Meningkatkan Kedermawanan di Bulan Ramadhan

 
Meningkatkan Kedermawanan di Bulan Ramadhan
Sumber Gambar: rawpixel.com, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Setiap memasuki bulan Ramadhan, umat Islam sangat antusias dalam berbagi. Hampir di berbagai wilayah, semangat berbagai umat Islam di bulan Ramadhan meningkat. Hal ini disebabkan karena memang bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan dan rahmat. Kebaikan yang dilakukan di bulan ini diharapkan menjadi keberkahan dan dapat menjadi sebab turunya rahmat Allah SWT. Selain itu, kebiasaan tersebut bisa dikatakan telah meneladani Baginda Nabi Muhammad SAW.

Dalam sebuah Hadis disebutkan, bahwa kedermawanan Rasulullah SAW diibaratkan melebihi angin  berhembus.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ لِأَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

  “Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: ‘Nabi SAW adalah seorang yang paling ringan untuk berbuat kebaikan dan lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Sebab Jibril menemuinya pada setiap malam di dalam bulan Ramadhan, lalu istirahat bersiap menyimak, sementara Rasulullah SAW memperdengarkan bacaan Al-Qur’annya. Maka di saat Jibril menemuinya, pada saat itu pulalah beliau menjadi orang yang lebih cepat berbuat kebaikan (dermawan), bahkan melebihi cepatnya angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW adalah manusia paling dermawan, dan menjadi lebih dermawan lagi saat bulan Ramadhan. Karenanya, kedermawanan itu menjadi salah satu hal yang penting di dalam Islam. Bahkan, barang siapa yang memberi makan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa, maka akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang berpuasa tersebut, dengan tanpa dikurangi sedikit pun.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أنَّهُ لَا يُنْقَصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ

“Barang siapa memberi makan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka ia mendapat seperti pahala orang yang puasa tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (HR. At-Tirmidzi)

Tetapi semangat dalam berbagi itu, jangan sampai dirusak nilainya dengan niat hanya sekadar untuk pamer atau karena ingin tenar dan suka menyebut jasa kebaikannya. Apalagi juga disertai dengan menyakiti perasaan orang yang menerima. Demikian ini bisa merusak keutamaan sedekah dan menodai kemuliaan Ramadhan.

Allah SWT berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Ayat di atas menyandingkan orang yang bersedekah karena riya’ atau pamer itu dengan orang-orang yang tidak beriman. Artinya kebaikan yang dilakukan keduanya itu tidak ada nilainya sama sekali di hadapan Allah SWT.

Tetapi, bagaimanapun hal itu tidak bisa menjadi pembenar agar tidak usah melakukan sedekah atau tidak usah menjadi dermawan. Sebaliknya, seharusnya dengan adanya peringatan itu justru kita semakin semangat untuk terus bersedekah dan meningkatkan kedermawanan dengan rasa yang tulus, apalagi dilakukan di bulan suci Ramadhan. Sebab, mestinya kita menyadari bahwa semua yang kita miliki itu ada hak orang lain atas kita, dan sesungguhnya semua itu hanyalah titipan dari Allah SWT. Jika semua itu adalah milik Allah, kenapa kita harus merasa berat hati atau melakukannya dengan niat pamer, atau bahkan disertai dengan merendahkan atau menyakiti orang yang menerima sedekah itu?! []


Penulis: Hakim

Editor: Denny