Biografi Al Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiri, Pengasuh di Rubath Tarim

 
Biografi Al Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiri, Pengasuh di Rubath Tarim
Sumber Gambar: Ilustrasi Laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Nasab
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Murid-Murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Pengasuh di Rubath Tarim

5.    Teladan
6.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Habib Abdullah lahir di kota Tarim Al-Ghanna (Hadramaut) tepatnya di sebelah Rubath Tarim. Pada bulan Ramadhan tahun 1290 H. beliau merupakan putra dari pasangan Habib Umar bin Ahmad Asy-Syathiri (wafat tahun 1350 H) dan Syrifah Nur binti Umar bin Abdullah bin Syihab.

1.2 Nasab

  1. Rasulullah Muhammad SAW,
  2. Ali bin Abi Thalib dan Sayyidatina Fatimah Az-Zahra,
  3. Husein As-Sibth,
  4. Ali Zainal ‘Abidin,
  5. Muhammad Al-Baqir,
  6. Ja’far As-Shadiq,
  7. Al-imam Ali Al-‘Uraidhi,
  8. Muhammad,
  9. Isa Al-Muhajir,
  10. Ahmad,
  11. Ubaidillah,
  12. Alwi,
  13. Muhammad,
  14. Alwi,
  15. Ali (Khali’ Al-Qasam),
  16. Muhammad (Shahib Al-Mirbath),
  17. Ali,
  18. Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad,
  19. Ali,
  20. Hasan At-Turabi,
  21. Muhammad Asadullah,
  22. Ahmad,
  23. Faqih Ali Al-Qadhi,
  24. Alwi (Asy-Syathiri),
  25. Umar,
  26. Ahmad,
  27. Muhammad,
  28. Husein,
  29. Ali,
  30. Ahmad,
  31. Umar,
  32. Ahmad,
  33. Umar,
  34. Ahmad,
  35. Umar,
  36. Al Habib Abdullah,

1.3 Wafat
Pada tanggal 7 jumadil awal 1361 H, 20 hari sebelum wafatnya, beliau menyuruh hadir seluruh anak-anaknya, kerabat dan keluarga semuanya baik laki-laki maupun perempuan untuk memberitahu bahwa tidak lama lagi beliau akan meninggalkan mereka untuk menemui kehadirat Allah SWT, dan berwasiat supaya saling mengasihi, saling menyayangi, saling membantu sama lain.

Pada hari jum'at tanggal 28 jumadil awal beliau sudah tidak mau bicara, kemudian setelah shalat jum'at anak-anaknya membukakan pintu rumah kepada siapa saja yang ingin berziarah, dengan spontan orang berdatangan ke rumah beliau.

Pada malam sabtu tanggal 29 jumadil awal 1361 H / 14 Juni 1942 M. 24 menit setelah tenggelam matahari ruh beliau diambil yang maha kuasa, jenazah beliau dishalatkan di Jabanah setelah ashar Hari Sabtu dan dimakamkan di Turbah Zanbal Tarim berdekatan dengan ibunya habibah nur binti Umar bin Abdullah bin Syihabiddin.

Banyak orang berdatangan dari penjuru daerah seperti Syibam, Seiyun, Qasam, Inad, dan lain-lainnya untuk menghadiri shalat jenazah Al Habib Abdullah Asy-Syathiri. Pada kesempatan itu turut hadir ulama-ulama besar hadramauth seperti Habib Mustafa bin Abdullah bin Smith, Habib Muhammad bin Hadi As-Seggaf, Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi dan banyak lagi yang lainnya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Ketika Al-Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiri mencapai usia tamyiz (mampu makan, minum dan istinja’ tanpa dibantu orang lain), beliau diperintahkan oleh ayah dan kakeknya untuk mempelajari ilmu agama, yaitu belajar kitab Syekh Barosyid. Beliau kemudian belajar membaca dan menulis serta membaca Al-Qur’an kepada 2 orang ulama yang paling terkemuka di jaman itu.

Mereka adalah Syekh Muhammad bin Sulaiman Bahalmi dan putranya Syekh Abdurrahman. Setelah tamat belajar pada Syekh Muhammad dan putranya, beliau yang masih kecil pada saat itu mengatur waktu belajarnya sendiri di Qubah Al-Habib Abdullah bin Syekh Alaydrus.

Teman akrab beliau saat belajar di Qubah Al-Habib Abdullah bin Syekh Alaydrus adalah Al-Habib Abdul Bari’ bin Syekh Alaydrus. Begitu dekat hubungan antara keduanya hingga Habib Abdul Bari Alaydrus berkata, “Al-Habib Abdullah Asy-Syathiri benar-benar belajar denganku di Qubah Al-Habib Abdullah bin Syekh Alaydrus”.

Guru beliau yang mengajar di sana waktu itu adalah Syihabuddin (lentera agama) Habib Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Alkaf. Habib Ahmad adalah orang yang sangat takwa.

Selain Habib Ahmad Alkaf, guru beliau yang lain waktu itu adalah Al-Habib Syeikh bin Idrus bin Muhammad Alaydrus yang terkenal dengan selalu memakai pakaian yang terbaik. Beliau belajar dari kedua guru tersebut dalam bidang fiqih dan tasawuf, hingga beliau hafal beberapa juz Al-Qur’an. Beliau memiliki semangat belajar yang tinggi dan selalu mencurahkan waktunya untuk mendalami ilmu agama.

Setelah belajar dari kedua guru beliau tersebut, Al-Habib Abdullah Asy-Syathiri melanjutkan belajar kepada Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur Mufti Dhiyar (pengarang kitab Bughyatul Murtarsyidin) dan juga belajar kepada Al-Habib Al-’Allamah penyebar bendera dakwah Al-Habib Alwi bin Abdurrahman bin Abu bakar Almasyhur. Selain itu beliau juga mempelajari dari para ulama yang tinggal di kota Tarim ilmu-ilmu agama seperti fiqih, tafsir, hadis, tasawuf, mantiq (kalam) dan lain-lain.

Semangat beliau seakan tak pernah surut untuk semakin memperdalam ilmu agama. Untuk itu beliau pergi ke kota Seiwun. Di sana beliau belajar kepada Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi (pengarang maulid Simthud Duror) selama 4 bulan.

Meskipun tak seberapa lama, beliau benar-benar memanfaatkan waktu dan mengaturnya dengan baik, sehingga dengan waktu yang sedikit tersebut dapat menghasilkan ilmu yang lebih banyak dari yang beliau dapatkan sebelumnya. Selain itu beliau juga belajar kepada saudara Al-Habib Ali, yaitu Al-Habib Alwi bin Ali Muhammad bin Husein Alhabsyi.

Setelah menamatkan pelajarannya, beliau kembali ke kota Tarim. Beliau tidak pernah merasa cukup untuk menuntut ilmu. Himmah (keinginan kuat) beliau untuk belajar tak pernah pudar, bahkan semakin bertambah, sehingga beliau dapat menghafalkan banyak matan terutama dalam ilmu fiqih seperti matan Al-Irsyad yang beliau hafalkan sampai bab Syuf’ah.

Dalam sehari, tidak kurang dari 12 mata pelajaran yang dipelajari oleh beliau, diantaranya Nahwu, Tafsir, Fiqih, Tauhid dll. Seusai belajar, beliau pergi ke Multazam dan berdoa di sana, “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar ilmuku dapat bermanfaat bagi seluruh penjuru dunia dari timur hingga ke barat”. Dan Allah akhirnya mengabulkan doa beliau. Setelah beliau menamatkan pelajarannya, beliau kembali pulang ke kota Tarim dan mengajar di Rubath Tarim selama 50 tahun.

Rubath Tarim adalah rubath yang tertua di Hadramaut dan terletak di kota Tarim. Rubath ini usianya mencapai 118 tahun. Asy-Syekh Abu bakar bin Salim yang hidup jauh sebelum masa Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry setiap kali pergi ke kota Tarim, beliau selalu berhenti di suatu tanah sambil berkata, “Tanah ini nantinya akan menjadi sebuah Rubath…”.

Benarlah apa dikatakan oleh beliau, diatas tanah itu akhirnya terbangunlah Rubath Tarim. Dikatakan di sebagian riwayat bahwa 2 wali min Auliyaillah Al-Fagih Al-Muqoddam dan Asy-Syekh Abu bakar Bin Salim selalu menjaga Rubath Tarim. Juga dikatakan bahwa setiap harinya arwah para auliya turut menghadiri majlis-majlis taklim di Rubath.

2.2 Guru-Guru

  1. Syekh Muhammad bin Sulaiman Bahalmi,
  2. Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Sulaiman Bahalmi,
  3. Habib Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Alkaf,
  4. Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur, mufti Dhiyar Hadramaut, pengarang kitab Bughyatul Murtarsyidin,
  5. Al-Habib Alwi bin Abdurrahman bin Abu bakar Almasyhur,
  6. Al-Habib Syekh bin Idrus bin Muhammad Alaydrus,
  7. Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-habsyi (pengarang maulid Simthud Duror),
  8. Al-Habib Alwi bin Ali Muhammad bin Husein Al-habsyi.

3, Penerus

3.1 Murid-Murid
Al-Habib Abdullah Asy-Syathiri memiliki banyak murid yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Tidak kurang dari 13.000 ulama tercatat sebagai alumni Rubath (ma’had atau pondok pesantren) Tarim yang diasuh oleh beliau. Bahkan riwayat lain menyebutkan lebih dari 500.000 ulama pernah belajar dari beliau.

Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir Al haddad sempat berkata, “Tidak pernah aku masuk ke suatu desa, kota atau tempat lainnya, kecuali aku dapatkan bahwa ulama-ulama di tempat tersebut adalah murid dari Al-Habib Abdullah Asy-Syathiri atau murid dari murid beliau”.

Sebagian ulama alumni Rubath pimpinan Al-Habib Abdullah Asy-Syathiri diantaranya:

  1. Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman bin Syekh Abu Bakar,
  2. Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-haddad,
  3. Al-Habib Hasan bin Ismail Al-hamid,
  4. Al- Habib Abdul Qadir bin Ahmad BilFaqih Al Alawy,
  5. Al-Habib Abdullah bin Husin Al-’Attas As-Syami,
  6. Al-Habib Abdullah bin Ahmad Alkaf,
  7. Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Alkaf,
  8. Habib Idrus bin Salim Al Jufri,
  9. Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi,
  10. Habib Salim bin Thoha Al-Haddad.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Pengasuh di Rubath Tarim
Dalam waktu yang relatif singkat Habib Abdullah Asy-Syathiri dapat menyerap berbagai macam disiplin ilmu agama, maka dengan kapabilitas keilmuan yang tinggi meskipun umur beliau masih tergolong muda kurang lebih 23 tahun, namun beliau telah layak untuk mengemban sebuah amanah besar yaitu melanjutkan perjuangan orang tua beliau yaitu mengajar sekaligus mengurus administrasi di Rubath Tarim sepulangnya dari kota Makkah, karena ketika itu sangat diperlukan tenaga menejemen.

Namun kajian umum seperti rouhah dan madras yang rutin diadakan setiap hari sabtu dan rabu masih diampu oleh para guru sepuh yaitu Mufti Hadramiyah Al-Allamah Habib Abdurahman bin Muhammad Al-Masyhur.

Khidmah beliau terhadap ilmu serta penyebaran kesegala penjuru dan kalangan sangatlah besar sebagaimana tercermin dari ucapan Habib Alwi bin Muhammad Al-Muhdhar bahwa beliau tidak mendapati daerah yang didalamnya ada madrasah atau tempat mencari ilmu kemudian ditanyakan kepada siapa mereka belajar kecuali jawabanya mereka adalah mereka berguru pada Habib Abdullah Bin Umar Asy-Syathiri atau dari murid-muridnya.

Selain mengajar di Rubath Tarim beliau juga mengisi kegiatan baca Maulid Nabawi yang rutin dilaksanakan di Masjid Jami' Tarim tiap malam jum'at yang dilanjutkan dengan muhadharah dan dakwah terhadap para hadirin, kegiatan ini berlangsung setelah wafatnya guru beliau, Habib Alwi bin Abdurahman bin Abu Bakar Al-Masyhur, meskipun beliau sering juga menggantikan gurunya kala berhalangan untuk hadir.

Beliau juga sering kali mengadakan kegiatan membuka majlis di Tarim selain kegiatan mengajar di rubath, dan biasanya hadirin yang datang tidak sedikit baik dari kalangan ulama maupum masyarakat tarim lebih-lebih kalangan thalabah rubath sendiri.

Sedangkan pengajian di rubath setiap habis shalat subuh, ashar dan maghrib tidak pernah beliau tinggalkan bagaimanapun keadaannya kecuali ada halangan syara', bahkan beliau sering memaksakan diri untuk hadir dan mengalami sakit sehingga tidak bisa berjalan ke rubath untuk mengajar maka beliau memanggil para thalabah untuk datang ke rumahnya dan menyuruh mereka membaca kitab dihadapanya karena beliau ingin sekali agar thalabah tidak menyia-nyiakan waktu sehingga semuanya mendapatkan faidah ilmu.

Beliau sering berujar "kami datang (ke rubath) dengan sakit kepala dan beberapa penyakit maka kami berobat dengan mendengarkan ilmu (bacaan kitab dari para santri)".

Dan berkata pula "jangan kalian sangka wahai anak-anakku (sapaan beliau kepada santri-santrinya) bahwa tidak ada bagi kami teman yang tidak meminta kami datang ketempat mereka untuk menghadiri jamuan secangkir kopi dan sedikit makanan, akan tetapi kami berpaling dari mereka (menolak untuk menghadirinya) dan kami lebih mengutamakan kalian, dengan harapan dapat memberikan kalian manfaat ilmu.

5. Teladan
Diantara kebiasaan beliau di akhir hidupnya adalah jalan berkeliling mengontrol halaqah-halaqah yang ada di rubath, hal itu beliau lakukan setelah shalat subuh setiap harinya selain hari selasa, kamis dan jum'at.

Semua halaqah beliau datangi dan menanyakan apakah gurunya hadir atau tidak?. Apabila ada diantara dewan gurunya tidak hadir, maka beliau meminta seorang untuk menemuinya dan memintanya hadir sedanglan beliau duduk di halaqah tersebut untuk menggantikan sementara sampai guru yang dipanggil tadi datang.

Dan apabila seluruh dewan gurunya hadir semua, maka beliau duduk di tengah-tengah santri dalam suatu halaqah yang diinginkannya dan menanyakan tentang apa yang mereka baca dan membahas masalah yang sulit dipahami.

Para santri pun sangat senang dan gembira dengan berkeliling guru besar mereka, menemui dan memberikan mereka semangat dalam belajar sehingga masing-masing dari mereka ingin diperhatikan oleh sang guru.

6. Referensi

  1. wiki.laduni.id
  2. Thobiby Qolby
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya