Info Harian Laduni: 7 Desember 2023

 
Info Harian Laduni: 7 Desember 2023

Laduni.ID, Jakarta - Bertepatan dengan tanggal 7 Desember 2023 bertepatan dengan hari lahir KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj. Dan hari wafat KH. Ali Maksum, KH. Oding Muhammad Abdul Qodir.

KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj yang kerap disapa Kang Muh lahir pada 7 Desember 1958 di Desa Kempek, Gempol, Cirebon.

Berdasarkan silsilah nasab KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj, beliau merupakan dzuriyah Rasullullah yang ke-32.

KH. Muhammad Mushtofa Aqiel Siroj menikah dengah Nyai. Hj. Shobihah binti Almaghfurlah KH. Maimun Zubair Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang dan Ibu Nyai Hj. Fahimah Baidlowi Lasem.

KH. Muhammad Mushtofa Aqiel Siroj kecil lahir dan tumbuh dalam kalangan tradisi pesantren yang kental, mengawali pendidikannya dengan belajar membaca Al-Qur’an kepada paman beliau dari jalur ibu yakni KH. Umar Sholeh Kempek yang merupakan ahli Qiroat.

Sambil belajar ilmu-ilmu dasar agama dengan menitikberatkan kepada ilmu alat (Gramatika Bahasa Arab) langsung kepada ayahanda beliau sendiri KH. Aqiel Siroj sampai beliau menghatamkan Alfiyah Ibnu Malik.

Setelah dirasa cukup umur kemudian beliau melanjutkan pengembaraan keilmuannya ke pesantren di bagian timur pulau Jawa tepatnya di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang didirikan oleh KH. Abdul Karim dan diteruskan oleh menantu-menatu beliau yakni KH. Marzuqi Dahlan dan KH. Mahrus Ali.

Setelah 3 tahun ditempa di Lirboyo, beliau meneruskan pendidikannya ke Pondok Pesantren Sarang Rembang, disana beliau mengaji kepada Mbah KH. Maimun Zubair yang kelak menjadi mertuanya sendiri.

Setelah KH. Muhammad Mushtofa Aqiel Siroj pulang ke Tanah Air beliau memfokuskan diri untuk berkhidmah kepada masyarakat dengan mengembangkan pesantren peninggalan ayahanda beliau bersama dengan saudara-saudara beliau KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj, KH. Ahsin Syifa Aqiel Siroj dan KH. Ni’amillah Aqiel Siroj.

KH. Ali Maksum lahir pada tanggal 2 Maret 1915 M. putra dari KH. Ma’shum bin KH. Ahmad Abdul Karim dengan Nyai. Hj. Nuriyah binti KH. Muhammad Zein Lasem.

Ketika dilangsungkan Muktamar NU ke-28 di pesantren Al-Munawwir Krapyak, sebenarnya beliau sudah sakit sejak beberapa saat sebelumnya. Meskipun demikian, sebagai tuan rumah yang bertanggung jawab atas sukses dan tidaknya Muktamar, beliau masih sempat mengkomando panitia pelaksana yang sebagian besar adalah santrinya lewat mic speaker dari kamarnya.

Muktamar dapat berjalan dengan sukses, dengan mengantarkan kembali KH. Ahmad Shiddiq sebagai Rois ‘Am dan KH. Abdurahman Wahid sebagai Ketua Umum PBNU untuk periode yang kedua kalinya. Seminggu setelah Muktamar, KH. Ali Maksum jatuh sakit dan dirawat di RS DR Sardjito selama seminggu, kemudian wafat ketika adzan Maghrib berkumandang pada pukul 17.55 WIB di hari Kamis malam Jum’at, tanggal 7 Desember / 15 Jumadil Awwal 1989 dalam usia 74 tahun.

Sejak kecil, KH. Ali Maksum belajar dan dididik secara keras di pesantren ayahnya sendiri yang saat itu menjadi pusat rujukan para santri dari berbagai daerah, terutama dalam pengajaran kitab Alfiyah Ibnu Malik beserta syarahnya Ibnu ‘Aqil (Nahwu, Shorof dan Balaghah), dan kitab Jam’ul Jawami’.

Setelah Kyai Ali memasuki usia remaja (usia 12 tahun), KH. Ma’shum berfikir untuk menitipkan pendidikan anaknya itu kepada kiai lain yang terbilang masih temannya, yakni KH. Dimyati yang memimpin pesantren Tremas Pacitan (1894 – 1934).

Sepulangnya ke Lasem pada tahun 1935, KH. Ali Maksum membantu ayahnya mengajar di pesantren Al-Hidayah, terutama dalam disiplin ilmu bahasa arab dan Tafsir Al-Qur’an yang menjadi kegemaran dan spesialisasinya selama belajar di pesantren Tremas. Selain mengajar, KH. Ali Maksum juga membenahi sistem pendidikan dan pengajaran pesantren.

Pada tahun 1938, KH. Ali Maksum menikahi Rr. Hasyimah putri KH. M Munawwir. Beberapa hari setelah pernikahannya, seseorang bernama H. Junaid dari Kauman Yogyakarta melalui KH. Maksum menawarkan tiket gratis kepada KH. Ali Maksum untuk beribadah haji.

Selama dua tahun tinggal di Makkah, KH. Ali Maksum belajar dengan para masyayikh, sesama para pelajar dan jamaah haji Indonesia. Kepada jamaah haji yang dikenalnya, beliau menitipkan kitab-kitabnya untuk dibawa ke Lasem, terutama kitab-kitab baru tulisan para ulama pembaharu, disamping kitab-kitab yang beliau tumpuk untuk dibawa sendiri pada tahun 1940.

KH. Oding Muhammad Abdul Qodir atau yang biasa akrab disapa dengan Engkang atau Apa lahir pada tanggal 8 Agustus 1942, di Tasikmalaya. Beliau merupakan putra dari pasangan Bapak. Ahmid dan Ibu. Encum.

KH. Oding wafat pada hari Jumat, 7 Desember 2018 pukul 19:05 WIB pada usia 78 tahun di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya.

Pada tanggal 8 Agustus 1970, KH. Oding menikah dengan Epon Muhlisatul Anwariyah. dari pernikahannya, beliau dikaruniai tujuh anak diantaranya, Ai Nuraisyah (almarhum), Ade Ida Nurfarida, Rosyad Nurdin, Iip Nafisah, Ujang Alawil Hadad Abdussalam, Ali Maemuham (Almarhum), dan Cucu Mahmudah.

KH. Oding menghabiskan pendidikannya belajar di beberapa pondok pesantren, di antaranya Pondok Pesantren Al Ihsan, Pesantren Al-Ihsan Ashorfiyah Ciharashas Tasikmalaya, Pondok Pesantren Bantar Gedang, Pondok Pesantren Cihaji, Pondok Pesantren Sadang Garut, Pondok Pesantren Darul Qur’an Cianjur.

KH.  mempunyai peran dan andil yang besar baik di Pondok Pesantren Mabdaul ‘Uluum maupun di masyarakat. Di Pondok Pesantren Mabdaul ‘Uluum, selain sebagai sesepuh, ia juga yang sekaligus sebagai Dewan Kiai Pengajar. Adapun di masyarakat, selama 48 tahun menjadi Ketua DKM. Selain itu ia juga menjadi Kepala Madrasah Diniyah selama 23 tahun.

Semasa hidupnya KH. Oding aktif berorganisasi, di antaranya di Gerakan Pemuda (GP) Anshor, di Kecamatan Tamansari, beliau sebagai Ketua Pendidikan dan di MUI Mulyasari.

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah