Nama-Nama Istimewa Malam Nishfu Sya’ban

 
Nama-Nama Istimewa Malam Nishfu Sya’ban
Sumber Gambar: istockphoto, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Selain dikenal sebagai bulan yang istimewa, Sya’ban juga memiliki malam yang juga sangat istimewa, yakni Malam Nishfu Sya’ban. Pada malam ini, Allah SWT memberikan banyak anugerah kepada umat Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah diberikan kepada umat para nabi sebelumnya.

Malam Nishfu Sya’ban adalah momentum diampuninya dosa-dosa, diterimanya doa-doa dan dianugerahkannya pemberian lainnya. Tentunya, itu semua diperuntukkan bagi mereka yang melakukan amal kebaikan, sebab malam tersebut adalah malam dilaporkannya segala amal umat manusia.

Keistimewaan Malam Nishfu Sya’ban dengan berbagai keberkahannya itu, kemudian menjadikannya disebut dengan banyak nama, yang mana masing-masing dari nama-nama itu memiliki keagungan dan kemuliaan tersendiri yang bisa diraih oleh umat Islam.

Dalam Kitab Risalatul Kasyfi wal Bayan ‘an Fadhail Lailatin Nishfi min Sya’ban, Al-Hafidz Al-Muhaddis Syaikh Salim As-Sanhuri Al-Maliki, menjelaskan tentang nama-nama istimewa dari Malam Nishfu Sya’ban. Nama-nama tersebut menggambarkan tentang keistimewaan sesuai dengan artinya.

Berikut nama-nama lain dari Malam Nishfu Sya’ban:

1. Malam yang diberkahi (Al-Mubarakah)

Pada malam pertengahan bulan Sya’ban (Nishfu Sya’ban), Allah memerintahkan para malaikat untuk turun ke langit dunia dan menebar kebaikan kepada manusia. Pada malam itu, diriwayatkan bahwa jarak antara manusia dengan para malaikat sangat dekat dan karena kedekatan itu, maka dianugerahkanlah keberkahan tersendiri yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, dijelaskan pula bahwa keberkahan itu juga diwujudkan dengan bertambahnya Air Zamzam, yang mana hal itu bisa disaksikan secara nyata.

2. Malam pembagian dan takdir (Al-Qismah wa At-Takdir)

Pada malam ini para malaikat turun untuk membagi keberkahan dan kebaikan serta menentukan takdir kepada semua manusia, mulai dari rezeki, jodoh, mulia, hina, pangkat, pernikahan dan yang lainnya yang terkait dengan manusia.

Keterangan ini ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan dari Atha’ bin Yasar, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ دُفِعَ إِلَى مَلَكِ الْمَوْتِ صَحِيْفَةً فَيُقَالُ اِقْبِضْ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَنْ فِي هَذِهِ الصَّحِيْفَةِ فَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَغْرَسَ الغُرَّاسَ وَيُنْكِحَ الْأَزْوَاجَ وَيَبْنِي الْبُنْيَانَ وَإِنَّ اسْمَهُ فِي تِلْكَ الصَّحِيْفَةِ وَهُوَ لَا يَدْرِيْ

“Apabila telah datang malam pertengahan bulan Sya’ban maka diserahkan kepada Malaikat Maut sebuah catatan. Maka dikatakan, cabutlah pada tahun ini, nama yang ada dalam catatan itu, karena sungguh seorang hamba akan menanam tanaman, akan menikahi wanita, membangun rumah, sedangkan namanya ada dalam catatan itu dan dia tidak tahu.”

Dalam riwayat yang lain disebutkan, bahwa pada Malam Nishfu Sya’ban Allah menetapkan beberapa keputusan yang dikehendaki-Nya, kemudian menyerahkan kepada para pemiliknya pada malam Lailatul Qadar.

3. Malam penghapusan dosa (At-Takfir)

Alasan di balik penamaan ini tidak lain karena pada malam tersebut Allah mengampuni dosa-dosa umat Islam selama satu tahun, terhitung sejak malam tersebut hingga malam pertengahan bulan Sya’ban selanjutnya.

Dalam riwayat Ahmad bin Nadhar melalui jalur Sayyidina Mu’ad bin Jabar, dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

 يَطَّلِعُ اللهُ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ اِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Allah swt melihat kepada semua makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan Sya’ban, maka Dia memberi ampunan pada semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan (dengan saudaranya).”

4. Malam diterimanya doa (Al-Ijabah)

Malam Nishfu Sya’ban adalan malam diterimanya semua doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Keterangan in sebagaimana disebutkan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 خَمْسُ لَيَالٍ لَا يُرَدُّ فِيْهِنَّ الدُّعَاءُ لَيْلَةُ الْجُمْعَةِ وَأَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَتَا الْعِيْدِ

“(Terdapat) lima malam, di mana doa tidak ditolak di dalamnya, yaitu: malam Jumat, malam pertama dari bulan Rajab, malam pertengahan bulan Sya’ban, dan dua malam Hari Raya.”

5. Malam kehidupan (Al-Hayat)

Setiap orang yang beribadah kepada Allah SWT di Malam Nishfu Sya’ban, maka hatinya tidak akan dimatikan ketika semua orang mati hatinya. Artinya, ketika semua makhluk senang akan dunia dan lupa akan akhirat, maka Allah tidak akan membiarkan orang yang beribadah pada malam tersebut turut terlena dengan dunia.

Selain itu, terdapat sebuah riwayat dari Ishaq bin Rahawaih dengan sanadnya dari Wahab bin Munabbih yang menyebutkan bahwa pada malam tersebut tidak ada orang yang meninggal. Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَمُتْ أَحَدٌ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ لِاشْتِغَالِ مَلَكِ الْمَوْتِ بِقَبْضِ الصَّكَاكِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

“Jika malam pertengahan bulan Sya’ban telah datang, maka tidak akan ada seorang pun yang mati, mulai dari ujung timur hingga ujung barat, karena sibuknya malaikat pencabut nyawa dengan menerima catatan-catatan (makhluk) dari Tuhan semesta alam.”

6. Hari Raya Malaikat

Jika manusia memiliki dua hari raya agung yang selalu dirayakan dalam setiap tahunnya, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha, maka para malaikat juga memiliki dua hari raya yang selalu mereka rayakan dalam setiap tahunnya, yaitu Malam Nishfu Sya’ban dan Malam Lailatul Qadar.

7. Malam syafaat

Malam Nishfu Sya’ban menjadi malam disempurnakannya syafaat. Hal itu dimulai sejak tanggal 13 bulan Sya’ban, Rasulullah ditanya perihal syafaatnya yang akan diberikan kepada umatnya. Saat itu beliau menjawab hanya akan memberikan sepertiga kepada mereka.

Lalu pada malam tanggal 14, Rasulullah ditanya kembali perihal syafaat yang akan diberikan pada umatnya, dan saat itu beliau menjawab hanya akan memberikan dua pertiga syafaat kepada mereka. Kemudian, tepat ketika malam Nishfu Sya’ban ketika pertanyaan itu disampaikan kepada Rasulullah, dengan tegas beliau menjawab bahwa syafaatnya akan diberikan semuanya kepada umatnya. Karena itu, maka malam ini disebut juga dengan malam sempurnanya syafaat.

8. Malam pemerdekaan (Al-‘Itqu)

Malam Nishfu Sya’ban juga disebut dengan malam pemerdekaan, yaitu diangkatnya separuh umat Nabi Muhammad dari neraka. Keterangan ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah, dikatakan bahwa Rasululah bersabda:

رُوِيَ أَنَّ النَّبِي كَانَ جَالِسًا فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ فَنَزَلَ عَلَيْهِ جِبْرِيْلُ. فَقَالَ: اِنَّ اللهَ قَدْ أَعْتَقَ مِنَ النَّارِ نِصْفَ أُمَّتِكَ

“Diriwayatkan, bahwa sungguh Nabi Muhammad sedang duduk pada suatu malam (Nishfu Sya’ban), lalu datanglah kepadanya Malaikat Jibril. Ia berkata, Sungguh Allah telah memerdekakan dari neraka separuh umatmu.”

9. Malam pembebasan (Al-Baraah)

Nama lain dari Malam Nishfu Sya’ban adalah malam pembebasan. Sebab, pada malam itu Allah menentukan pembebasan hamba-hamba-Nya yang beriman dari neraka; baik yang taat atau ahli maksiat. Lalu Allah berkata kepada mereka yang taat:

أَوْفَيْتُ الْحَقَّ وَقُمْتَ بِشَرَائِطِ الْعُبُوْدِيَّةِ فَخُذْ بَرَاءَةً مِنَ النَّارِ

“Aku (Allah) telah menepati janji (kebenaran). Dan engkau telah menjalankan ketentuan seorang hamba, maka ambillah kebebasan dari neraka.”

Tidak hanya kepada orang beriman yang taat, Allah juga memberikan pembebasan kepada orang Mukmin yang masih sering melakukan maksiat. Allah berkata kepada mereka, “Aku (Allah) telah memberikan keringanan kepada kalian semua, sebab kalian tidak menjalankan hak-hak dan ketentuan seorang hamba, maka hakmu adalah siksa, namun (dengan malam Nishfu Sya’ban), ambillah kebebasanmu dari neraka.”

10. Malam hadiah/pemberian (Al-Jaizah)

Malam Nishfu Sya’ban juga dinamakan demikian, tidak lain karena malam mulia ini hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW, dan tidak bagi umat nabi-nabi sebelumnya. Oleh karenanya, Malam Nishfu Sya’ban merupakan hadiah langsung dari Allah SWT secara khusus kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Demikian penjelasan yang diuraikan oleh Syaikh Salim As-Sanhuri Al-Maliki di dalam kitabnya yang berjudul Risalatul Kasyfi wal Bayan ‘an Fadhail Lailatin Nishfi min Sya’ban.

Semoga bermanfaat. []


Penulis: Hakim

Editor: Roni