Info Harian Laduni: 23 November 2023

 
Info Harian Laduni: 23 November 2023

Laduni.ID, Jakarta - Bertepatan dengan tanggal 23 November ini menjadi momentum bagi kita semua merayakan hari lahir KH. Muhammad Ilyas, dan KH. Munawar Adnan Kholil. Selain itu pada hari ini juga menjadi momentum bagi kita semua untuk mengenang kepergian KH. Muhammad Yahya, dan KH. Abdul Latif Madjid. 

KH. Muhammad Ilyas lahir pada 23 Nopember 1911 di desa Krucil, Kecamatan Kraksaan Probolinggo. Beliau merupakan anak pasangan dari KH. Qulyubi dengan Mardliyyah putri KH. Ilyas, seorang ulama kharismatik asal Sewulan, Madiun. Adik perempuan ibunya, bernama Nafiqah, dinikahi oleh KH. Hasyim Asy’ari.

KH. Muhammad Ilyas kecil tumbuh dalam didikan paman dan bibinya. Kemudian melanjutkan pendidikannya dengan belajar di HIS (Hollands Indische School) di Bubutan Surabaya. Ketika sekolah di HIS, beliau seangkatan dengan Ruslan Abdul Ghani (tokoh PNI) dan Dul Arwana (Wali Kota Surabaya pertama pasca kemerdekaan).

Kecerdasan dan ketekunan membuat KH. Muhammad Ilyas mendapatkan kesempatan sebagai pengajar sejak usia 15 tahun di madrasah Tebuireng menggantikan KH. Ma’shum Ali.

Kedekatan nasab dan sanad ilmu KH. Muhammad Ilyas dengan KH. Hasyim Asy’ari menjadikan beliau ditunjuk menjadi Konsul NU untuk Jawa Tengah bagian utara (setingkat ketua pengurus wilayah). Beliau pun dengan serius mengurus NU dan berusaha mencetak kader-kader muda untuk secara aktif terlibat dalam gerakan dakwah NU.

Semangatnya yang berapi-api dan militansinya yang dalam kepada NU membuahkan hasil nyata, yaitu dengan terbentuknya cabang NU di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah, bahkan sampai ke tingkat MWC di Kecamatan.

Baca Biografi selengkapnya di: Biografi KH. Muhammad Ilyas

KH. Munawwar Adnan Kholil lahir setelah Salat Asar pada Jumat Pon 21 Ramadan 1305 H atau 23 Nopember 1954, di Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Mohammad Adnan dan Nyai Afwah.

KH. Munawwar Adnan kholil kecil, beliau memulai pendidikanya dengan belajar ilmu agama kepada ayahnya. Kemudian beliau melanjutkan pendidikanya dengan belajar ilmu fikih, nahwu dan sorof KH. Abdulah Faqih dan KH. Muhamad Amin.

Pada tahun 1987 M, salah seorang cucu dari KH. Kholil bernama KH. M. Munawwar Adnan Kholil yang sedang dan sudah berkhidmah untuk nyantri selama 20 tahun di pangkuan KH. Usman Al-Ishaqi al-Maqfurlahu, di pondok pesantren Jatipurwo Sawah Pulo Surabaya, mendapat perintah dari gurunya (KH. Usman beserta para puteranya: KH. Asrori, KH. Arifin, KH. Minan) untuk melanjutkan perjuangan KH. Kholil dengan mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Pesantren Daruttaqwa di desa Suci manyar Gresik.

Baca Juga: Pondok Pesantren Daruttaqwa Gresik

Semasa hidupnya KH. Munawwar Adnan Kholil terkenal sebagai sosok yang sabar dan tidak sombong karena ia tidak membeda-bedakan. Bahkan, terhadap orang yang baru dikenalnya beliau bersikap apa adanya seperti menanggapi para saudaranya. Sehingga masyarakat sekitar sangat menghargai dan menghormati beliau sebagai sosok kiai yang berwibawa dan juga rendah hati.

Baca Biografi selengkapnya di: Biografi KH. Munawar Adnan Kholil

Pagi, 4 Syawal 1392 H atau bertepatan pada tanggal 23 November 1971 M sekitar pukul 09.30 WIB, KH. Muhammad Yahya mengembuskan nafas terakhir, menghadap Allah SWT pada usia 71 tahun.

KH. Muhammad Yahya atau kerap disapa dengan panggilan Kiai Yahya adalah putra dari pasangan KH. Qoribun dengan Nyai Sarmi. KH. Muhammad Yahya dilahirkan pada tahun 1903 M, di desa Jetis, 10 km arah barat Kota Malang, perjalanan kearah Kota Batu.

Sejak kecil Kyai Yahya telah bersentuhan dengan ilmu agama melalui pendidikan keluarga dengan tradisi santri yang kental. Disamping itu, beliau juga mengikuti pendidikan dasar keagamaan yang diasuh oleh paman beliau sendiri, yaitu Kyai Abdullah yang juga salah satu mursyid thoriqoh.

Terbukti, tidak kurang dari enam pesantren menjadi tempat dalam menuntut ilmu selama kurun waktu 20 tahun. Mulai dari Pesantren Bungkuk Singosari, Pesantren Cempaka Blitar, Pesantren Kuningan Blitar, Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo, Pesantren Kiai Asy’ari Tulungagung hingga Pesantren Jampes Kediri.

Kyai yang memiliki sebelas anak ini ikut terlibat aktif dalam upaya heroik membela bumi pertiwi. Bersama seorang komandan batalyon tentara Badan Keamanan Rakyat (BKR) bernama Mayor Sulam Syamsun, Kyai Yahya turut serta merancang, menyusun strategi dan menggerakkan santri dan rakyat untuk melakukan perang gerilya di Kota Malang dan sekitarnya.

Kyai Yahya di kalangan para pasukan juga sangat terkenal dengan sikap pemberaninya. Setelah agresi Militer Belanda 1 yang memaksa pejuang Indonesia dipukul mundur. Dari pihak Indonesia, Mayor Sullam memikul tugas berat untuk merebut kembali Kota Malang yang sudah terlanjur dikuasai oleh pasukan asing. Disiapkanlah strategi perang gerilya. Semua kekuatan dikerahkan, termasuk potensi dan kharisma Kyai Yahya.

Ada empat tugas khusus yang harus dilakukan Kyai Yahya, diantaranya, tugas motivator, tugas intelejen, tugas logistik, dan tugas teritorial. Meski tergolong berat, namun tugas tersebut dijalankan dengan baik oleh Kyai Yahya yang mampu menggerakkan santri dan masyarakat sekitar. Tidak heran jika Kyai Yahya dikenal sebagai seorang ahli strategi dan mobilisator yang tangguh, istiqomah, tegas dan cerdas.

Baca Biografi selengkapnya di: Biografi KH. Muhammad Yahya

KH. Abdul Latif Madjid wafat pada tanggal 23 November 2020.

KH. Abdul Latif Madjid lahir pada Jum’at Pahing tanggal 15 Agustus 1952, di Kedunglo, Kecamatan Mojoroto, Kediri Jawa Timur. Beliau merupakan putra dari KH. Abdul Madjid Ma'roefmuallif atau pengarang Sholawat Wahidiyah. Beliau juga merupakan anak laki-laki tertua dari 14 bersaudara di dalam keluarga KH. Abdul Madjid Ma'roef dan istrinya Hj. Shofiyah.

KH. Abdul Latif Madjid tumbuh dewasa di lingkungan Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh yang didirikan oleh kakenya KH. Mohammad Ma'roef. Sejak kecil beliau telah dipersiapkan oleh ayahnya (KH. Abdul Madjid) sebagai kader penerus bapaknya.

Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh mengenal KH. Abdul Latif Madjid degan sebutan “Gus Latif”. Ketika beranjak remaja pun beliau sudah dikenal sebagai cendekiawan yang teguh menegakkan kebenaran dan beliau adalah pemuda yang senang bergaul dengan siapapun.

Pengangkatan KH. Abdul Latif Madjid sebagai Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhodhoroh secara resmi dilaksanakan pada tanggal 08 Maret 1989. Pengangkatan tersebut berjalan dengan khidmat. Keputusan tersebut merupakan hasil musyawarah keluarga Almarhum KH. Abdul Madjid Ma’roef yang mana dalam musyawarah keluarga dihadiri oleh seluruh anggota keluarga dan semua telah menyetujuinya.

Baca juga: Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh 

KH. Abdul Latif Madjid Semasa remaja beliau sangat aktif membangun mental para remaja wahidiyah terutama para remaja di Kelurahan Bandar Lor sekitar Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh. Pada tahun 1971 beliau membentuk “jama’ah usbu'iyah remaja”. Jamaah ini dibentuk untuk menjalin silatuhrahmi dan remaja yang dibina pada saat itu menjadi orang-orang yang sukses.

KH. Abdul Latif Madjid mempunyai kepribadian yang menarik yang mirip dengan bapaknya bahwa beliau seorang yang mempunyai pikiran yang tajam dan dalam. Tangannya yang halus dan lembut selembut hatinya yang pemaaf. Beliau berjalan melangkah dengan pelan tapi pasti dengan sorot mata mengarah ke bawah terkadang beliau menoleh ke kiri atau kanan untuk melihat situasi dan kondisi sekitarnya.

Cara bicaranya tenang dan santun disertai senyum. Beliau berbicara dengan bahasa "Jawami Kalam" artinya kata-kata yang dituturkannya mengandung makna yang banyak, karena beliau mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu dengan ringkas dan padat.

Baca Biografi selengkapnya di: Biografi KH. Abdul Latif Madjid

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah