Mencari Bahagia

 
Mencari Bahagia

LADUNI.ID - Menjadi orang yang sukses adalah dambaan setiap manusia, bukan sekedar sukses yang diharapkan tapi sukses dan bahagia. Karena ada orang yang sukses, kariernya sudah pada posisi puncak, fasilitas hidupnya terpenuhi, ia dikenal oleh siapapun, namun kadang kehidupan rumah tangganya tidak sesukses apa yang selama ini dipegangnya. Ia tidak bahagia. Ada juga orang yang merasa bahagia, meskipun kondisi ekonominya pas-pasan, ia bekerja sebagaimana layaknya masyarakat kebanyakan, fasilitas hidupnya tidak berlebihan tetapi ia masih kelihatan bisa bersenda gurau dengan anak dan istrinya, ia masih setia menemani anak-anaknya berangkat ke sekolah, dalam hal ibadahpun ia kelihatan istiqamah. Gambaran dari dua kondisi manusia yang berbeda. Ada yang sukses dan bahagia, ada yang sukses namun tidak bahagia, ada yang kurang sukses tapi kelihatannya bahagia dan ada yang sudah tidak sukses tidak pula bahagia.

Jika dihadapkan pada dua pilihan, pilih sukses atau bahagia, kita kadang menjawab dengan jawaban yang tidak ada pada dua pilihan itu yakni tentu ingin bahagia dan sukses. Jika dipaksa antara dua pilihan itu? Kita pasti ingin bahagia. Orang sukses ukurannya kelihatan dan kasat mata namun tidak sedikit orang yang sudah sukses tapi sesungguhnya ia sekarat, ada orang yang bahagia dengan apa yang dijalaninya, kenapa? Karena bahagia letaknya adalah pada sejauh mana ia menerima apa yang ada padanya, dinikmati, dibagi dan bermanfaat. Karenanya pula, kebahagiaan letaknya di hati bukan dimana-mana, semakin kita suka cita dengan apa yang ada (baca: syukur) maka yakinlah kebahagiaan semakin dekat.

Mengapa Allah SWT mewanti-wanti manusia untuk berlindung kepada-Nya dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki (QS. 113: 5)?. Dengki sebagai sifat yang merasa selalu tersaingi oleh orang lain sehingga berdampak pada bagaimana cara ia mendapatkannya, bagaimana supaya keberhasilan itu juga ada padanya, bagaimana kok ke dia. Akibat yang lebih fatal adalah ia merasa sangat tersiksa jika orang lain mendapatkan kenikmatan. Tetangganya bisa beli mobil ia stroke, saudaranya bisa beli tanah, ia demam dan sebagainya. Orang yang ada sifat dengki maka ia akan semakin jauh dari kebahagiaan.

Allah SWT Maha Adil, Maha Benar Perhitungannya dan Ia pasti tepat memberikan rezeki-Nya, tidak akan pernah tertukar satu dengan lainnya. Sehingga mengapa kita harus sewot karena apa yang diterima oleh orang lain itu sudah bagian yang diberikan Allah untuknya, mengapa harus mencari sumber dan asal ia mendapatkan rezeki-Nya jika itu sudah ketetapan Sang Pemberi Rezeki. Jika ingin mendapatkan apa yang dinikmati-Nya dan kitapun mendapatkan itu, janganlah sibuk dengan rezeki yang telah diterima tapi sibuklah untuk mengingat siapa Zat Pemberi Rezeki.

Pemahaman semacam ini penting untuk dikemukakan mengingat kadang kita kala menerima karunia Allah lantas terpesona dan concern dengan materi rezeki itu sendiri tapi lupa siapa yang Memberi Rezeki? Pernah kita lihat dikehidupan kita, ada orang yang kehidupan dan karirnya biasa-biasa tapi seakan-akan karunia-Nya tidak pernah putus. Sebagai makhluk yang diajarkan untuk husnuzh zhan (baik sangka) maka hal itu harus dilihat pada kemungkinan begitu dekatnya pada Sumber Rezeki itu sendiri. Bukankah orang yang bertakwa akan diberikan jalan keluar dari persoalan yang ia hadapi dan kepadanya diberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS. 65: 3). Prof. Quraish Shihab memaknai ayat ini bahwa bagi orang yang dekat pada Allah maka akan disediakan baginya sebab-sebab memperoleh rezeki yang tidak diperkirakan sebelumnya. Orang yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, maka Dia akan mencukupi segala keperluannya.

“Syukuri apa yang ada, Hidup adalah anugerah”, demikian lirik sebuah lagu tentang syukur. Jelaslah, segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah yang dengannya nikma

Oleh Sholihin H. Z.

Kepala MTs ASWAJA Pontianak

 

 

Tags