sepupu dari Sunan Ampel ( Ali Rahmatullah) dan Ali Murtadho. Beliau terlahir dengan nama Abu Hurairah
1.2 Riwayat Keluarga Sunan Kapasan
Beliau dinikahkan dengan putrid seorang pengrajin kapas yang bernama Samirah
1.3 Nasab Sunan Kapasan
Sunan Kapasan adalah Putra dari Raja Campa Adik dari Ibu Sunan Ampel dan Raden Santri Ali Murtadho
1.4 Wafat
Sunan Kapasan dimakamkan di kompleks makam Sentono Agung Boto Putih di Jalan Pegirian. Kompleks makam ini merupakan kompleks makam sunan dan para bangsawan (adipati) di Surabaya.
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Sunan Kapasan
2.1 Guru-guru Sunan Kapasan
- Syekh Ibrahim Asmoroqondi
- Sunan Ampel
3. Perjalanan Dakwah Sunan Kapasan
Setelah hampir dua puluh tahun sudah Syekh Ibrahim Asmoroqondi berada di tanah Campa. Dengan istri keduanya, ia dikaruniai dua orang putra yang diberi nama Ali Murtadlo dan Ali Rahmatullah. Pada sekitar tahun 1404 Sunan Kapasan ikut dengan rombongan Syekh Ibrahim Asmoroqondi beserta kedua putranya meninggalkan bumi Campa menuju ke Jawa.
Mereka berlayar menggunakan perahu menyusuri pantai Sumatra hingga akhirnya mereka singgah di pelabuhan Palembang. Di Palembang rombongan kecil tersebut disambut oleh Adipati Arya Damar. Dia sebenarnya adalah salah satu pangeran dari Majapahit dan diangkat sebagai penguasa Palembang, yang menguasai wilayah bawahan Majapahit.
Setelah bicara basa-basi cukup lama Syekh Ibrahim Asmoroqondi mulai berbincang-bincang tentang keyakinan yaitu agama Hindu dan Islam dengan mendasari ilmu tasawuf, ilmu spiritual Islam yang memang banyak memiliki titik kesesuaian antara dua keyakinan tersebut. Hingga akhirnya adipati Palembang Arya Damar tergerak hatinya untuk masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan Raden Arya Damar diberi nama baru Oleh Syekh Ibrahim Asmoroqondi menjadi Arya Abdillah yang bermakna Kesatria Abadi Tuhan.
Setelah tiga bulan berada di Palembang. Akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju ke tanah Jawa dengan menggunakan kapal. Karena kapal yang mereka tumpangi adalah kapal dagang maka mereka sempat singgah di beberapa pelabuhan antara lain :Banten, Bandar Sunda Kelapa, karawang, Cirebon, Semarang dan Jung Mara. Hingga akhirnya mereka sampai di pelabuhan Tuban yang tak kalah ramainya dengan pelabuhan Palembang.
Sejak abad ke-11 tuban nampaknya sudah menjadi pusat perdagangan internasonal, khusunya pada masa Airlangga. Dalam sebuah prasasti yang dikeluarkan pada masa itu disebutkan bahwa kerajaan Airlangga memiliki dua pelabuhan niaga yaitu Hujung Galuh dan Kambangputih. Dalam prasasti tersebut disebutkan orang-orang asing yang berdagang yaitu pedagang India Utara, India Selatan, Burma, Kamboja dan Campa.
Pendaratan Syekh Ibrahim Asmoroqondi di Tuban lebih tepatnya di Desa Gesik dewasa itu dapat dipahami sebagai suatu sikap kehati-hatian seorang penyebar dakwah Islam. Mengingat Bandar Tuban saat itu adalah bandar pelabuhan utama Majapahit. Itu sebabnya Syekh Ibrahim Asmoroqondi beserta rombongan tinggal agak jauh di sebelah timur pelabuhan Tuban, yaitu di Gesik untuk berdakwah menyebarkan kebenaran Islam kepada penduduk sekitar.
Setelah sepeninggal Syekh Ibrahim Asmoroqondi lalu Sunan Ampel beserta rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke Majapahit untuk menemui Bibi mereka yang ada disana. Dan akhirnya Sunan Ampel mendapatkan tanah perdikan didaerah Ngampeldenta dan Raden Santri Ali Murtadho dijadikan Syahbandar di Gresik menggantikan Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Sunan Kapasan mengabdi kepada Sunan Ampel dan mendapat tugas untuk berdakwah di daerah Utara Ngampeldenta dan sekitarnya. Dikarenakan beliau selalu bertugas untuk menyiapkan kapas yang akan dipasang untuk penerangan di Ngampeldenta maka beliau di juluki Sunan Kapasan atau Ki Ageng Kapasan. Maka tak heran jika tempat tinggal beliau diberi nama Kapasan.
4 Keteladanan Sunan Kapasan
Sunan Kapasan adalah tokoh yang jarang disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah satu pelopor penyebaran Islam di Jawa. Sunan Kapasan merupakan salah satu tokoh kunci proses Islamisasi di tanah jawa yang hidup pada jaman Walisongo yang mampu menembus dinding kebesaran kerajaan Majapahit. Beliau juga berdakwah bersama Sepupu dan para ulama-ulama lain yang mempunyai modal tersendiri untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara. Beliau umumnya dianggap bukan keturunan Jawa, tapi berasal dari Campa ( Kamboja) melalui laut ke jawa atau orang-orang Islamis yang tetap kuat dalam agama Hindu pada masa pemerintahan Majapahit.
Sunan Kapasan memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan agama Islam. Awal dimulai dakwah dengan cara berdagang. Tidak ada kesulitan bagi beliau untuk mencari barang dagangan lantaran di bantu oleh Istri dan AyahMertua beliau. Kegiatan dakwah pun berjalan lancar, selancar usaha dagangnya. Komunitas muslim pun kian tertata meskipun jumlahnya tidak seberapa.
Penampilan yang sejuk tutur bicara yang santun ketika beliau menyampaikan dakwah hingga beliau dianggap tokoh yang dianggap mampu menentramkan pada waktu itu. Perlahan tapi pasti, masyarakat kelas bawah mulai berbondong-bondong memeluk agama Islam, mengikuti ajaran Sunan Kapasan yang dengan bijak dan santun menyampaikan misi dalam dakwahnya.
5 Referensi
1. Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
2. Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
3. Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
4. Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
5. Dakwah Wali Songo, Purwadi dan Enis Niken,
6. Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
7. Mukarrom, Akhwan. Sejarah Islam Indonesia I. Surabaya: Uin Sunan Ampel, 2014.
Lokasi Terkait Beliau
Belum ada lokasi untuk sekarang
Memuat Komentar ...