Biografi KH. Ilyas Kalipaing

 
Biografi KH. Ilyas Kalipaing
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4.        Jasa, Riwayat Organisasi, dan Karier 
4.1      Jasa
4.2      Riwayat Organisasi
4.3      Karier Beliau

5          Karomah Beliau
5.1       Dikawal Harimau
5.2       Peluru jadi Wajik Ketan

6          Chart Silsilah 
6.1       Chart Silsilah Sanad 

7          Referensi

 

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
KH. Ilyas lahir di Desa Kalipahing, Kelurahan Ngadisepi, Kabupaten Temanggung. Menurut perkiraan KH. Bazari dan KH. Damanhuri, beliau lahir pada tahun 1903. Ayah beliau bernama H. Abdul Syukur (berasal dari Lempuyang Candiroto) dan Ibu beliau bernama Ibu Paini. Nama kecil KH. Ilyas adalah Kliman, namun sepulang dari pondok Rembang berganti menjadi Sanusi dan berganti lagi menjadi KH. Ilyas setelah pulang dari Makkah.

1.2  Riwayat Keluarga
KH. Ilyas memiliki dua istri, yakni Ibu Nyai Juwairiyah dan Nyai j. Khodijah. Keturunan KH. Ilyas dengan istri pertama yakni:
Ibu Nyai Juwairiyah dikaruniai 10 anak, yakni :
1. Chasbullah (alm)
2. Marchum (alm)
3. Hj. Rochimah
4. Muslimah
5. Ma’unah (almh)
6. Alm. KH. Muslih (Pendiri PP. Fathul Mubarok Kalipahing)
7. Qibtiyyah
8. Mariyyah
9. KH. M. Bazari
10. Kamilah (almh).

Adapun KH. Ilyas dengan istri yang kedua yakni Ibu Nyai Hj. Khodijah dikaruniai 5 anak, yakni:
1. Hj. Murtasimah 
2. Badriyah
3. Halimatussa’diyyah
4. Salbiyah
5. Khomsiyatun 

1.3  Wafat
Beliau wafat pada tanggal 22 Robiul Awwal 1401 H/1983

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1   Mengembara Menuntut Ilmu
KH. Ilyas mulai menuntut ilmu berawal belajar mengaji dengan ayah beliau KH. Abdul Syukur setelah itu beliau mengaji al-Quran di Kalibanger, kemudian melanjutkan nyantri atau belajar kitab Safinatun Najah dan Kitab Taqrib kepada KH. Abdullatif Desa Gamelan, Karangtejo, Kedu, Temanggung. Setelah belajar kitab di hadapan KH. Abdullatif Gamelan, beliau melanjutkan nyantri kepada KH. Hasyim Kauman Grabag Magelang.

Selesai menimba ilmu di Kauman, Grabag, Magelang, KH. Ilyas melanjutkan nyantri kepada KH. Kholil Kasingan, Rembang, sebelum akhirnya belajar di Makkah sambil melaksanakan ibadah haji. Selama menuntut ilmu di pondok pesantren ini, berbagai disiplin ilmu dipelajari secara maraton. Mulai dari kitab tafsir Al Qur'an, kitab-kitab fiqih dan kitab-kitab tasawuf lainnya dapat diselesaikan dengan baik bahkan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Di Makkah beliau mukim selama 3 musim haji.

Selama tinggal di Makkah, beliau tak menyia-nyiakan kesempatan untuk banyak belajar dengan para guru-guru terkemuka saat itu yang nota bene merupakan murid-murid terbaik dari ulama-ulama asal indonesia. Tak ketinggalan beliau juga belajar langsung dengan ulama besar mursyid tarekat Satariyah yaitu Syech Syatho. Dari beliau langsung akhirnya KH Ilyas mendapat ijazah untuk menyebarkan ajaran tarekat syatariyah didaerahnya setelah pulang nanti.

2.2  Guru-guru Beliau
Guru-guru beliau saat menuntut ilmu, di antaranya:

  1. KH. Abdul Syukur
  2. KH. Abdullatif
  3. KH. Hasyim Kauman
  4. KH. Kholil Kasingan, Rembang

2.3 Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
Pada tahun 1935 beliau mendirikan pesantren yang diberi nama pondok pesantren Al Makmur. Sebagai pondok pesantren rintisan, target beliau hanya untuk masyarakat sekitar daerah Ngadisepi. Namun seiring berjalannya waktu karena kealiman ilmunya dan kesholihan perilakunya, banyak santri yang datang untuk belajar ilmu agama di pondok tersebut.

3. Penerus Beliau            

3.1  Anak-anak Beliau
Anak-anak beliau yang menjadi penerus beliau adalah:

  1. KH. Muslih Ilyas
  2. K. Agus Bazari Ilyas 

3.2  Murid-murid Beliau
Murid-murid beliau yang menjadi ulama adalah:

  1. Kiai Samsudin Purwokerto 
  2. Kiai Muslihuddin
  3. KH. Zainal Arifin
  4. Kiai Djamal Banyuwangi
  5.  Kiai Muhrodin Kalipahing
  6. Kiai Muh. Khozin Padureso Jumo
  7. Kiai Dardiri 

4. Jasa, Riwayat Organisasi, dan Karier 

4.1   Jasa
Pada masa penjajahan, Temanggung juga menjadi sasaran medan tempur para pejuang. Dari hal tersebut, KH. Ilyas pernah didaulat menjadi motor penggerak barisan Sabilillah khususnya daerah Temanggung Utara. Bersama KH. Subkhi Parakan, KH. Mandzur Temanggung dan beberapa Kiai yang lain beliau bahu membahu mengawal laskar rakyat mengangkat senjata. Dimasa pendudukan Jepang, KH. Ilyas pernah menjadi naip, satu jabatan sekelas kepala kantor urusan agama yang bertugas menikahkan masyarakat. Jabatan ini terus berlanjut sampai terbentuknya NKRI.

Perjuangan fisik beliau berlanjut saat masa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI. Kondisi seperti ini juga terjadi saat terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1965, beliau juga menjadi salah satu pelopor untuk menumpas pemberontakan PKI di Temanggung. Tugas yang beliau emban adalah memberikan doa asma kepada para pemuda untuk berperang mempertahankan pancasila dari ideologi partai komunis indonesia.

4.2  Riwayat Organisasi
Pasca kemerdekaan dan masa pemerontakan, beliau memutuskan aktif dalam dunia politik praktis. Sebelum munculnya partai NU, KH Ilyas pernah masuk dalam partai Masyumi. Baru setelah NU menjadi salah satu kontestan dalam pemilu tahun 1955, beliau masuk dalam barisan partai NU dan menjadi salah satu motor penggeraknya. Banyak jajaran Kiai aktif bersama-sama membesarkan partai berlambang jagat tersebut.,Selanjutnya di masa pemerintahan orde baru aktifitas politiknya berlanjut dengan masuk ke PPP.

4.3  Karier Beliau
Karier sesuai dengan keilmuan beliau, posisi karier yang diduduki di antaranya:
Pengasuh pesantren Al Ma'mur Kalipaing

5. Karomah Beliau

5.1  Dikawal Harimau
Alkisah, pada saat perjalanan dari Kedu, tepatnya di belokan Mentoran sebelum Desa Pelahan, Mbah KH. Ilyas dan seorang santri­nya yang bernama Kyai Dardiri dihadang oleh 30 orang gerombol­an PKI. Mereka berniat buruk untuk mencelakai KH. Ilyas dan santri­nya. Atas izin Allah SWT melalui karomah KH. Ilyas, gerombolan PKI ters­ebut tidak mampu mencelakai KH. Ilyas. Mereka hanya terb­engong, ketakutan, dan berlarian disebabkan datangnya se­ekor harimau besar yang mengawal KH. Ilyas. Kyai Dardiri yang men­
dampingi KH. Ilyas kagum dengan peristiwa tersebut. WallahuA’lam.

5.2  Peluru jadi Wajik Ketan
Kisah yang hampir sama juga dialami oleh KH. Ilyas sepulang men­gaji di daerah Temanggung didampingi oleh salah satu santrinya. Ketika sampai di Gintung belokan Sroyo, tiba-tiba dihadang kelompok pasukan Belanda. Salah satu dari pasukan Belanda menembak KH. Ilyas. Allah SWT memberikan keselamatan pada beliau, peluru yang di­tembakk­an ditangkap oleh KH. Ilyas dan berubah menjadi wajik (ketan) dan kemudian dimasukkan dalam sakunya. Pada peristiwa ters­ebut, KH. Ilyas berpesan pada santri pendherek (pendamping), “Jangan ceritakan kisah ini pada siapapun sebelum saya meninggal”.

6.    Chart Silsilah

6.1   Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Ilyas Kalipaing dapat dilihat DI SINIdan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.

7. Referensi

Biografi KH. Ilyas Kalipaing


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 14 Juli 2022, dan terakhir diedit tanggal 13 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya