Biografi KH. Suhaemi, Pendiri Pesantren Darul Hikmah Serang Banten

 
Biografi KH. Suhaemi, Pendiri Pesantren Darul Hikmah Serang Banten

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Pesantren
3.2  Sanad Tarekat
3.3  Kiprah di Nahdlatul Ulama

4.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Suhaemi, dilahirkan di Kampung Bolang Pulo Desa Bolang Carenang (kini Lebak Wangi) pada 18 Juli 1945 dari ayah bernama KH. Khamsidin dan ibu Hj. Sundari, berasal dari Laes Ciagel Kibin. KH. Suhaemi merupakan putra pertama dari 3 bersaudara, yakni:

  1. KH. Suhaemi,
  2. Nyai Syur’ah,
  3. Nyai Murdanah.

Ayahnya adalah seorang petani kaya raya, puluhan hektar sawah, hingga puluhan ternak kerbau dan kambing, sementara ibunya pedagang kain keliling, karena kesehariannya bekerja dagang kain dari rumah ke rumah, kombinasi petani dan pedagang.

1.2 Riwayat Keluarga
Tahun 1968, Kyai Suhaemi muda dinikahkan oleh gurunya KH. Syanwani dengan putrinya yaitu Nyai Afifah Alawiyah, Dari pernikahannya, beliau dikaruniai putra-putri 9 anak, yakni:

  1. Dra. Hj. Khaeriyah,
  2. Ust. Ali Imron, S.Ag,
  3. Ust. M. Furqon, S.Ag,
  4. Hamdan Suhaemi,
  5. Asep Syukron,
  6. Ust. Subhan, M.Pd,
  7. Ust. Iwan Ridwan, S.Pd,
  8. Umu mutamimah, SE,
  9. Inah Mutmainah,S. Pd.

1.2 Wafat
KH. Suhaemi wafat pada Selasa siang pukul 11:15 Wib, 9 Maret 2021 atau 25 Rajab 1442 H.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Suhaemi kecil, dididik oleh seorang kyai bernama Kyai Hasan (ayah dari KH. Sihabudin Bolang), terutama ngaji Qur’an dan rerukunan, dan paginya bersekolah di sekolah Ongko Loro, kebetulan gurunya yaitu Pak Nuriman adalah kakak ipar misan. Sosok guru yang zaman Jepang pernah jadi Sudanco, karena itu beliau ini pasih bahasa Jepang.

Kyai Hasan, ngajari baca Al-Qur’an pada Kyai Suhaemi ini begitu mudahnya, cepat nangkap dan lisannya fasihat. Sisi pribadi Kyai Suhaemi kecil yang disayang gurunya karena termasuk anak yang ulet, rajin dan fokus ngaji.

Setelah lulus sekolah Ongko Loro, Kyai Suhaemi remaja pergi mesantren ke Daerah Cadasari Pandeglang, dan ngaji pada seorang ulama besar kala itu yaitu Abuya Icot, orang sekitar memanggil gurunya dengan panggilan itu karena tidak ada yang mengetahui nama aslinya.

Abuya Icot, adalah ulama besar hidup di era tahun 50-an yang masyhur di Kabupaten Pandeglang, terutama Cadasari dan Baros. Lewat tangan dinginnya Abuya Icot mengkader Kyai Suhaemi remaja untuk ngaji ilmu alat (nahwu dan sharaf), titik tekannya terhadap ilmu sharaf. Dari Abuya Icot inilah, Kyai Suhaemi remaja jatuh hati pada ilmu sharaf, melebihi kecintaannya atas ilmu-ilmu lainnya.

Era tahun 60-an tersiar kabar yang diterima oleh Kyai Khamsidin yaitu telah tampil kyai muda yang alim, pemberani, sakti, dan tabahhur ilmunya karena termasuk mutafannin yakni al-Alim al-Allamah al-Arif Billah KH. Syanwani yang tengah giat mengasuh santri di pesantrennya yaitu Ashhabul Maimanah di Kampung Sampang Susukan Tirtayasa Serang.

Begitu masyhurnya hingga orang tua Kyai Suhaemi tertarik untuk mengantarkan putranya itu kepada KH. Syanwani agar dididik ngaji dengan harapan putranya menjadi hamba yang shaleh dan bermanfaat.

Pada 1964, Kyai Suhaemi muda pergi mesantren di pondok pesantren Ashhabul Maimanah di Kampung Sampang Desa Susukan Tirtayasa Serang, dibawah bimbingan dan pengajaran langsung gurunya yaitu KH. Syanwani.

Seluruh bidang ilmu agama dipelajari, mulai dari fiqih, tauhid, ushul fiqih, tafsir, hadis hingga tasawuf dan tidak ketinggalan ilmu nahwu dan sharaf yang kelak di kemudian hari Kyai Suhaemi muda lebih fokus pada ilmu sharaf.

Sejak mengaji di Cadasari Pandeglang, hingga ke Sampang Susukan Tirtayasa Serang di hati Kyai Suhaemi muda telah tertanam rasa ingin fokus menggeluti bidang sharat ini, atau istiqaq. Sering saya dengar langsung bila ngaji di depan beliau yang sering diucapkan begini ”tengeti shorofe” (fokus pada perubahan huruf dalam lafad Arab).

Saya pernah mendengar dari sahabat mondoknya yaitu KH. Marzuki, Sindang Asih bahwa KH. Suhaemi muda adalah bintangnya dalam hal Sharaf. Begitupun murid-muridnya antara lain Ustad Mukhlis bilang ke saya saat beliau masih hidup ”Abahmu itu sangat detil jika membahas sharaf “.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Khamsidin (ayah),
  2. Kyai Hasan,
  3. Abuya Icot,
  4. KH. Syanwani,
  5. Abah KH. TB Khisni.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Mendirikan Pesantren
Sejak 1966 setelah lulus dari PGAN 6 tahun, dan masih mengaji kepada KH. Syanwani diperbantukan untuk mengajar di pesantren mertuanya hingga 1996, cukup panjang hidmat KH. Suhaemi di Pesantren Ashhabul Maimanah Sampang Susukan, membantu mertuanya.

Pada 1998, KH. Suhaemi setelah hijrah dari Sampang pasca wafat mendiang mertuanya yakni KH. Syanwani, mendirikan pesantren di Desa Bolang (masih Carenang) yang beliau namakan Yayasan Pesantren Darul Hikmah.

3.2 Sanad Tarekat
Di sela kesibukannya mengajar ngaji dan masyarakat, KH. Suhaemi masuk dan istiqomah dalam amaliah ajaran tasawuf dengan mengambil sanad tarekat kepada Abah KH. TB Khisni, menantu dari Abah KH. TB. Ahmad Sukamandi Kasemen (mertua Abuya Muhtadi Cidahu) yaitu Tarekat Qodriyah Naqsyabandiyah.

Awal dekade 2000, KH. Suhaemi hingga wafatnya di tahun 2021, beliau istiqomah di jalur tasawuf dengan intensitas dzikir yang rutin sesuai tingkatan jumlah dzikir yang ditentukan sang mursyid yakni Abah KH. TB. Khisni. Sementara sanad tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah KH. TB Khisni berasal dari mertuanya yakni KH. TB. Ahmad dan KH. TB Ahmad berasal dari murid-murid Syekh Abdul Karim Lempuyang.

3.3 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Saat PCNU Kabupaten Serang diketuai oleh Drs. KH. Markawi, menantu KH. Syanwani yang juga pengasuh Pesantren Ma’had Tarbiyah Ashhabul Maimanah Sidayu, Ayahanda KH. Suhaemi diminta untuk aktif di NU dan diamanatkan sebagai mustasyar PCNU Kabupaten Serang priode 2007-2013.

Ketika saya pun aktif di NU melalui GP Ansor, ayahanda KH. Suhaemi selalu mengingatkan ”aja jaluk-jaluk jabatan ng NU, wis ikhlas hidmat be” dan alhamdulillah amanat itu saya pertahankan.

4. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: RMI PWNU Banten

Sebelumnya artikel ini dibuat pada tanggal 11 Januari 2023 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 9 Maret 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya