Memandang Manusia sebagai Manusia?

 
Memandang Manusia sebagai Manusia?
Sumber Gambar: Unsplash.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.Id, Jakarta - Bahwa Allah memerintahkan kepada kita semua untuk menghormati manusia. Sehingga antar manusia di seluruh muka bumi diperintahkan untuk saling menghormati. Bahkan tugas ini tidak hanya kepada manusia saja, tetapi juga kepada seluruh alam semesta diperintahkan untuk menghormati manusia sebagai manusia.

Malaikat diperintah untuk bersujud kala itu juga maksudnya adalah untuk menghormati manusia. Begitu juga jin, setan dan semua makhluk lainnya. Ini perlu diingat bersama, dan hal ini telah disebutkan dalam Al Quran Surat Shad ayat 71 hingga 73:

اِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ طِيْنٍ (٧١)

71. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.

فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ (٧٢)

72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.

فَسَجَدَ الْمَلٰۤىِٕكَةُ كُلُّهُمْ اَجْمَعُوْنَۙ (٧٣)

73. Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya,

 

Yaitu ketika Allah memerintahkan kepada Malaikat bahkan setan, ketika sudah disempurnakan manusia yang diciptakan dari tanah dengan ruh, maka hendaknya mereka semua bersujud kepada manusia. Yang maknanya adalah untuk menghormati manusia.

Sehingga ketika dalam bentuk embrio, ada tahapan pada bulan yang keempat itu manusia terbentuk ada matanya hingga semua fisik dan jenis kelaminnya. Kita diperintah untuk menghormati kepada makhluk Allah yang disempurnakan ruhnya ini. Pertanyaannya, ketika janin dalam perut ibu usia empat bulan belum memiliki agama, tetapi kita semua makhluk diperintahkan untuk memuliakan manusia tersebut. Tentu ini bukan karena suku, agama, ras, atau warna kulitnyanya. Tetapi lebih mendasar lagi, bahwa ia adalah manusia makhluk Allah yang patut dihormati, itulah perintah Tuhan kepada kita.

Lalu misalkan ada manusia lagi kesusahan tenggelam di sungai, apa mungkinkah kita mendekat ke sungai lalu ditanya agamanya dulu? Tentu tidak seperti itu yang diajarkan. Dan inilah nilai tolong- menolong antar manusia, saling hormat-menghormati antar manusia pun juga begitu. Ini adalah konsep ukhuwah insaniyah di dalam islam, dimana kita diajarkan untuk menjaga persaudaraan antar manusia secara universal tanpa membdakan agama, suku, ras dan aspek lainnya.

Adapun disisi lain tentang klaim surga dan neraka adalah hak prerogratif Allah. Apalagi ditujukan kepada orang lain. Untuk percaya diri dan khusnudzon untuk masuk surga mungkin masih tidak bermasalah, tetapi jika mengklaim bahwa orang lain masuk neraka ini yang menjadikan masalah. Sehingga janganlah kita mengangkat diri sebagai Tuhan yang bisa menentukan pastinya surga atau neraka. Seperti apa yang telah disebutkan di dalam Quran Surat Al Baqarah ayat 62, bahwa:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ (٦٢)

62. Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Allah memerintahkan kepada kita, agar menunggu nanti di hari akhir bagimana hasil rapot kita. Tidak usah mengklaim mana yang surge, mana yang neraka. Karen itu bukanlah hak kita.

Semoga kita semua ditakdirakan termasuk orang-orang yang beruntung bisa berkumpul dengan Nabi SAW di Surga-Nya.


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian Buya KH. Syakur Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

____

Penulis: Athallah