Info Harian Laduni: 15 November 2023

 
Info Harian Laduni: 15 November 2023

Laduni.ID, Jakarta - Bertepatan dengan tanggal 15 November ini menjadi momentum bagi kita semua untuk mengenang kepergian KH. Abdul Wahid Zaini, dan Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich. 

Pada tanggal 18 Sya’ban 1421/15 November 2000, tanpa ada firasat apa-apa, secara tiba-tiba beliau dipanggil oleh Allah SWT. Beliau meninggal dunia dengan segudang keteladanan. Dan Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich wafat pada 15 November 2011. Kepergian beliau-beliau merupakan duka yang mendalam bagi keluarga, para santri, dan secara umum masyarakat Nahdliyin.

KH. Abdul Wahid Zaini lahir pada hari Jum'at tanggal 17 Juli 1942 di Desa Galis, Pamekasan, Madura. Beliau merupakan putra kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan KH. Zaini Mun'im dan Nyai Hj. Nafi'ah.

KH. Abdul Wahid Zaini memulai pendidikannya dengan belajar kepada ayahandanya. Ketika belajar kepada sang ayah, beliau merupakan sosok yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Meski demikian, beliau tetap tekun dalam muthola’ah tiap materi pelajaran.

Meski kesibukan KH. Abdul Wahid Zaini di luar pesantren sangat padat, tapi beliau tetap bisa mengurus pesantren dengan baik. KH. Abdul Wahid menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid pada masa 1984-2000. Pada masa beliau, Pondok Pesantren Nurul Jadid mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik mengenai jumlah santri maupun dalam pelayanan dan pengembangan kemasyarakatan.

Baca juga: Pesantren Nurul Jadid Probolinggo

Sebagai ulama intelektual, demikian mantan Mendiknas Malik Fajar menyebut Kyai Wahid, acapkali beliau menjadi tempat konsultasi oleh orang-orang yang tengah menghadapi pelbagai persoalan. Dan Kiyai Wahid sendiri selalu menerimanya dengan senang hati dan memberikan solusi terbaik yang dibutuhkan.

Berkat kemampuan Kiyai Wahid ini, tidak mengherankan jika kemudian beliau mampu menjadi mediator konflik pemikiran antara pengurus NU yang sepuh-sepuh dengan kalangan anak muda NU. Lebih-lebih, beliau mampu mempersatukan gagasan kedua belah pihak.

Kyai Wahid pernah melontarkan ide pengembangan pesantren, agar bisa menjadi basis kader untuk pengembangan NU ke depan. Karena pondok pesantren dikenal sebagai basis anak muda NU, sehingga perlu adanya pembinanaan dan kaderisasi santri sebagai embrio ulama yang ada di pesantren. Ide ini disadari oleh Kyai Wahid karena beliau menyadari bahwa para pendiri NU berasal dari Pesantren.

Baca biografi selengkapnya di: Biografi KH. Abdul Wahid Zaini

Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich lahir pada 1 Juni 1942, di desa Parijatah Kulon, Dusun Melik, Kecamatan Serono, Kabupaten Banyuwangi. Beliau merupakan putra ke empat dari tujuh bersaudara, dari pasangan KH. Muslich dengan Hj. Siti Walijah.

Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich memulai pendidikannya dengan belajar di Sekolah Rakyat (SR), pada tahun 1952. Setelah lulus dari sekolah rakyat beliau melanjutkan ke Sekolah Keguruan atau Pendidikan Guru Agama, pada tahun 1957.

Dr. KH. M. Zubaidi Muslich memulai karirnya sebagai pengajar dan pendidik pada tahun 1966 di Madrasah Tsanawiyah Seblak dengan bidang studi literatur buku atau kitab kuning. Beliau diangkat dan percaya langsung oleh Ibu Nyai Hj. Khairiyah Hasyim (almarhumah). Pada tahun yang sama beliau masih menyelesaikan program sarjana muda di Universitas Hasyim Asy’ari –Tebuireng, Jombang .

Selain mengajar dan menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Seblak, beliau juga menjadi tenaga pengajar di Madrasah Aliyah Tebuireng dan dosen tetap di Institut Keislaman Hasyim Asy’ari di Fakultas Tarbiyah.

Aktifitas Dr. KH. M. Zubaidi Muslich selain dalam bidang pendidikan, beliau juga aktif dalam bidang dakwah Islamiyah. Kegiatan dakwah ini sudah dilakukannya sejak menetap di desa Kwaron Diwek Jombang, baik berupa ceramah maupun pengajian-pengajian rutin. Sampai saat ini beliau masih mengajar di desa tersebut dan tempat-tempat yang lain.

Baca biografi selengkapnya di: Biografi Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah