Info Harian Laduni.ID: 6 Februari 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 6 Februari 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Selasa, 6 Februari 2024 bertepatan dengan hari wafat KH. Abdullah Syathori, Habib Al Walid Muhammad bin Alwi bin Husin bin Hood Al Athas, KH. Ahmad Bagdja.

KH. Abdullah Syathori
KH. Abdullah Syathori atau yang akrab dengan sapaan KH. Syathori lahir pada tahun 1905 di dusun Lontang Jaya, desa Panjalin, Majalengka. KH. Syathori terlahir dari keluarga ulama dan bangsawan. Darah ulama mengalir dari jalur ayahnya KH. Sanawi bin Abdullah bin Muhamad Salabi dari Lontang Jaya. KH. Sanawi adalah seorang ulama penghulu yang merintis berdirinya Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid dengan mendirikan langgar (mushala).

Tepat pada hari Kamis, tanggal 6 Februari 1969 M atau 19 Dzulqa’dah, KH. Syathori berpulang ke Rahmatullah. Hari itu adalah hari berkabung bagi masyarakat Arjawinangun khususnya, dan masyarakat muslim Cirebon pada umumnya. Kepulangan beliau karena penyakit jantung yang dideritanya. Masyarakat sangat kehilangan karena wafatnya.

Menginjak usia remaja, orang tua Kyai Syathori mengirimkannya ke beberapa pesantren untuk menimba ilmu pengetahuan agama. Untuk pertama kalinya, Kyai Syathori menimba ilmu di pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, khususnya kepada KH. Ismail bin Adzro’i bin Nawawi dan juga kepada KH. Dawud, murid KH. Kholil Bangkalan.

Setelah beberapa lama tinggal di Kali Tengah Plered Cirebon, KH. Syathori kemudian pindah ke daerah asalnya yaitu Arjawinangun Cirebon. Perpindahan ini dimungkinkan karena dua hal. Pertama, karena permintaan ayahandanya KH. Sanawi agar beliau mengembangkan ilmu di daerah asalnya.

Kedua, karena Kali Tengah Plered pada dasarnya adalah daerah perdagangan dan bisnis, sementara pribadi KH. Syathori tidak terlalu cenderung pada bisnis. Karena itu, KH. Syathori memilih Arjawinangun karena kecenderungannya pada pengembangan keilmuan. Ini terjadi pada tahun 30-an. KH. Syathori, pendiri dan pengasuh Pesantren Arjawinangun, adalah sosok KH. yang tidak terlepas dari karakter dan prilaku khas para KH. Pesantren.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Abdullah Syathori
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Abdullah Syathori

Habib Al Walid Muhammad bin Alwi bin Husin bin Hood Al-Atthas
Al habib Walid Muhammad lahir di Desa Subik, Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan. Beliau lahir pada tanggal 14 Mei 1934, beliau merupakan putra dari Al Habib Alwi bin Husin bin Hasan Al bin Hood Al-Atthas dan ibunya bernama Rugayyah binti Alwi bin Abdullah bin Sahl Jamalullail.

Habib Al Walid Muhammad wafat pada tanggal 6 Februari 1995 dunia dan dimakamkan di kompleks pemakaman Al Habib Ahmad bin Alwi Al Umar Al Haddad (Habib Kuncung, dibelakang Kalibata Mall, Jakarta).

Al Habib datang ke banyak orang hanya untuk belajar memahami ilmu nasab, sehingga beliau membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menguasai ilmu nasab. Beliau tidak menguasainya dengan tiba-tiba atau dengan memiliki niat untuk kepentingan tertentu demi mencari kedudukan di mata manusia. Beliau mempelajari ilmu nasab ini jauh dari kepentingan pribadi ataupun golongan.

Saat itu beliau tinggal di Gresik, di samping mempunyai relasi dagang yang cukup luas dari berbagai daerah di Indonesia, beliau juga sering menerima kunjungan tamu dari berbagai lapisan masyarakat Alawiyin yang ada di Jawa Timur.

Kegemaran Al Habib terhadap nasab ini telah dimulai sejak beliau masih muda, di mana waktu itu masih banyak Wulaiti (kaum yang lahir di Hadramaut). Dalam setiap acara beliau selalu menyempatkan diri untuk berinteraksi dan bergaul dengan segala golongan, dan secara sungguh-sungguh menanyakan nama qabilahnya, asal daeranya dan berbagai masalah yang berkaitan dengan nasab.

Simak biografi lengkapnya di: Habib Al Walid Muhammad bin Alwi bin Husin bin Hood Al-Atthas

KH. Ahmad Bagdja
KH. Ahmad Bagdja atau yang akrab dengan sapaan Abah Bagdja lahir 1 Maret 1945 di Desa Cipetir, Kecamatan Lebakwangi, Kuningan, Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Muhammad Tohir dengan Nyai Arkasih.

KH. Ahmad Bagdja wafat pada Kamis, 6 Februari 2020, pukul 01.09 WIB. Beliau wafat di RS Jakarta Medical Center (JMC) Jakarta Selatan.

KH. Ahmad Bagdja adalah perintis Komisariat PMII IKIP Jakarta sekaligus menjadi Ketua Umum PMII periode 1977-1981. Selain itu beliau juga pernah menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiswa IKIP Jakarta, Ketua Badan Koordinasi Senat-senat Mahasiswa IKIP se-Indonesia (1970), dan menjabat sebagai Sekjen PBNU pada periode kedua kepengurusan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tahun 1989-1994.

Beliau dikenal sebagai sosok yang santun, mengayomi dan menginspirasi, terutama bagi generasi muda NU. Pribadinya rendah hati dan bisa diterima semua pihak.

Selama mengeyam pendidikan, Kyai Ahmad Bagja pernah mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama untuk melanjutkan Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) empat tahun di Cirebon sebagai persiapan untuk menjadi seorang guru Sekolah Dasar (SD).

Kyai Ahmad Bagja dikenal sebagai seorang santri yang mahir berpidato semasa di Pesantren Cadas Ngampar. Pasca lulus dari pesantren, beliau sempat melanjutkan Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) selama dua tahun di Bandung. Sebelum melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN), beliau juga sempat tinggal di daerah Kampung Rawa, Pasar Gembrong, Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Ahmad Bagdja

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.