Biografi KH. Sulaeman, Muasis Pesantren Assalafiyyah Batujajar, Kab. Bandung Barat

 
Biografi KH. Sulaeman, Muasis Pesantren Assalafiyyah Batujajar, Kab. Bandung Barat

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-guru

3.    Penerus
3.1  Anak-anak

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mengasuh Pesantren
4.2  Karier Beliau

5.  Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Sulaeman lahir di Batujajar Kabupaten Bandung Barat ,Jawa Barat pada tahun 1830. Ayahnya adalah H. Syarif berasal dari Pandeglang Banten. H. Syarif masih keturunan Syaih Maulana Yusuf Ibunya adalah Hj. Siti Mulya .putra seorang petinggi kabupaten Bandung..

1.2 Wafat
Intensitas kegiatan pengajian menurun, setelah beliau sering sakit, harus pergi ke dokter atau harus dirawat di rumah sakit. Tapi sekalipun demikian , beliau menitipkan pengajiannya kepada santri-santrinya yang sudah senior. Pada tanggal 27 September 1971, KH. Sulaiman berpulang dipanggil Yang Maha Kuasa.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Sulaeman menikah dengan Hj. Siti Khodijah, ketika beliau ikut pasaran tafsir di Ajengan (Mama Aon) Mangunreja Tasikmalaya.
Hj. Siti Khodijah adalah putra Rd. Sumadipraja berasal dari Sumedang masih keturunan Geusan Ulun. Ibunya Hj. Siti Khodijah adalah Hj. Fatimah berasal dari Tasikmalaya keturunan Sukapura. KH. Sulaeman menghabiskan masa kecilnya di Batujajar. Karena anak tunggal , kasih sayang ayah dan ibunya tertumpu kepadanya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
Pada usia enam tahun, beliau jadi murid sekolah dasar HIS , dan di sana mulai belajar bahasa Belanda. Ayahnya seorang saudagar, punya toko terletak di pinggir jalan besar. Di dekat tokonya ada Mesjid Besar. Tokonya menjadi tempat peristirahatan bagi mereka yang bepergian jauh . Selain untuk kepentingan dengan kebutuhan isi perut juga bagi mereka yang hendak melaksanakan shalat.

Pada masa remaja, KH. Sulaeman pernah mengidap penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Penyakitnya itu sempat menjadi perhatian bahkan dijadikan observasi oleh para dokter Belanda.

Ayah dan ibunya sempat kebingungan dengan penyakit yang diderita oleh anaknya itu. Ayahnya bernadzar, :”Jika anak saya sembuh dari penyakitnya, dia akan di kepesantrenkan.” Alhamdulillan penyakitnya itu sembuh.

Para dokter bahagia akan keberhasilannya. Mereka mengucapkan terima kasih kepadanya KH. Sulaeman dan ayah ibunya. Orang tuanya sujud syukur atas kesembuhan penyakit anaknya itu.

Sejak kesembuhannya dari penyakit tersebut, beliau pergi mencari ilmu di pesantren. Beliau menggali ilmu dari beberapa pesantren, yakni pesantren Ciburial (Padalarang), Cibabat, Cibaduyut, Cikalama, Keresek, Lekor, Mangunreja, Balakasap, dan pesantren Pangkalan.

KH.Sulaiman, sosok manusia yang haus akan ilmu, terbukti pada tahun 1913, beliau pergi ibadah haji dan bermaksud akan bermukim di Mekkah. Namun, pemerintahan Arab Saudi tidak memberi izin, bahkan yang sudah lama bermukim juga disuruh pulang ke negara masing-masing.

Sekalipun dia sudah menikah dengan Hj. Siti Khodijah, tapi masih tetap menjadi santri di pesantren Dukuh (Tarogong, Garut). Istri dan anaknya tinggal di kobong sebagaimana santri lainnya. Anaknya yang ikut jadi santri itu adalah Endang Muhammad dan Dudung Juwaeni.
 

2.2 Guru-guru:

  1. KH. Mansyur  Ciburial
  2. KH. Muhammad Kurdi (Mamah Kurdi) Cimahi
  3. Syekh Abdul Jalil I Cikalama
  4. KH.R. Muhammad Syafi’i Cikalama
  5. KH. Muhammad Tobri Keresek
  6. KH. Raden Muhammad Zarkasyi ( Mama Cibaduyut )

3. Penerus Perjuangan Ilmu
3.1  Anak-anak beliau:

  1. KH. Endang Muhammad (Mahmud)
  2. Mualim Udung Djuwaeni
  3. KH. Ahmad Pahruddin
  4. KH. Ahmad Syadeli

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Mendirikan Pesantren

Ketika beliau masih mencari ilmu di pesantren, H. Safari yang masih keluarga dari ibunya akan mewakafkan tanahnya jika beliau sudah selesai nyantrinya. Sepulang dari Pesantren, beliau mengadakan pengajian di rumah ayahnya. Setelah H. Safari benar-benar menyerahkan tanahnya untuk dijadikan tanah waqaf, beliau mendirikan pesantren.

Pada tahun 1917, beliau mendapat surat izin mendirikan dan menyelenggarakan pendidikan pesantren dari pemerintahan colonial Belanda.
Beliau adalah Ulama Besar , santrinya selain dari daerah Kabupaten Bandung ,Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, juga tersebar di berbagai daerah Sukabumi, Garut, Cianjur, Sumedang, Banten, Tasikmalaya dsb.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, beliau menjual hasil pertanian yang yang dikelola bersama-sama santrinya, dan hasil bagi hasil dari tanah yang diparokan kepada masyarakat. Istrinya selain membatik juga senang membuat kue untuk dijual di Pasar Batujajar. Kebetulan rumah dan pesantren terletak di depan Pasar Batujajar.

Dalam mendidik santrinya beliau dibantu oleh putranya yang tertua, yakni KH. Endang Mahmud. Putranya yang tertua ini pernah bermukim di Mekkah selama sepuluh tahun. Keilmuannya tidak diragukan lagi. Beliau sangat terbantu oleh putranya itu, kitab-kitab yang dibawa dari Mekkah sangat banyak ( 4 Ton), dari berbagai kajian keislaman.

Namung, sayang usia KH. Endang Mahmud pada usia relative masih muda, sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Beliau mempunyai prinsip bahwa pengajian itu jangan berhenti sekalipun dalam keadaan genting, sekalipun seorang.

Dalam keadaan apapun pengajian tidak berhenti, sekalipun ketika sibuk harus evakuasi, pengajian tetap di selenggarakan. Santri-santrinya ikut evakuasi mengungsi ke berbagai daerah, dari gunung ke gunung mengarungi sungai, mendaki gunung, melewati hutan dan semak belukar. Pengajian diselengarakan di tempat terbuka atau di rumah-rumah penduduk, atau di rumah santri yang terlewati oleh tujuan evakuasi.Tempat evakuasi di sekitar daerah Cihampelas,Cililin, Rancapanggung, Sindang Kerta, Cijenuk dsb.

4.2 Karier
Pengasuh pesantren Assalafiyyah Batujajar

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
https://abiazmi.wordpress.com

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya