KH Musthafa Aqil Siradj: Ulama NU Dakwah Merangkul Bukan Memukul

 
KH Musthafa Aqil Siradj: Ulama NU Dakwah Merangkul Bukan Memukul

LADUNI.ID, Depok - Sejak pagi hingga Sabtu malam sudah tampak bendera dan umbul-umbul berjejer warna hijau menghiasi jalan-jalan protokol Sawangan kota Depok Jawa Barat, menjadikan para pelintas jalan dalam benaknya menangkap bahwa ini acara NU. 

Terlihat beberapa baliho yang terpasang di beberapa sudut jalan, yang bertuliskan 'Selamat Datang Tamu Rasulullah SAW di Majelis Ittihadusyubbaan', dan tenda yang terlihat cukup luas disediakan untuk jama'ah yang akan pada acara tersebut.

Hasil pantauan laduni.id, sampai Ahad pagi ribuan kerumunan Jamaah Maulid Nabi SAW memenuhi areal acara. Para jamaah yang hadir dari berbagai daerah se-Jabodetabek terlihat berlalu lalang mengambil posisi duduk dan disambut dan diatur oleh panitia acara, sembari diberi lembaran kalender dan secercik kertas yang berisi bacaan lafal Istigotsah. 

Tepat pukul 08.00 pagi acara dimulai dengan pembacaan Tahlil dan Tawassul serta di lanjutkan dengan pembacaan kitab Riwayat Maulid Rasulullah SAW.

Usai pembacaan Kitab Maulid Ad Dhiba'i dilanjutkan dengan menyayikan lagu Indonesia Raya dan Mars Hubbul Wathan. Tampak jamaah dengan syahdu dan semangat melantunkan mars karangan salah satu pendiri NU, KH Wahab Hasbullah itu.

Terlihat juga sejumlah Alim Ulama dan beberapa ustadz yang berada diatas panggung berkaca-kaca, sambil mengepalkan tangan ke atas sebagai bukti dari rasa semangat meresapi lagu perjuangan tersebut. 

Tuan rumah acara, KH Fachruddin Muradi, MA., yang juga pimpinan Yayasan Al Murodiyah As Salimiyah dan pimpinan Majelis Isttihadusyubbaan, yang menaungi 200 Majelis dan Masjid di kota Depok mengucapkan, "Semoga acara ini mendapat ridho Allah SWT dan kita yang hadir mendapatkan keberkahan, terima kasih kepada seluruh tamu undangan terkhusus pada para Alim Ulama yang sudah menyempatkan untuk hadir," ucapnya dalam sambutannya, Minggu pagi, (2/12/2018).

Sambutan dilanjutkan plt Ketua PCNU kota Depok Ust Ahmad Solechan, mengatakan, cara berdemonya orang NU, warga NU dengan berdo'a, bersholawat dan mengingat Allah dengan Munajat.

"Beginilah cara orang warga NU berdemo dengan Istighosahan, maulidan bermunajat kepada Allah, yang kita harapkan Negara ini Aman Damai, apalagi menjelang pemilu bulan April nanti, kita harus menjaga agar kondusif keamanan kita serahkan kepada yang berwajib, baik TNI nya maupun Kepolisian, itu sudah menjadi tugas dan kita dukung sepenuhnya," tuturnya.

Pada acara tersebut tampak penceramah pertama, KH. Musthafa Aqiel Siradj asal Cirebon yang juga merupakan ketua Majelis Dzikir Hubbul Wathan. Ia menganalogikan Maulid, boleh dilaksanakan dan bukan suatu amalan yang dilarang dalam Islam.

"Suatu saat Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra' lalu malaikat Jibril menyuruh Rasul SAW untuk turun dan Shalat dua Rakaat, usai melaksanakan Shalat Rasul SAW bertanya kepada malaikat Jibril, "wahai Jibril ada apa ini aku disuruh mengerjakan shalat, tempat apakah ini?,  lalu jawab Jibril "nama tempat ini adalah Beitul Lahem (Beitlehem) tempat di mana Nabi Isa AS dilahirkan," ungkapnya.

Lanjutnya, itu mengapa Rasulullah SAW disuruh mengerjakan shalat tak lain adalah karena untuk memuliakan, menghormati dan tabarrukkan atas tempat dilahirkannya Nabi Isa AS.

"Begitu juga dengan kita merayakan Maulid Nabi SAW, tak lain yaitu mengharap Ridho Allah SWT dan menghormati karena Nabi SAW dilahirkan pada bulan ini. Bentuk dari kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW," kata kiai Musthafa dalam ceramahnya.

Begitu juga, sambung kiai Musthofa, yang harus diteladani bersama adalah tentang Akhlak atau perilaku sifat-sifat Nabi SAW, beliau seorang yang sangat cinta kepada tanah air (hubbul wathan minal iman), dakwah ulama NU itu merangkul bukan memukul, mengajak bukan saling mengejek.

"Lambang NU itu ada bintang sembilan menggambarkan walisongo teori dakwahnya yang ramah, maka oleh karena itu harus berbuat baik dan adil, inilah sikap umat Islam, inilah sikap alim Ulama NU," urai kiai Musthafa.

Penceramah kedua diisi Dr. KH Manarul Hidayah. MA. Ia berpesan kepada para jamaah untuk hati-hati dalam memilih guru.

"Pilihlah guru yang mengerti NU dan yang NU pastinya," tegasnya.

Pilih kiai, lanjut kiai Manarul, karena selama ini banyak orang kita yang salah pilih guru yang akhirnya melawan orangtua, melawan Negara, tak suka maulidan, tahlilan dan lain-lain. 

"Jadikan Kiai-kiai NU sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. 
Jangan sampai kita memilih Kiai yang bukan NU, harusnya kita pun memilih pemimpin dari kalangan Nahdlatul Ulama," pesannya.

Acara usai jam 12.30 dan langsung di tutup dengan pembacaan doa oleh Dr. KH Ilyas. 

Acara juga ditutup oleh kiai Murodi dengan mengumumkan,  aljabar dari Al Habib Abubakar bin Hasan Alattas Az Zabidi Tanah Baru. Ia menyampaikan kepada para jamaah untuk menghadiri acara Haol Gus Dur di Ciganjur.

 

(Hakim/srf)