Info Harian Laduni.ID: 2 Februari 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 2 Februari 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Jum’at, 2 Februari 2024 bertepatan dengan hari lahir KH. Muhammad Djunaidi, KH. M. Muhibbi Hamzawie, KH. Abdul Syakur Yasin, M.A dan hari wafat KH. R. Abdul Qadir Munawwir, KH. Badrus Salam, KH. As'ad Humam, KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah).

KH. Muhammad Djunaidi
KH. Muhammad Djunaidi lahir pada tanggal 2 Februari 1906 di Kwitang, Jakarta. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Abdul Azis (Kwitang) bin Sainan dengan Nyai Hj. Hasnah binti H. Dahlan bin H. Alwi. Dan KH. Djunaidi wafat pada 28 Oktober 1958 M, dan dimakamkan di Pemakaman Umum Karet, Tanah Abang, Jakarta.

Kyai Djunaidi kecil tumbuh dalam lingkungan yang religius, yakni di daerah Kwitang Jakarta, di mana terdapat banyak ulama besar saat itu antara lain: Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi (Habib Ali Kwitang).

Pada saat Belanda melancarkan agresi militer dan beraneka macam perjanjian yang mengiringinya, mengakibatkan Kyai Djunaidi bersama keluarganya, keluar dari Jakarta untuk pindah ke Solo. Di Solo, Kyai Djunaidi tinggal di daerah Kauman, tidak jauh dari kompleks Masjid Agung Surakarta.

Pada saat pindah lagi ke Jakarta, Kyai Djunaidi juga bergabung bersama pengurus NU Konsul Jakarta, yang dipimpin oleh KH. Zainul Arifin. Seperti yang dikisahkan KH. Saifuddin Zuhri di buku Berangkat Dari Pesantren. Kala itu KH. Saifuddin mendapat tugas dari PBNU yang masih berpusat di Surabaya, untuk menghubungi sejumlah pengurus NU di berbagai daerah. beliau pun berkunjung ke Majelis Konsul (kini disebut pengurus wilayah) NU Jakarta dan sempat singgah di rumah KH. Djunaidi, di Kebon Kacang, Tanah Abang.

Simak biografi selengkapnya di: KH. Muhammad Djunaidi

KH. M. Muhibbi Hamzawie
KH. Muhammad Muhibbin bin Hamzawie, lahir pada tanggal 2 Februari 1938 di Desa Kajen, Margoyoso, Pati. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Hamzawie Amin dan Hj Fathimah Sukarti. Dan KH. M. Muhibbi Hamzawie wafat pada hari Kamis Wage, 3 aret 2005 / 21 Muharram 1426 dalam keadaan berbaring miring menghadap qiblat dengan tenang dan damai. Semoga amal, ibadahnya diterima oleh Allah SWT.

Sejak masa kecil, beliau sangat rajin belajar ilmu agama meskipun membutuhkan perjalanan yang sangat sulit dan materi yang rumit. di masa mudanya, Kyai Muhibbi Hamzawie menunjukan berbagai kemahirannya dalam ilmu-ilmu keagamaan terutama ilmu falak, ilmu faroidh, dan ilmu alat lainnya. Berkat kemahirannya inilah, di usia mudanya beliau sudah diberi tanggung jawab beberapa kyai untuk menjadi pengajar. Meskipun orang tuanya kurang mampu, namun tekad beliau untuk terus melanjutkan menunut ilmu ke-pesantren begitu kuat.

Perhatian pendidikan yang begitu tinggi pada generasi mendatang, telah menghantarkan KH. M. Muhibbi Hamzawie untuk mengayomi dan menuntun santri-santri. Berbagai tunututan dari para koleganya dan para santri, akhirnya beliau mendirikan sebuah pesantren yang berdomisili di Kajen dan dinamakan Pondok Pesantren Riyadlul Ma’la A-Amin pada tahun 1998 yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan serta untuk mendukung pengajaran di Madrasah Salafiyah. Berunutunglah, beliau memiliki banyak kolega sehingga membantu dan mendukungnya untuk terus melanjutkan misi tersebut.

Simak biografi lengkapnya di: KH. M. Muhibbi Hamzawie
Simak Chart Silsilah Sanad KH. M. Muhibbi Hamzawie

KH. Abdul Syakur Yasin, M.A
Prof. Dr. KH. Abdul Syakur Yasin MA atau yang akrab dengan sapaan Buya Syakur lahir pada 2 Februari 1948 M KH. Moh Yasin Ibrohim dan Nyai Hj. Zaenab, di Indramayu, Jawa Barat. Dan Beliau wafat pada Rabu, 17 Januari 2024 pukul 02.00 WIB dini hari di Rumah Sakit Mitra Plumbon, Cirebon, Jawa Barat.

Masa pendidikan Buya Syakur dari kecil hingga dewasa banyak dihabiskan di pondok pesantren. Beliau secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon.

Tepat pada tahun 1991 M, Buya Syakur pulang ke Indonesia bersama GusdurQuraish Shihab, Nurcholis Majid dan Alwi Shihab. Setelah kembali ke Indonesia, beliau membaktikan diri berdakwah di kampung halamannya, di Indramayu.

Lima tahun (1995) setelah Buya Syakur pulang, beliau kemudian mendirikan Pondok Pesantren Cadangpinggan yang bertempat di Jl. By Pass Kertasemaya KM. 37 Rt.01 Rw. 01 Cadangpinggan, Sukagumiwang, Indramayu.

Keistimewaan yang dimiliki oleh Buya Syakur adalah, seperti yang pernah Gus Dur katakan bahwa di Indonesia ini cuma ada tiga orang yang berpikir analitis dalam memahami Islam, yaitu Quraish Shihab, Buya Syakur, Cak Nur.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Abdul Syakur Yasin, M.A
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Abdul Syakur Yasin, M.A

KH. R. Abdul Qadir Munawwir
KH. R. Abdul Qodir Munawwir atau yang akrab dengan sapaan Romo Kyai Qodir lahir pada Sabtu Legi, 11 Dzulqo’dah 1338 H / 24 Juli 1919 M. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad (Muasis Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta) dengan Nyai. R. Ayu Mursyidah, yang berasal dari keluarga Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dan KH. R. Abdul Qodir wafat pada malam Jum’at Kliwon, pukul 18.30, 17 Sya’ban 1381 H / 2 Februari 1961 M, di RS. Panti Rapih, dalam usia relatif muda (42 tahun). Saat itu beliau ditemani istri dan wafat di sisinya.

KH. R. Abdul Qodir belajar ilmu khususnya dalam hal pengajian Al-Qur’an. Di antara guru-gurunya yang sangat berpengaruh pada kepribadian dirinya adalah sang ayah sendiri, KH. M. Munawwir, dan KH. Dalhar Watucongol.

Setelah KH. M. Munawwir wafat (1942 M), Romo Kyai Qodir meneruskan estafet tanggung jawab ayahandanya untuk mengasuh pesantren bersama sang kakak (KH. R. Abdullah Afandi Munawwir) dan adik iparnya (KH. Ali Maksum) dalam usia yang relatif muda, yakni 18 tahun.

Meskipun usia beliau masih relatif muda namun apa yang telah beliau dapatkan dari guru-gurunya waktu itu sudah cukup sebagai bekal untuk meneruskan amanah dalam mengasuh pesantren,

KH. R. Abdul Qodir Munawwir merupakan sosok yang memiliki disiplin dan keistiqomahan yang tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai aktivitas yang beliau lakukan setiap hari. Di mulai dari jam tiga dini hari, beliau bangun, kemudian membangunkan salah satu santri (Kyai Umar) yang waktu itu ikut ndalem untuk diajak shalat Tahajjud. Setelah menunaikan shalat Tahajjud, beliau membaca Al-Qur’an hingga menjelang Subuh, dilanjutkan dengan membangunkan para santri untuk menunaikan shalat Subuh berjama’ah.

Simak biografi lengkapnya di: KH. R. Abdul Qadir Munawwir
Simak Chart Silsilah Sanad KH. R. Abdul Qadir Munawwir

KH. Badrus Salam
KH. Badrus Salam lahir pada tahun 1906 M, di Desa Tempursari, Kecamatan Klaten, Solo Jateng. Dan Kyai Badrus Salam jatuh karena tidak kuat menahan rasa sakitnya. Beliaupun dilarikan ke RSU Saiful Anwar. Saat di rumah sakit itulah Kyai Badrus Salam wafat tepat pada hari Sabtu Pahing, 2 Februari tahun 1974 M / 9 Muharram 1394 H. Kyai Badrus Salam meninggal dalam usia 68 Tahun dan dimakamkan di pemakaman Kasin

Sejak kecil KH. Badrus Salam lebih banyak diasuh oleh H. Muhsin, ayahnya, dan kemudian nyantri di Pondok Pesantren Jamsaren, Solo yang diasuh oleh KH. Ali Darokah. Selama di Pondok ini, beliau mengabdikan dirinya hingga menjadi pengurus.

Keluarga Kyai Badrus, termasuk orang yang mentaati hasil keputusan pertemuan Kyai se Jawa, yang waktu itu melawan politik penjajahan Belanda, hingga terjadinya perang Diponegoro sekitar tahun 1918-1925. ''Pada pertemuan itu, para Kyai se-Jawa memberi fatwa agar umat Islam harus membentengi diri dari pengaruh politik Belanda, hingga umat Islam harus mengisolir diri ke desa-desa.

Bahkan, para Kyai mengharamkan segala sesuatu yang berbau Belanda. Seperti memakai celana, sepatu, berdasi, makan menggunakan sendok dan garpu, termasuk sekolah umum,'' kata KH. Abdullah Iskandar, santri Kyai Badrus Salam di Madrasah Muallimin, Jagalan yang mendampingi sejak tahun 1941 hingga menjelang beliau wafat.

Pada tahun 1961, beliau bersama KH. Abdullah Sattar menjadi Pengurus pada bagian Hukum dan Ibadah di Masjid Agung Jami' Malang. Berkat kealiman beliau dan kepintaran beliau dibidang fiqih dan tasawuf, beliau dijadikan sebagai Syuriyah NU Cabang Malang.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Badrus Salam
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Badrus Salam

KH. As'ad Humam
KH. As'ad bin Humam lahir di Yogyakarta pada tahun 1933 M/1352 H. Nama asli dari KH. As’ad Humam hanyalah As’ad saja, sedangkan nama Humam yang diletakkan dibelakang adalah nama ayahnya, KH. Humam Siradj. Beliau adalah anak kedua dari 7 bersaudara.

KH. As’ad Humam wafat hari Jum’at sekitar Pukul 11:30 pada tanggal 2 Februari tahun 1996 M / 1417 H, di Yogyakarta dalam usia 63 tahun. Jenazah KH. As’ad Humam dishalatkan di Masjid Baiturahman, Selokraman, Kota Gede. Yogyakarta tempat dimana beliau mengabdi.

KH. As’ad Humam bukan seorang akademisi atau kalangan terdidik lulusan Pesantren atau Sekolah Tinggi Islam, beliau hanya lulusan kelas 2 Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setingkat SMP). Beliau sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak yang diasuh oleh KH. R. Abdul Qadir Munawwir.

Darah wiraswasta diwariskan benar oleh orang tua mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai Negeri Sipil. KH. Asad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro, Yogyakarta. Profesi ini mengantarnya berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi.

Pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur’an dengan metode Iqro’ yang disusun oleh KH. As’ad Humam ini pada awalnya hanya perantaraan dari mulut ke mulut atau getok tular, kemudian dengan ketekunan mampu dikembangkan secara luas dan diterima baik oleh masyarakat di Indonesia bahkan di dunia internasional, dengan dibantu aktivis yang tergabung dalam Team Tadrus AMM Yogyakarta.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Badrus Salam
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Badrus Salam

KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah)
KH. Salahuddin Wahid atau yang akrab dengan sapaan Gus Sholah adalah putra ketiga dari pasangan KH. Wahid Hasyim dengan Nyai Sholichah. Beliau lahir di Tebuireng, Jombang, pada tanggal 11 September 1942.

Pada Januari 2020, KH. Salahuddin Wahid  menjalani operasi ablasi di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Beliau kemudian dirujuk kembali ke rumah sakit karena ada masalah prosedur, yang membutuhkan operasi pada tanggal 31 Januari.

Setelah operasi kondisinya semakin memburuk, dan akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 2 Februari 2020, pukul 20.55 WIB. Jenazah beliau diterbangkan pada pagi hari tanggal 3 Februari ke Jombang.

Sejak kecil KH. Salahuddin Wahid bersama saudara-saudaranya belajar mengaji langsung kepada ayahnya. Setelah ayahnya wafat, tugas itu diambil alih oleh KH. Bisri Syansuri, karena pada waktu itu beliau masih sering bolak-balik ke Jakarta. 

Pada bulan Februari 2006 KH. Yusuf Hasyim menelepon KH. Salahuddin Wahid dan menyampaikan niatnya untuk mundur dari jabatan pengasuh Tebuireng. KH. Yusuf Hasyim meminta KH. Salahuddin Wahid untuk menggantikannya. Lalu pada tanggal 12 April 2006, KH. Salahuddin Wahid bertemu dengan KH. Yusuf Hasyim dan keluarga besar Tebuireng serta para alumni senior, untuk mematangkan rencana pengunduran diri KH. Yusuf Hasyim dan naiknya KH. Salahuddin Wahid sebagai pengasuh Tebuireng.

KH. Salahuddin Wahid juga selalu menyampaikan pesan-pesan sejuk, tidak pernah menyinggung perasaan orang lain bahkan berkata kasar, apalagi mencaci maki. Di zaman serba terbuka seperti sekarang, orang-orang seolah mendapat izin dan sebebasnya untuk mengajukan pendapat dan kritik.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah)
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah)

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.