Buletin Jumat Laduni.ID Edisi 88: Hari-Hari Penuh Duka Menjelang Isra’

 
Buletin Jumat Laduni.ID Edisi 88: Hari-Hari Penuh Duka Menjelang Isra’

Buletin Jumat Laduni.ID resmi untuk dicetak jarak jauh
Laduni.ID, Jakarta - Ada dua peristiwa penting yang melatar-belakangi terjadinya Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Dua peristiwa itu amat berkesan dalam hati Beliau, peristiwa yang diliputi dengan duka yang senantiasa menekan dadanya. Demikian berat peristiwa itu dirasakan oleh Nabi, sehingga para ahli sejarah menyebutnya dengan istilah “Am alHuzni” atau tahun kesedihan.

Peristiwa pertama adalah wafatnya Abu Thalib, seorang paman yang sangat dicintai, paman yang selama bertahuntahun mengasuhnya. Sejak Beliau berusia delapan tahun sampai diantar ke gerbang kebahagiaan, menikah dengan Khadijah dalam usia 25 tahun. Abu Thalib sangat mencintai Nabi, ia senantiasa melindungi dari berbagai tantangan dan rongrongan yang datang dari kaum musyrik Quraisy. Ia yang menjadi pelindung dan perisai bagi Nabi dari segala tindakan musuh. Ia juga pemimpin Quraisy yang amat berwibawa dan disegani berbagai kalangan.

Peristiwa kedua adalah wafatnya Khadijah, istri yang sangat Beliau cintai. Hari-Hari Penuh Duka Menjelang Isra’ Istri yang senantiasa mendampinginya dalam segala suka dan duka. Khadijah adalah wanita bangsawan Quraisy yang memiliki sifat yang luhur. Ia selalu berusaha membahagiakan Nabi dalam segala kehidupannya dan senantiasa mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

Peranan Khadijah begitu besar dalam perjuangan Nabi. Ia senantiasa menghibur Nabi dari segala kesedihannya. Ia juga selalu berusaha membela Nabi dari segala rintangan dan tantangan. Sampai khadijah wafat, Nabi tidak pernah menikah dengan siapapun, dialah istri satu-satunya yang Beliau cintai. Demikian besarnya cinta dan kasih sayang Nabi kepada Khadijah, sehingga setelah ia wafat Nabi selalu mengingatnya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN