Dengan Hizib Nashar, Hoaks akan Berbalik Menyerang Pembuat

 
Dengan Hizib Nashar, Hoaks akan Berbalik Menyerang Pembuat

LADUNI.ID, Jakarta - “Tantangan bangsa Indonesia saat ini adalah persatuan, dan menjadi tugas kita bersama untuk berperang melawan hoaks dan ujaran kebencian”. Begitulah kalimat-kalimat anjuran yang selalu digemakan untuk memberantas hoaks dan anjuran kebencian. Secara tidak langsung inilah tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, terutama pada tahun politik dengan berbagai kepentingan.

Namun hoaks yang merajalela ini seharusnya tidak ditanggapi dengan hoaks lagi untuk saling menjatuhkan. Hal ini karena orang yang telah menyebar hoaks berarti mereka telah melakukan penghianatan kepada bangsa dan negara.

Mereka mengajari bangsa untuk berakhlak buruk. Oleh karena itu hoaks tidak boleh dibalas dengan hoaks lagi. Dengan demikian kita tidak ikut serta mempertontonkan akhlak buruk kepada bangsa dan negara. Lantas bagaimana memberantasnya?

Dalam beberapa forum, KH Asep Saifuddin Chalim, pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah sekaligus ketua umum Pergunu mengatakan bahwa hoaks cukup diklarifikasi dan dibacakan hizib nashar.

Salah satu hizib yang mengandung karomah tingkat tinggi dan paling hebat energi spiritualnya. Hizib ini ditulis oleh Syekh Abu Hassan as-Syadzily sekitar 800 tahun yang lalu, yang ditulis pada saat ia terjun dalam peperangan melawan tentara salib.

Kehebatan hizib nashar ini sudah banyak diketahui di kalangan masyarakat, khususnya kalangan pondok pesantren. Beberapa manfaat kehebatannya antara lain menangkal sihir, mengobati segala macam penyakit medis dan nonmedis, memberikan kewibawaan pada diri si pembaca, menghilangkan rasa takut, meningkatkan kepercayaan diri, memberikan pagar pelindung pada diri dan kediaman si pembaca, dan mengabulkan hajat yang belum terlaksana.

Pembacaan hizib nashar juga mampu menampar hoax dengan sendirinya akan berbalik pada pelakunya. Oleh karena itu Kiai Asep selalu mengijazahkan kepada seluruh hadirin dan jama’ah untuk mengamalkannya. Adapun syair yang tak lupa beliau bacakan dalam setiap forum berbunyi, “Biarkanlah dia, yang menyakitimu, janganlah kau balas kekejian itu, karena segera ia akan terbalaskan, dengan sendirinya berlaku pembalasan.”

Adapun mahar yang harus dilaksanakan sebelum mengamalkan hizib ini adalah puasa satu minggu yang dimulai pada hari selasa dan berakhir pada hari senin. Pada saat berpuasa tersebut dianjurkan untuk membaca sebanyak-banyaknya hizib tersebut dengan diawali tawasul (pengiriman al-Fatihah) kepada Syekh Abu Hasan as-Syadzily.

Dengan pembacaan hizib yang dilakukan oleh masyarakat, terutama Nahdliyin (warga NU) dimaksudkan agar yang menyebarkan hoaks akan segera menghentikannya. Dan jika  tetap melakukannya, maka ia akan tertampar dengan hoaksnya sendiri.

Hal ini bertujuan untuk membersihkan, melindungi, dan menjaga Indonesia. Jangan biarkan orang berani melakukan dan menyebarkan hoaks, karena ia akan tertampar dengan hoaksnya sendiri. Sehingga persatuan, kesatuan, dan cita-cita Indonesia menjadi negara yang damai tercapai.


Artikel ini ditulis oleh Vevi Alfi Maghfiroh, Penulis adalah Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, saat ini sedang menempuh Program Pascasarjana di IAIN Syekh Nurjati Cirebon jurusan Hukum Keluarga Islam. Sumber: NU Online