Menatap Keindahan Kota Sejarah Banda Aceh dalam Aura Dakwah Tastafi

 
Menatap Keindahan Kota Sejarah Banda Aceh  dalam Aura Dakwah Tastafi

LADUNI.ID, KOLOM- Kota nan indah terlebih kala kita berada diatas ketinggian menatap keelokan dan kecantikan kota sejarah, kebisingan  kendaraan dan suara klakson plus sesekali terdengar alunan mikrofon sang qariah yang sedang membacakan butiran kalam ilahi, menghiasi sudut kota tua yang bernama Banda Aceh. 

Berdasarkan naskah tua dan catatan-catatan sejarah, Kerajaan Aceh Darussalam dibangun diatas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra dan Kerajaan Indra Pura Dari penemuan batu-batu nisan di Kampung Pande salah satu dari batu nisan tersebut terdapat batu nisan Sultan Firman Syah cucu dari Sultan Johan Syah, maka terungkaplah keterangan bahwa Banda Aceh adalah ibukota Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada hari Jumat, tanggal 1 Ramadhan 601 H ( 22 April 1205 M) yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.

Sejenak kita tinggalkan paparan sejarah, pandangan kita arahkan kesebuah masjid yang termegah di Asia Tenggara persis berada di pusat kota Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman yang kini terus dibenahi hingga nampak payung duplikat Masjid Haramain.

Mendengar nama Tastafi tentunya kita akan bertanya, gerakan dan ormas apa itu? Dulu hanya kita mendengar namanya saja, baik melaui sosmed, media massa bahkan dari mulut ke mulut. Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi Pusat dibentuk pada tingkat Propinsi yang
berkedudukan di Samalanga Aceh.
Majelis ini untuk pertama sekali Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi Pusat dibentuk atas inisiatif Abu Syekh Haji Hasanul Bashri HG (Abu MUDI).

Struktur dan anggota pengurus Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi Pusat pertama ditetapkan oleh Abu Syekh Haji Hasanul Bashri HG sebagai pendiri dan pencetusnya. Pengurus selanjutnya akan dipilih oleh Muktamar dan ditetapkan oleh pendiri dan atau ulama paling senior yang ada dalam struktur pengurus Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi sebelumnya.

Abu MUDI dalam suatu kesempatan menyebutkan TASTAFI lahir juga terpanggil hatinya untuk berusaha mencegah lahirnya faham yang sesat dan penyimpangan ilmu dan aqidah dari manhaj Ahlisunnah wal jama’ah(Aswaja) sebagaimana dibawa oleh rasulullah.

Realita dan fakta dewasa ini generasi muda dan masyarakat lebih senang mengikuti sesuatu yang baru yang diwarisi oleh pemikiran nonmuslim dan sejenisnya baik sekulerisme, pluralism maupun leberalisme (Sepilis). Lahirnya penyimpangan tersebut juga diantara banyak sekali cara dan metode musuh Islam dalam usaha menjatuhkan kaum Muslimin dari Al-Qur’an yang semestinya untuk landasan kehidupan sehari-hari. di antaranya mereka berusaha keras untuk memasarkan di kalangan kaum muslimin prostitusi, narkoba dan sejenisnya.

Kitapun sangat berharap dengan tuntunan para ulama lewat pengajian (beut seumeuebut). Ternyata Ghazwul Fikri (perang pemikiran) ini dianggap paling efektif oleh musuh-musuh Islam, karena itu tidak heran jika umat Islam dewasa ini banyak yang tidak mempelajari agama Islam secara benar dan mendalam bahkan dengan jujur banyak ditemui di dalam rumah tangga umat Islam.

Tidak ada solusi dan jawabannya selain dengan menghidupkan pergerakan TASTAFI baik di kota, meunasah, masjid, universitas, lembaga pendidikan umum seperti yang ditempuh oleh TASTAFI Pidie Jaya dengan memasukkan program TASTAFI lewat pendidikan diniyah di bangku sekolah Dasar(SD) dan Menengah (SMP) hingga perguruan tinggi begitu juga instansi pemerintahan dan lainya.

Beranjak dari itu  Majelis Zikir dan Pengajian Tastafi kini menggema di pusat kota tua itu mampu menjadi gerbong perubahan dan kebaikan demi negeri ini dan Banda Aceh sebagai salah satu kota tertua dan ibu kota Propinsi Serambi Mekkah.

Sekali lagi, kita sangat berharap dengan sentuhan Tastafi yang setiap bulannya diisi oleh Al-Mukarram Al-Mursyid Abu MUDI di bawah rumah Allah Masjid Raya Baiturrahman begitu juga pengajian dan zikir Tastafi saban hari dan waktu yang menggelora di kota Banda itu hendaknya mampu mengubah prilaku dan berbagai maksiat baik prostitusi, narkoba maupun lainnya menjadi kota sejuk dengan aura Tastafi menjelma sebagai Kota Madani nan religius. Semoga..!!!

*Helmi Abu Bakar el-Langkawi, penggiat literasi asal dayah MUDI Masjid Raya Samalanga