Info Harian Laduni.ID: 8 Maret 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 8 Maret 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Jum’at, 8 Maret 2024 bertepatan dengan hari lahir Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid., M.Hum., Syekh Abdullah Afifuddin dan hari wafat Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi.

Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid., M.Hum
Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid., M.Hum lahir pada 8 Maret 1948, di Kabupaten Jombang putri dari H. Abdullah Syukur, pedagang daging terkenal, Beliau dibesarkan dalam lingkungan pesantren.

Bahkan pendidikan dasar hingga menengah tidak jauh dari lingkungan agama. Puncaknya, dengan mengikuti pendidikan pesantren mualimat khusus perempuan.

Memasuki usia remaja, beliau dijodohkan dengan anak kyai besar NU bernama KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Kisah cinta Hj. Sinta Nuriyah Wahid dengan KH. Abdurrahman Wahid ini menarik. Gus Dur merupakan gurunya ketika belajar di Muallimat. Mereka dijodohkan oleh Kyai Fatah, pamannya KH. Abdurrahman Wahid.

Gus Dur segera mengiyakan tawaran itu. Namun, Hj. Sinta Nuriyah Wahid belum bersedia lantaran trauma dengan salah seorang guru yang pernah meminangnya ketika masih berusia 13 tahun.

Banyak penghargaan yang beliau peroleh terutama di kegiatan perlindungan wanita berikut penghargaan-penghargaan beliau:

  1. Penghargaan dari The Purnomo Yusgiantoro Center dalam PYC Award 2019 berupa Apreciation: In Recognition of Your Mutual Cooperation with PYC (2019),
  2. Piagam penghargaan dari Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sebagai Ibu Bangsa (2018),
  3. Masuk daftar 100 orang tokoh paling berpengaruh di Dunia versi Majalah Time, dalam kategori tokoh pejuang perempuan dan kaum minoritas (2018),
  4. Memperoleh penghargaan Internasional, sebagai 11 Perempuan Paling Berpengaruh versi Harian New York Times (2017),
  5. Piagam Penghargaan dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-Pancasila) sebagai Tokoh Penggiat Sosial (2017),
  6. Piagam Penghargaan dari Menteri Sosial RI sebagai Pelopor Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) untuk Penyandang Disabilitas (2015),
  7. Lifetime Achievment Award dari Media Rakyat Merdeka Online sebagai Pejuang Perempuan dan Kaum Minoritas (2013),
  8. Penghargaan dari Kakorlantas Polri sebagai Pelopor Keselamatan Lalu Lintas (2013),
  9. Soka Women's College Comendation of Friendship dari Soka Women's College UniversitasSoka sebagai Pejuang Perempuan (2012),
  10. Bintang Jasa Adipradana dari Negara Republik Indonesia sebagai Pendamping PresidenAbdurrahman Wahid dan Pejuang Kemanusiaan (2011).

Simak biografi lengkapnya di: Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid., M.Hum
Simak Chart Silsilah Sanad Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid., M.Hum

Syekh Abdullah Afifuddin
Syekh Abdullah Afifuddin lahir di Desa Sangga Lima, Kecamatan Gebang Langkat 3 Maret 1895. beliau merupakan putra bungsu dari Ali bin Panglima Bahar bin Syekh Ibrahim Waliyullah yang memiliki silsilah keturunan dari Maghribi Afrika Utara.

Syekh Abdullah Afifuddin wafat di Tanjung Pura pada tanggal 12 Desember 1973.

Sejak kecil beliau diajarkan pendiidkan agama islam oleh kakaknya bernama Hj. Aminah dan kakak iparnya bernama H. Tajuddin, imam besar masjid Azizi Tanjungpura. Pada masa awal ini beliau belajar membaca Al-Qur'an dan ilmu agama yang berupa farddhu'ain saja.

Dalam kegiatan kemasyarakatan, selain menjadi Ketua Masyumi Langkat Hilir, beliau juga menjadi anggota Masyumi Daerah Aceh (pada masa berada di Aceh). Ketika menghadapi agresi Belanda yang kedua beliau mengadakan musyawarah alim ulama atas persetujuan Tgk. Daud Beureueh (ketika itu Gubernur militer dengan pangkat Mayor Jendral tituler).

Ketika beliau masih mahasiswa Al-azhar, sekitar tahun 1925/1926 berlangsunglah kongres ummat Islam yang diprakarsai oleh ulama-ulama Al-Azhar. Diantara yang mewakili ummat Islam Indonesia ialah Syekh Abdul Karim Amru'llah dan Syekh Abdu'llah Ahmad. Syekh Abdu'llah Afifuddin menjadi sekretaris Syekh Abdul Karim Amru'llah dan Mukhtar Luthfi menjadi sekretaris Syekh Abdullah Ahmad.

Simak biografi lengkapnya di: Syekh Abdullah Afifuddin

Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi
Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi lahir 4 Juni 1940 di Jombang. Beliau merupakan putri kedua dari KH. Wahid Hasyim dan Nyai Hj. Sholichah Munawwaroh Wahid Hasyim.

Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi wafat pada Kamis 8 Maret 2018 di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sekitar pukul 12.50 WIB. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman keluarga di area MQ Tebuireng.

Dalam perjalanan kehidupannya, beliau selalu berpindah-pindah tempat tinggal, pada usia tiga tahun, Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi mengikutinya orang tuanya pindah ke Jakarta. Namun, karena situasi saat itu belum aman karena pendudukan Nippon atau Jepang, Nyai Aisyah diajak ibunya Nyai Hj. Sholichah Wahid Hasyim kembali ke Jombang.

Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi memulai perannya dengan menjabat Ketua Fatayat NU Wilayah DKI Jakarta (1959-1962) di usia 19 tahun. Dari sini, meskipun Nyai Aisyah termasuk keturunan darah biru NU, ia tetap menjalani proses kaderisasi dari tingkat bawah. Baginya, proses berjenjang dalam aktif di organisasi akan menempa seseorang menjadi lebih matang.

Bagi Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi menakodai Muslimat NU adalah memikul pesan sang ibu untuk menjaga Muslimat NU. Bekal kepemimpinannya dari tingkat bawah menjadi modal penting menggerakkan organisasi perempuan terbesar di Indonesia ini menjadi organisasi mandiri, maju, dan modern.

Di bidang politik, Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI selama tiga periode 1997-2009.

Simak biografi lengkapnya di: Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi
Simak chart silsilah sanad Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidlowi

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.