Menjaga Kemurnian Ajaran Islam Mewaspadai Politisasi Agama: Sebuah Pelajaran di Zaman Sahabat Nabi SAW

 
Menjaga Kemurnian Ajaran Islam Mewaspadai Politisasi Agama: Sebuah Pelajaran di Zaman Sahabat Nabi SAW
Sumber Gambar: Unsplash.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.id, Jakarta - Pada zaman sahabat Nabi Muhammad SAW, Islam tumbuh dan berkembang sebagai ajaran suci yang mengajarkan moral, etika, dan jalan hidup yang benar. Zaman ini ditandai oleh semangat kesucian dan ketulusan dalam memahami serta mengamalkan ajaran agama. Meskipun begitu, seperti dalam sejarah umat manusia, potensi politisasi agama juga telah muncul pada masa itu. Namun, sahabat-sahabat Nabi dengan tegas mempertahankan kemurnian ajaran Islam dan menolak untuk mempolitisasi agama demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Saat Rasulullah SAW menerima wahyu pertama melalui Malaikat Jibril, Islam muncul sebagai ajaran monoteistik yang menyerukan kepada manusia untuk mengabdikan diri hanya kepada Allah semata. Di tengah kegelapan moral dan ketidaksetaraan sosial yang melanda masyarakat Arab saat itu, pesan Islam datang sebagai cahaya yang membawa perubahan radikal. Sahabat-sahabat pertama Nabi, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Uthman bin Affan, mengambil ajaran ini dengan sungguh-sungguh. Mereka tidak hanya menganggapnya sebagai landasan spiritual, tetapi juga panduan untuk mengubah masyarakat menuju kebaikan dan keadilan.

Pada masa Rasulullah memimpin umat Islam, hubungan antara agama dan politik sangatlah erat, tetapi tidak pernah disalahgunakan untuk kepentingan politik sempit. Kebijakan politik yang diambil oleh Nabi selalu berdasarkan pada prinsip-prinsip moral dan etika Islam. Beliau tidak pernah menggunakan agama untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau memperkuat posisi politiknya. Para sahabat pun mengikuti teladan Nabi ini dengan tekun, menjunjung tinggi nilai-nilai kesederhanaan dan keadilan.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN