Biografi KH. Muhammad Kurdi (Mama Kurdi), Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, Kab. Cimahi

 
Biografi KH. Muhammad Kurdi (Mama Kurdi), Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, Kab. Cimahi
Sumber Gambar: Restorasi foto Lalu Arifin dan Laduni.ID

 

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3 Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mendirikan Pesantren
4.2  Karier Beliau
4.3  Karya Beliau

5.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Muhammad Kurdi merupakan salah satu ulama kharismatik di Bandung, beliau lahir pada tahun 1839. Beliau merupakan anak dari pasangan kyai Abu Hasan Burujul dan Ibu Fatimah. KH. Muhammad Kurdi merupakan keturunan ke-5 dari Syaikh Abdul Manaf yang dinilai sebagai sesepuh ulama Bandung.

1.2 Wafat
KH. Muhammad Kurdi wafat pada tahun 1954 di usia ke-115 tahun.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Muhammad Kurdi menikah dengan seorang wanita sholehah dan dikaruniai beberapa anak.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
Pendidikan agama yang pertama diperolehnya berasal dari lingkungan keluarga. Kemudian menimba ilmu kepada kakeknya, KH. Abdul Qohhar. Kemudian menimba ilmu di pesantren Cibeureum Kidul serta di sebuah Pondok Pesantren di Ujung Berung (Sukamiskin). Dalam perjalanannya,, beliau melanjutkan pendidikan di pesantren KH. Muhammad Alwi Sukapakir Bandung.

Ketika mesantren di Mama Sukapakir, kabarnya KH. Muhammad Kurdi sudah menjadi ulama. Jaringan intelektual kepada Mama Sukapakir merupakan jaringan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Selanjutnya beliau melakukan  perjalanan (rihlah) ke Haramain (Mekkah dan Medinah) untuk berhaji. Pada umumnya, mereka yang pergi ke Haramain tidak saja untuk berhaji, akan tetapi untuk thalab al-ilm.

Sebab pada masa itu Makkah menjadi pusat pertukaran pengetahuan dunia serta tak sedikit di antara ulama Jawi yang telah menjadi
pengajar juga pelajar di sana. Momentum haji nampaknya menjadi sarana untuk memperdalam pengetahuan keagamaan KH. Muhammad Kurdi.

Meskipun tak ada catatan waktu mengenai keberangkatan KH. Muhammad Kurdi ke Haramain, tercatat beliau pernah mengunjungi Jabal Abi Qubais. Sebuah tempat di Hijaz yang menjadi pusat pendidikan tarekat. Terdapat beberapa tokoh populer sebagai pemuka agama saat itu. Di antaranya, Maulana Khalid dan Muhammad Amin Al Kurdi yang menjadi guru besar agama.

Tarekat Naqsyabandiyah telah dikenal di Indonesia paling tidak sejak abad ke-17, tapi baru benar-benar menjadi populer pada akhir abad ke-19. Dalam perkembangannya, secara khusus diangkat seorang tokoh yang mampu berbahasa Melayu bernama Abdallah Ar-Zinjani di Jabal Abi Qubais, untuk mengajarkan teknik-teknik tarekat kepada orang-orang yang berasal dari Indonesia.

KH. Muhammad Kurdi mendapatkan ijazah awal dan ijazah akhir di Jabal Abi Qubais Makkah dari Kyai Marzuki dan kyai Muhammad yang merupakan murid dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas ulama tasawuf yang berasal dari Nusantara. Sepulang dari Makkah, beliau berdakwah serta aktif dalam kegiatan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah setidaknya sejak tahun 1920, pengikutnya sudah lebih dari seratus orang.

2.2 Guru-Guru:

  1. Kyai Abu Hasan Burujul
  2. KH. Abdul Qohhar
  3. KH. Muhammad Alwi Sukapakir
  4. Kyai Marzuki 
  5. Kyai Muhammad

3. Penerus Perjuangan
3.1  Anak beliau:
KH. R. Sulaeman Kurnia

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Mendirikan Pesantren
Selain itu, beliau membangun sebuah pesantren sekitar tahun 1923. Perkembangan tersebut dibuktikan dengan pendirian kobong-kobong (asrama)
tempat menginap para santri yang berasal dari daerah Garut, Cianjur, dan Surabaya. Eksistensi Pesantren Cibabat diabadikan dengan sebuah jalan
bernama “Jalan Pesantren” yang berada di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

4.2 Karier

  1. Mursyid Tarekat Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
  2. Pengasuh pesantren Cibabat

4.3 Karya-karya
Sebagai ulama yang produktif dalam menjaga tradisi keilmuan Nusantara, KH. Muhammad Kurdi tercatat banyak menulis dan menerjemahkan kitab-kitab, di antaranya:

  1. Terjemah Sunda Kitab Fath al-Arifin, ditulis oleh K.H. Muhammad Kurdi, (Jakarta: Firma Sayyid Utsman, tanpa tahun)
  2. Terjemah Sunda Kitab Yawakit oleh KH. Muhammad Kurdi ditulis pada tahun 1941.
  3. Kitab Uncuing & Tongeret yang ditulis oleh KH. Muhammad Kurdi. (tanpa tahun)
  4. Kitab Pepeling Maot ditulis oleh KH. Muhammad Kurdi (tanpa tahun)
  5. Terjemah Sunda kitab Nadhom Barzanji oleh KH. Muhammad Kurdi yang diterbitkan oleh Pondok Pesantren Al Maqom – Cibabat. (tanpa tahun)
  6. Terjemah Sunda Kitab Jauharottauhid (Jauhar at-Tauhid) oleh KH. Muhammad Kurdi. Selesai ditulis pada 7 Rajab 1323 H atau sekitar 6
  7. September 1905 M.
  8. Terjemah Al Quran 30 Juz karya KH. Muhammad Kurdi selesai pada 9 Muharram 1371 H atau sekitar 9 Oktober 1951 M.
  9. Terjemah Sunda Kitab Burdah Al Madih oleh KH. Muhammad Kurdi yang diterbitkan oleh Pondok Pesantren Al Maqom Cibabat. (tanpa tahun).
  10. Terjemah Safinat an-Naja (kitab fikih) oleh K.H. Muhammad Kurdi ditulis pada tahun 1344 H atau sekitar tahun 1925 M.

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
https://onesearch.id/Record/IOS14555.article-9152

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya