Puluhan Pengungsi Rohingya ‘Kabur’ Ketika akan Dipulangkan ke Myanmar

 
Puluhan Pengungsi Rohingya ‘Kabur’ Ketika akan Dipulangkan ke Myanmar

LADUNI.ID, Jakarta – Rencananya pada pertengahan November, proses repatriasi (pemulangan) pengungsi Rohingya ke Myanmar akan dimulai. Ada lima pengungsi Rohingya yang sudah didaftar, namun untuk gelombang pertama hanya akan diikuti dua ribu orang.

Kendati demikian, puluhan keluarga pengungsi Rohingya –yang namanya masuk dalam daftar repatriasi ke Myanmar pekan ini- telah melarikan diri dari kamp-kamp yang mereka tinggali di Bangladesh.

“Sebagian besar orang-orang yang ada di dalam daftar telah kabur untuk menghindari repatriasi,” terang seorang pemimpin Rohingya di kamp Jamtoli, Abdus Salam, dilansir laman Reuters, pada Senin (12/11) kemarin.

Selain itu, Abdus Salam juga mengungkapkan, mereka kabur ke kamp-kamp lainnya di Bangladesh agar tidak dideteksi dan dipaksa untuk kembali ke Myanmar.

Pada pekan lalu, terdapat lebih dari 20 pengungsi Rohingya yang masuk daftar repatriasi juga menolak kembali ke negara bagian Rakhine. Mereka mengaku ketakutan jika harus kembali ke Myanmar.  Kemudian pada akhir Oktober lalu, Myanmar dan Bangladesh sepakat untuk melakukan proses repatriasi terhadap para pengungsi Rohingya. Rencananya, proses tersebut akan dimulai pada 15 November.

Pihak Bangladesh menyatakan tidak akan memaksa para pengungsi Rohingya untuk kembali ke Myanmar. Bangladesh juga meminta badan PBB yang menangani masalah pengungsian, UNHCR, untuk melakukan verifikasi apakah nama-nama yang ada dalam daftar tersebut ingin kembali ke Myanmar.

Karena hal itu, pihak Myanmar merespons dan menyebutkan kalau terjadi atau tidaknya proses repatriasi itu tergantung kepada Bangladesh. Akan tetapi, pihak Myanmar mengaku sudah siap menyambut para pengungsi Rohingya.

“Itu tergantung negara lain (Bangladesh), apakah ini akan benar-benar terjadi atau tidak. Tapi kita harus siap. Kita telah melakukannya,” jelas Menteri Kesejahteraan Sosial dan Pemukiman Myanmar, Win Myat Aye. Namun demikian, perwakilan UNHCR di Bangladesh Firas al-Khateeb mengatakan pada Senin (12/11) kalau usaha repatriasi belum dimulai.

Utusan HAM PBB untuk Myanmar Yanghee Lee, pada waktu sebelumnya, mendesak Bangladesh dan Myanmar untuk membatalkan rencana pemulangan ratusan ribu pengungsi Rohingya ke kampung halamannya di negara bagian Rakhine. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penganiayaan lagi terhadap etnis Rohingya.

Selain itu Lee juga menilai, sampai saat ini Myanmar belum bisa memberikan jaminan keamanan dalam proses repatriasi pengungsi Rohingya. Keadaan di negara bagian Rakhine juga belum kondusif untuk para pengungsi Rohingya.

“Myanmar telah gagal memberikan jaminan bahwa para etnis Rohingya ini tidak akan mengalami penganiayaan dan kekerasan yang sama sekali lagi,” terang Lee, seperti dilansir dari laman Aljazeera, Rabu (7/11) lalu.