Urgensi Pendidikan Berbasis Humanisme

 
Urgensi Pendidikan Berbasis Humanisme

LADUNI. ID, KOLOM- Dunia pendidikan sering kita mendengarnya dengan istilah Education as sosial fungcional menekankan bahwa sosok pendidikan itu sebagai alat untuk memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa.

Pendidikan seringkali juga digunakan sebagai alat hegemoni kekuasaan dan alat untuk melestarikan kelas-kelas sosial dalam masyarakat.

Sementara itu pengaruh dunia industri terhadap dunia pendidikan adalah penyamaan antara proses pendidikan dan proses produksi dengan pola input-proses-output. 

Murid diibaratkan sebagai raw input, sementara komponen pendidikan yang lain seperti guru, kurikulum dan fasilitas pendidikan diibaratkan sebagai komponen proses produksi dalam suatu pabrik.

Model paradigma seperti ini memandang manusia secara parsial, yaitu sebagai makhluk jasmani dengan kebutuhan materiil yang sangat dominan dan tentu saja kurang memperhatikan hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi dan paling sempurna, terutama dilihat dari dimensi spiritualitasnya. Dampak dari pendidikan yang terlalu material oriented ini dapat berakibat pada pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh humanisme (Tobroni, 2008).

Makhluk yang sangat sempurna diciptakan oleh Allah adalah manusia. Di samping itu sosok manusia juga merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. 

Pendidikan humanis sebagai upaya memperbaiki system pendidikan yang selama ini masih kurang begitu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. 

Ada tiga aliran pendidikan yang dijadikan sebagai pendekatan dalam pendidikan humanis, yaitu progresivisme, konstruktivisme, dan eksistensialisme. 

Ketiga aliran tersebut diperkuat dengan adanya pendapat bahwa dalam diri manusia terdapat sejumlah potensi kecerdasan yang harus dibina dan diberdayakan secara optimal yang dijadikan sebagai landasan pendidikan humanis. 

Potensi tersebut meliputi kecerdasan matematis/logis, verbal/bahasa, fisik/gerak, musical/ritme visual/ruang, dan kecerdasan emosional yang meliputi kecerdasan inter dan intrapersonal.

* Masrur Salamuddin, MA, Putra Kelahiran Meurandeh Alue, Pidie Jaya, mantan Ketua GP Anshor Pijay.