Sifat-sifat Buruk Kaum Yahudi

 
Sifat-sifat Buruk Kaum Yahudi

LADUNI.ID - Sebagaimana biasa pada Jumat malam Pengkajian Tafsir Al-Qur’an Berbasis pada Asbab an-Nuzul mengacu pada Kitab Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul karya as-Suyuthi di Masjid al-Jamaah Pontianak. Kajian kali ini sampai pada ayat 76 surat al-Baqarah yang diberi judul Sifat Buruk Kaum Yahudi. Ibnu Abbas meriwayatkan mereka (kaum Yahudi) jika berjumpa dengan orang-orang mukmin, mereka mengaku beriman, bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Akan tetapi, Muhammad hanya diutus khusus kepada kalian saja (bukan untuk kami). Begitu mereka berjumpa dengan sesama kaum Yahudi yang lain, mereka pun menegur, mengapa kalian bicarakan, dan menyampaikan masalah kerasulan Muhammad ini kepada orang-orang Arab, karena dahulu kami kalian meminta kemenangan (atas mereka) kepada Allah dengan wasilah kerasulan Muhammad, lalu kini kita tahu ternyata ia bagian dari mereka. Atas kasus ini, maka Allah menurunkan ayat 76 surat al-Baqarah: 
وَإِذَا لَقُوا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُم بِمَا فَتَحَ ٱللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُم بِهِۦ عِندَ رَبِّكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." Tetapi apabila kembali kepada sesamanya, mereka bertanya, "Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, sehingga mereka dapat menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu? Tidakkah kamu mengerti?" (HR. ath-Thabari dari Ibnu Abbas). 

Mengacu pada kejadian asbab an-nuzul ayat tersebut, dapat dipahami bahwa di antara sifat buruk orang-orang Yahudi adalah suka berpura-pura, mengaku beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW. Padahal sesungguhnya mereka menentang ajaran Islam dan benci kepada Rasulullah SAW. mereka hanyalah mengolok-olok umat Islam. Sebagaimana juga disebutkan pada ayat sebelumnya, yaitu ayat 14 surat al-Baqarah. 

Kaum Yahudi, terutama pendetanya sudah tahu lebih dahulu mengenai kedatangan Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi terakhir pembawa rahmat dan perdamaian, melalui kitab Taurat, namun mereka pula yang menentang kenabian Muhammad SAW. dan menyembunyikan kebenaran itu, salah satu faktornya karena kedengkian dan kebencian terhadap umat Islam. 

Sifat benci dan dengki, inilah yang kemudian melahirkan sifat tidak jujur, suka berbohong dan membuat kebohongan dan segala macam rekayasa kebohongan, istilah sekarang namanya hoax, susah atau tidak mau mengakui kelebihan dan prestasi orang lain. Sebaliknya yang dilihat dan dibesar-besarkan adalah kekurangan dan kelemahan orang lain, bahkan kekurangan dan kelemahan orang lain semakin disebarkan semakin suka dan gembira. Sementara kekurangannya sendiri sengaja ditutup rapat-rapat.

Rasulullah SAW. mengingatkan jangan sampai hati kita dihinggapi sifat dengki dan benci.
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الأُمَمِ قَبْلَكُمُ الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ هِىَ الْحَالِقَةُ لاَ أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِمَا يُثَبِّتُ ذَاكُمْ لَكُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Tirmidzi dari Zubair bin al-‘Awwam). 

Sifat benci dan dengki ini semakin subur dan menjadi-jadi karena adanya berbagai macam kepentingan, termasuk kepentingan politik dan ekonomi. Demi untuk kepentingan seperti ini, sangat susah jujur, sebaliknya sangat gampang menyembunyikan kebenaran, bahkan rela menghalalkan segala macam cara. Inilah sifat yang dimiliki orang-orang Yahudi di Madinah yang sangat bernafsu berkuasa dan berusaha menggeser Nabi Muhammad SAW.

Itulah sebabnya orang-orang Yahudi sebut sebagai مَغْضُوْب عَلَيْهم (Maghdhubi ‘alaihim) artinya orang-orang yang dimurkai, sebagaimana dalam surat al-Fatihah. 

Dalam surat al-Fatihah yang selalu dibaca setiap shalat dan di luar shalat, kita berdoa: “ya Allah bimbinglah kami ke jalan shiratal Mustaqim, bukan jalan orang-orang yang dimurkai, seperti Yahudi, dan bukan juga jalan orang-orang sesat seperti Nasrani.

Semoga Allah menjaga hati kita tidak dihinggapi penyakit sifat benci dan dengki yang akan melahirkan sifat-sifat buruk lainnya.

Pontianak, 22 Rabi’ul Awwal 1440 H/30 Nopember 2018.

Oleh: Dr. Wajidi Sayadi

Dosen IAIN Pontianak

 

 

Tags