Biografi KH. Abdul Ghoffarrozin, Ketua PWNU Jawa Tengah 2024-2029

 
Biografi KH. Abdul Ghoffarrozin, Ketua PWNU Jawa Tengah 2024-2029

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Sosok Inovator Pendidikan
3.2  Kiprah di Nahdlatul Ulama

4.    Karir-Karir
5.    Teladan
6.    Pemikiran
7.    Terus Berkarya
8.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Abdul Ghoffarrozin atau yang akrab dengan sapaan Gus Rozin lahir pada 31 Juli 1976, di Kajen, Margoyoso, Pati. Putra dari KH. MA. Sahal Mahfudz dan Ibu Nyai Hj. Dra. Nafisah Sahal. Sejak kecil  ditempa dalam keluarga yang mencintai ilmu dan perjuangan.

KH. MA. Sahal Mahfudz adalah tokoh puncak di dua organisasi besar, yaitu NU dan MUI. Ibunya, Hj. Dra. Nafisah Sahal adalah aktivis Muslimat NU Pati, Muslimat NU Jawa Tengah, dan pernah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

1.2 Riwayat Keluarga
Saat menempuh pendidikan di Australia, Gus Rozin memutuskan menikah dengan Neng Tutik Nurul Janah, dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Dari pernikahan ini keduanya dikaruniai tiga orang putri.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Gus Rozin menghabiskan masa kecilnya di Kajen Margoyoso Pati. Beliau belajar ilmu secara langsung kepada KH. MA. Sahal Mahfudz, KH. Abdullah Zain Salam, KH. Ahmad Nafi’ Abdillah, dan ulama-ulama besar lainnya di Kajen.

Beliau menyelesaikan studi di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen. Kebetulan saat Gus Rozin studi di PIM, banyak sekali anak kyai yang satu periode dengannya, seperti KH. Abdullah Umar Fayumi, KH. Tsaqib Purwodadi (putra Ibu Nyai Munawwarah Abdullah Zain Salam-KH. M. Busyro Abdul Lathif), KH. Zulfa Mustafa (Wakil Ketua Umum PBNU sekarang) dan lain-lain.

Setelah menyelesaikan studi di PIM, Gus Rozin melanjutkan studi di Pondok Pesantren Fathul Ulum Kwagean Kediri, asuhan KH. Abdul Hanan. Pondok ini dikenal dengan ngaji kilatan sehingga santri yang studi di pondok ini dalam waktu singkat mampu mengkhatamkan banyak kitab.

Ngaji kilatan di pesantren familier dengan ngaji pasanan, yaitu ngaji pada waktu bulan Ramadhan yang mengkhatamkan beberapa kitab dengan target waktu tertentu. Ngaji pasanan ini membutuhkan konsentrasi tinggi karena kyai cenderung memberikan makna dengan cepat dan keterangan yang sangat terbatas. Kelebihan ngaji pasanan adalah seorang santri mampu memfokuskan pikiran dan waktunya untuk mengkaji satu atau beberapa kitab secara tuntas dari awal sampai akhir. Pesantren Kwagean punya keunggulan ini.

Menurut sebuah sumber, ketika di Kwagean ini, Gus Rozin mencuri waktu mengambil kursus inggris. Selain itu, ketika di Kwagean ini juga, Gus Rozin sudah berlatih berwirausaha, yaitu beternak kambing yang dipasrahkan kepada orang lain. Ketika musim lebaran idul Adha datang, kambing tersebut dijual dan keuntungannya dibagi sesuai kesepakatan.

Setelah belajar 3.5 tahun di Kwagean Kediri, Gus Rozin meneruskan studi di Jakarta. Di tengah berbagai kesibukan, beliau berhasil menyelesaikan studinya di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Aqidah Jakarta. Beliau pernah studi di Paramadina yang diinisiasi Prof. Dr. Nurcholis Majid dan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara.

Sebagai seorang anak tokoh puncak organisasi, pergaulan Gus Rozin memang lintas sektoral. Sosoknya yang supel membuatnya mudah bergaul dengan anak-anak muda dari berbagai kalangan. Tempaan keluarga yang ketat dan disiplin membuat karakter Gus Rozin menjadi sosok yang kuat dan punya konfidensi tinggi.

Setelah menyelesaikan Studi di Jakarta, Gus Rozin melanjutkan studi di Monash University Australia, mengambil jurusan manajemen pendidikan. beliau menyelesaikan studinya di Australia dengan Gelar M.Ed (Master of Education). Kemampuan bahasa inggris yang sudah ditempa di Pare dan dimatangkan di Jakarta, membuat Gus Rozin mampu bercakap-cakap dalam bahasa Inggris dengan fasih. Bahasa Inggris, baik lisan maupun tulisan terasah dengan baik.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. MA. Sahal Mahfudz (ayah),
  2. KH. Abdullah Zain Salam,
  3. KH. Ahmad Nafi’ Abdillah,
  4. KH. Abdul Hanan, Pesantren Fathul Ulum Kwagean Kediri.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Setelah menyelesaikan Studi di Australia, Gus Rozin tinggal di Jakarta, kemudian kembali ke Kajen untuk mengembangkan Pesantren Maslakul Huda. Selain itu, Beliau langsung memegang amanah sebagai Pembantu Direktur Bidang kurikulum di Perguruan Islam Mathali’ul Falah.

Di Pesantren Maslakul Huda, beliau mengembangkan pesantren ini dengan membuka program khusus anak-anak yang dikenal dengan Maslakul Huda Lil-Mubtadiin yang lokasinya dekat PIM Lil-Banat. Desain pendidikan pesantren yang memisahkan anak yang sudah senior dan anak yang baru berlatih di pesantren yang usianya masih anak-anak adalah model pendidikan yang sesui dengan ilmu modern.

3.1 Sosok Inovator Pendidikan
Gelar M.Ed di belakang namanya bukan formalitas saja, tapi benar-benar sesuai dengan kapasitasnya sebagai pemikir dan pembaharu pendidikan. Sebagai Pembantu Direktur Bidang Kurikulum, Gus Rozin membuat kelompok diskusi untuk menelaah dan menyempurnakan Kurikulum PIM, khususnya yang ada di Madrasah Ibtidaiyah.

Pada tahun 2008, Gus Rozin menginisiasi dan menjadi Ketua/Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah (STAIMAFA) yang pada tahun 2015 berubah menjadi Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA).

Di Pesantren Maslakul Huda, Gus Rozin merintis takhashshus Ushul Fiqih yang kemudian berkembang menjadi Ma’had Aly Fi Ushul Fiqhi dengan spesifikasi kajian fiqih sosial yang dikembangkan KH. Sahal Mahfudz. Beliau juga merintis Pesantren Maslakul Huda Lil-Mubtadiat (khusus anak-anak putri yang masih pemula). Inovasi lainnya adalah merintis berdirinya Sekolah An-Nishmah yang mempunyai 4 unit pendidikan: Baby Daycare, Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Terpadu.

Untuk melengkapi potensi dan skills entrepreneurship santri, Gus Rozin mendirikan BPRS Artha Mas Abadi dan mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK) Pesantren Maslakul Huda. BLK memberikan pelatihan intensif santri tentang pentingnya entrepreneurship.

3.2 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Kiprah organisasi Gus Rozin dimulai dengan aktif menjadi pengurus HSM (OSISnya PIM Kajen) dan presidium Pondok Pesantren Maslakul Huda dan aktif terlibat dalam pengembangan Marching Band PIM. Adapun karirnya di NU dimulai dari tahun 1998 menjadi PP (Pengurus Pusat) IPNU. Tahun 2000 menjadi Pengurus Pusat GP Ansor. Tahun 2010 menjadi Wakil Ketua Pengurus Pusat LP. Ma’arif NU.

Pada tahun 2013, Gus Rozin mendapat amanah menjadi Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU Jawa Tengah. Beliau kemudian ditunjuk menjadi Ketua RMI PBNU hasil Muktamar Jombang tahun 2015 sampai sekarang. Selama memimpin RMI-NU Jateng, banyak sekali terobosan yang beliau lakukan. Salah satunya adalah konsolidasi organisasi pesantren, menggerakkan kemandirian ekonomi dan kebersihan pesantren, dan berkolaborasi dengan pemerintah.

Selama memimpin RMI PBNU sampai sekarang, banyak sekali gebrakan Gus Rozin. Liga Santri, Gerakan Ayo Mondok, Kemandirian Pesantren, dan lain-lain menjadi icon RMI yang manfaatnya benar-benar dirasakan pesantren dan warga NU. Sekarang Gus Rozin didapuk menjadi salah satu Katib Syuriyah PBNU dan Mustasyar PCNU Kabupaten Pati bersama tokoh-tokoh yang lain.

Gus Rozin dipercaya sebagai Staf Khusus Presiden Bidang keagamaan tahun 2018 dan anggota Dewan Ketahanan Pangan tahun 2017. Beliau membantu Presiden dalam menata bidang keagamaan di Indonesia. Salah satunya tentang eksistensi Pesantren. Relasi luas dengan tokoh agama dan profesionalitas manajemen menjadi alasan logis Presiden memilih Gus Rozin sebagai Staf Khusus yang terbukti efektif.

4. Karir-Karir

  1. Menjadi PP (Pengurus Pusat) IPNU, 1998,
  2. Menjadi Pengurus Pusat GP Ansor, 2000,
  3. Sebagai Pembantu Direktur Bidang kurikulum di Perguruan Islam Mathali’ul Falah,
  4. Menjadi Wakil Ketua Pengurus Pusat LP. Ma’arif NU. 2010,
  5. Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU Jawa Tengah, 2013,
  6. Ketua RMI PBNU 2015-sekarang,
  7. Katib Syuriyah PBNU,
  8. Mustasyar PCNU Kabupaten Pati,
  9. Anggota Dewan Ketahanan Pangan tahun 2017,
  10. Staf Khusus Presiden Bidang keagamaan tahun 2018.

5. Teladan
Selain sebagai organisator dan aktivis sosial keagamaan, Gus Rozin Selalu memyempatkan waktu mengajar langsung para santri. Salah satu momentumnya adalah saat bulan Ramadan. Hebatnya, ketika bulan Ramadan ini, Gus Rozin sering membaca kitab-kitab yang tergolong baru dengan perspektif baru.

Salah satu yang penulis dengar adalah:

1. Al-Hujah Al-Qath’iyyat karya KH. Muhyiddin Abdusshamad Jember yang menjelaskan hujjah amaliyah warga NU,
2. As-Syamail Al-Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi,
3. Ar-Rasul Al-Mu’allim,
4. Al-Ta’ashshub li Al-Aimmah wa Atsaruhu ala Wahdah Al-Ummah karya Dr, Muhammad Ali Karanbah,
5. Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami.

Tentu masih banyak kitab yang dibaca Gus Rozin yang tidak tertulis di sini. Namun, dari kitab yang dibaca tersebut terlihat dinamisme pemikiran Gus Rozin dalam konteks hukum Islam. Hukum Islam harus didinamisir supaya mampu merespons problem global yang terus terjadi tanpa henti.

6. Pemikiran
Banyak sekali pemikiran Gus Rozin yang disampaikan di banyak forum. Antara lain:

a. Kemandirian Pesantren
Kemandirian pesantren meliputi kemandirian kurikulum, kemandirian budaya, dan kemandirian ekonomi. Tiga kemandirian tersebut sangat dibutuhkan pesantren untuk meneguhkan eksistensi dan kontribusinya bagi masyarakat dan bangsa. Jika pesantren bergantung dengan pihak lain, maka pesantren tidak bisa mandiri dan akhirnya bisa disetir pihak lain.

b. Integrasi Pesantren dan Perguruan Tinggi
Pesantren dan perguruan harus terintegrasi, khususnya dalam konteks basis nilai moral dan akademiknya. Keilmuan pesantren tidak boleh stagnant dan perguruan tinggi tidak boleh liberal sekuler. Inilah manfaatnya integrasi pesantren dan perguruan tinggi. Hal ini sesuai kaidah:

المحافظة علي القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح

Konsisten dengan tradisi lama dan kreatif mengadopsi modernitas yang reformatif.

c. Pentingnya Riset
Riset adalah jantung kemajuan. Ketika riset berkembang pesat, maka akan lahir banyak inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Namun, jika riset lemah, maka suatu bangsa akan tertinggal dengan bangsa lain yang kreatif dan inovatif. Gus Razin menekankan riset ini supaya generasi muda Islam aktif melakukan riset untuk melakukan inovasi di berbagai aspek kehidupan.

d. Bonus Demografi
Indonesia mengalami bonus demografi. Usia produktif yang over menjadi tantangan dan ancaman sekaligus. Jika usia produktif mempunyai kompetensi memadai, maka bonus demografi akan menambah daya saing bangsa. Namun jika bonus demografi tidak diimbangi dengan kompetensi memadai, maka mereka justru menjadi problem yang membebani bangsa. Maka bonus demografi harus diiringi dengan peningkatan kualitas memadai untuk menjemput era persaingan bebas yang hiperkompetitif. Indonesia harus menjadikan bonus demografi sebagai potensi positif dalam memenangkan persaingan.

e. Peran aktif Pemerintah
Pemerintah harus hadir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengembangkan pesantren. Undang-Undang Pesantren yang baru disahkan menugaskan pemerintah, baik Pusat, Propinsi, dan Kabupaten untuk berpartisipasi aktif dalam mengembangkan pesantren sebagai salah satu aset bangsa yang sudah terbukti kontribusinya bagi pembangunan. Di sisi lain, pesantren juga harus meningkatkan kemampuan administrasi dan akuntabilitasnya supaya mampu menjalankan program pemerintah secara transparan, fungsional dan akuntabel.

7. Terus Berkarya
Usia yang masih muda menjadikan Gus Rozin menjadi sosok pemimpin muda yang akan terus berkarya bagi kemajuan bangsa. Kegigihannya dalam menginisiasi dan mengawal program yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat luas menjadi inspirasi generasi muda dalam berkarya untuk bangsa.

Tantangan bangsa yang kompleks di berbagai aspek kehidupan, baik pendidikan, ekonomi, dan politik, menjadikan bangsa ini harus terus berbenah agar tidak menjadi obyek pembangunan, tapi menjadi subyek pembangunan yang menentukan masa depannya sendiri.

Pengalaman yang panjang di atas menjadikan KH. Abdul Ghaffar Rozin sebagai pemimpin yang dinantikan kehadirannya untuk menggerakkan organisasi di semua level. Visi besar, komitmen, dan totalitasnya dalam mengemban amanah menjadi distingsi dalam memajukan organisasi menuju kebangkitannya. Organisasi yang benar-benar berkhidmah untuk masyarakat, bangsa, dan umat manusia.

8.  Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: gusrozin.id

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya