Nabi Tak Pernah Mencaci Maki

 
Nabi Tak Pernah Mencaci Maki
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Para sahabat pernah memberikan kesaksian bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang tidak pernah berkata-kata buruk, apalagi mengutuk atau mencaci-maki orang lain. Mereka mengatakan tentang nabi sebagaimana berikut:

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَاحِشًا وَلاَ لَعَّاناً ولا سَبَّابًا

“Rasulullah SAW bukanlah orang yang biasa mengucapkan kata-kata jorok, bukan pengutuk dan bukan pula tukang caci maki.” (HR. Muslim)

Sahabat Abu Hurairah pernah meminta kepada Nabi agar mendoakan kecelakaan, keburukan atau kesengsaraan bagi orang-orang musyrik. Tetapi saat itu, justru Nabi SAW bersabda:

إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا ، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً

“Aku tidak diutus Tuhan untuk mengutuk orang. Aku diutus hanya untuk menyebarkan kasih sayang.” (HR. Muslim)

Tuhan telah memberikan pernyataan yang menegaskan tentang kasih sayang dan kelembutan pribadi Nabi Muhammad SAW yang agung tersebut.

Allah SWT berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)

Pernyataan Tuhan di atas menunjukkan dengan sangat jelas bahwa Nabi kaum Muslimin, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang berhati lembut dan tidak berlaku kasar terhadap orang lain, termasuk terhadap mereka yang menolak agamanya. Tuhan bahkan menegaskan bahwa penyebaran agama (dakwah) dengan cara-cara kekerasan justru bukan hanya akan gagal, tetapi juga membuat orang lari dan menimbulkan kebencian masyarakat. Tuhan juga memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar memaafkan mereka yang bertindak kasar terhadapnya.

Perbedaan pandangan dalam masyarakat atas suatu masalah, menurut ayat tersebut tidak diselesaikan dengan cara-cara kekerasan, melainkan dengan jalan musyawarah dan dialog. Demikian itu yang juga telah diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pada ayat yang lain, Allah SWT berfirman:

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَة. إِدْفَعْ بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ. فَإِذَا الَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushshilat: 34)

Sebaliknya, dakwah dengan cara menyakiti atau melukai hati orang-orang beriman adalah sebuah dosa besar, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 58:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti hati orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan, maka dia benar-benar telah melakukan kedustaan dan dosa yang nyata.”

Aisyah binti Abi Bakr, istri Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan, “Bila Nabi mendengar orang lain, tokoh atau pemimpin yang bertindak kasar, atau kekeliruan, dan ingin menegurnya, atau memperbaikinya, beliau tidak menyebutkan namanya. Beliau hanya bilang:

مَا بَالُ قَوْمٍ يَفعلونَ كذا وكذا

“Ada suatu kaum atau ada seseorang yang bertindak begini atau begitu.”

Atau dikatakanlah begini:

مَا بَالُ النَّاسِ يَشْتَرِطُوْنَ كَذَا وَكَذَا

"Ada orang-orang yang mensyaratkan ini dan itu"

Jelas hal ini dilakukan untuk tidak mempermalukan seseorang di depan publik. Karena tujuan utamanya adalah memperbaiki perbuatannya, bukan menyakiti orangnya. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 06 Januari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: KH. Husein Muhammad

Editor: Hakim