Buletin Jumat Laduni.ID Edisi 74: Antara Takdir dan Kebebasan

 
Buletin Jumat Laduni.ID Edisi 74: Antara Takdir dan Kebebasan

Buletin Jumat Laduni.ID resmi untuk dicetak jarak jauh
Laduni.ID, Jakarta - Dialog antara Nabi Adam a.s. dan Nabi Musa a.s. dalam hadis di atas menunjukkan dengan jelas bahwa diturunkan atau dipindahkannya Nabi Adam a.s. dan isterinya Hawa dari surga ke dunia tidaklah semata-mata disebabkan oleh kesalahan pribadi Nabi Adam a.s., tetapi juga telah ditentukan oleh takdir Allah s.w.t. jauh sebelum penciptaan Nabi Adam a.s. Semua kejadian dalam kehidupan alam semesta, termasuk kejadian yang dialami oleh manusia pada hakekatnya berjalan menurut ketetapan takdir Allah s.w.t. Manusia ditugaskan untuk berusaha semaksimal mungkin demi meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Sedangkan ketetapannya berada pada takdir Allah s.w.t. yang pasti dan tidak ada yang dapat menolaknya. Kebebasan yang dimiliki manusia hakekatnya adalah merupakan pemberian dari Allah s.w.t.        

Dalam hadis lainnya disebutkan:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم ابن ماجه وأحمد)

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah. Masing-masing (baik kuat maupun lemah) terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu (taat), mintalah pertolongan kepada Allah (agar kuat melakukannya), dan janganlah kamu lemah (malas)! Jika ada sesuatu yang (tidak diinginkan) terjadi padamu, janganlah kamu mengatakan “Seandainya aku melakukan ini dan itu (tentu tidak begini dan begitu), tetapi katakanlah “Ketentuan Allah-lah yang menghendaki itu semua”, karena sesungguhnya perkataan “seandainya” dapat membuka peluang bagi setan untuk menggoda.” (Hadis Shahih, Riwayat Muslim: 4816, Ibnu Majah: 76, dan Ahmad: 8436. teks hadis di atas riwayat Muslim).

Istilah “kuat” dalam hadis di atas, adalah jiwa yang kuat dan konsisten dalam menapaki hidupnya demi akhirat. Orang yang memiliki sifat ini tidak memiliki rasa takut dan gentar sedikit pun dalam berjihad. Ia pun bertekad kuat untuk ber-amar makruf dan nahi mungkar. Dalam menghadapi kegetiran, ia senantiasa bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah. Ia juga rajin mengerjakan shalat, puasa, berdzikir, dan ibadah-ibadah lainnya.

Sedangkan istilah “lemah” adalah mengacu kepada orang mukmin yang frekuensi ibadahnya lemah. Kendati demikian, Nabi s.a.w. menegaskan bahwa antara “mukmin yang kuat” dan “mukmin yang lemah” keduanya bagus, sebab masing-masing memiliki keimanan.

Adapun kata “Lau” (seandainya), sebagaimana Nabi s.a.w. melarang untuk menggunakannya, menurut Al-Qadhi Iyadh adalah berkenaan orang yang meyakininya secara pasti. Artinya, seandainya ia melakukan hal itu, pasti hal yang tidak diinginkannya itu tidak akan terjadi. Sedangkan orang yang mengembalikan itu semua kepada kehendak Allah, meskipun menggunakan redaksi “Lau”, maka itu tidak termasuk dalam pembahasan ini.

 

Semoga bermanfaat

_______________________________________________________

Buletin Jum’at  laduni.ID edisi 74  file PDF bisa dibaca dan DOWNLOAD DI SINI
Simak Biografi KH. Muhammad Ilyas Ruhiat
Simak juga inovasi Laduni.ID dalam menampilkan grafis chart silsilah guru beliau Di SINI