Biografi KH. Moh. Sholih, Pengasuh pesantren Qomaruddin Gresik

 
Biografi KH. Moh. Sholih, Pengasuh pesantren  Qomaruddin Gresik

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Anak-anak
3.2  Murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mengasuh Pesantren
4.2  Karier

5.   Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Moh. Sholih Musthofa lahir di desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. KH. Moh. Sholih musthofa lahir pada tanggal 28 November 1907 M/ 22 Syawal 1325 H. KH. Moh. Sholih Musthofa lebih dikenal dengan nama Mbah Sholih Tsalits, tambahan kata tsalits untuk membedakan
dengan nama-nama Sholih sebelumnya.

Perlu di ketahui bahwa KH. Moh. Sholih Musthofa adalah pengasuh keenam dari delapan pengasuh sampai sekarang. KH. Moh. Sholih Musthofa lahir dari pasangan KH. Musthofa bin KH. Abdul Karim bin K.H. Abdul Qahar dengan Nyai Aminah binti K.H. Sholeh Tsani. Ayah KH. Moh. Sholih Musthofa yakni KH. Musthofa adalah pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatut Thalabah di Kranji Paciran Lamongan, sementara kakeknya, KH. Abdul Karim juga seorang kyai asal Tebuwung Dukun Gresik. Selain itu, kakek buyutnya, KH. Abdul Qahar juga seorang kyai asal Drajat Paciran, Lamongan, sehingga tidak heran, mulai kecil KH. Moh. Sholih Musthofa sudah di kader untuk jadi seorang kyai.

1.2 Wafat
Beliau berpulang ke Rahmatullahi pada 1982

1.3 Riwayat Keluarga
Sekembalinya dari Mekkah, KH. Moh. Sholih Musthofa menikah dengan nyai Khodijah dan aktif membantu ayah mertuanya yang pada saat itu menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Qomaruddin. Setelah ayah mertuanya wafat, kemudian KH. Moh. Sholih ditunjuk untuk menggantikan mengasuh Pondok Pesantren Qomaruddin.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu

Pada awalnya KH. Moh. Sholih Musthofa belajar ilmu agama pada ayahnya sendiri yang kebetulan ayahnya mempunyai pondok pesantren dan menjadi pengasuh pondok pesantren. Nama pondok pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren Tarbiyatut Thalabah yang berada di Kranji, Lamongan. Melihat latar belakang keluarganya, dari kecil KH. Moh. Sholih Musthofa memang di ajarkan ilmu-ilmu agama oleh ayahnya. Diharapkan kelak KH. Moh. Sholih Musthofa bisa menjadi kiai seperti ayahnya maupun kakek-kakeknya.

Agar lebih mendalami tentang ilmu agama dan lebih mandiri, akhirnya KH. Moh. Sholih Musthofa diperintahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu ke pondok kakeknya di Pondok Pesantren Sampurnan (sekarang Pondok Pesantren Qomaruddin). Di bawah bimbingaan kakeknya, yakni KH. Sholeh Tsani, KH. Moh. Sholih Musthofa dibekali ilmu agama.

Pada waktu itu, kecerdasan dan pengetahuannya tentang agama sudah mulai terlihat berkat bimbingan dari ayahnya, yakni KH. Musthofa.
Setelah dari Pondok Pesantren Sampurnan, pada tahun 1918-1927, KH. Moh. Sholih Musthofa melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, yang pada waktu itu dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari.

Pada saat KH. Moh. Sholih Musthofa di Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Moh. Sholih Musthofa mulai mempelajari, mendalami, dan mengembangkan keahliannya dalam bidang pendidikan formal. Selain itu, KH. Moh. Sholih Musthofa juga aktif membantu mengelola perkembangan Pondok Pesantren Tebuireng.

Setelah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, pada tahun 1929 K.H. Moh. Sholih Musthofa menunaikan ibadah haji dan mondok di Makkahtul Mukarramah kurang lebih empat tahun dibawah bimbingan Syekh Mahfudzh bin Abdul At Tarmisi. Di pondok tersebut KH. Moh. Sholih Musthofa memfokuskan untuk mendalami ilmu fiqih dan Hadis.

2.2 Guru-Guru:

  1. KH. Musthofa
  2. KH. Sholeh Tsani
  3. KH. Hasyim Asy’ari
  4. Syekh Mahfudzh bin Abdul At Tarmisi

3. Penerus Perjuangan

3.1  Anak-anak
KH. Hamim Shalih

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Qomaruddin, KH. Moh. Sholih Musthofa dikenal sebagai kyai yang suka membaur dengan masyarakat dan selalu datang dalam kegiatan masyarakat, misalnya ada warga yang meninggal, KH. Moh. Sholih selalu datang meskipun tidak diundang. Keistimewaan KH. Moh. Sholih Musthofa yang lain adalah sosok kiai yang sangat banyak sekali menguasai beberapa ilmu pengetahuan, baik itu pengetahuan umum maupun pengetahuan agama, terlebih masalah fiqih. KH. Moh. Sholih Musthofa terkenal dengan ahli fiqihnya.

Meskipun demikian, KH. Moh. Sholih Musthofa sangat menghargai musyawarah, tidak semena-mena menentukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. KH. Moh. Sholih Musthofa adalah sosok kyai yang selalu mengikuti perkembangan zaman, terlebih dalam bidang pendidikan. KH. Moh. Sholih Musthofa mampu membaca bahwa kelak santri-santrinya tidak hanya butuh ilmu agama saja, melainkan membutuhkan pelajaran umum.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, KH. Moh. Sholih Musthofa mulai merintis Pendidikan klasikal di pondok Pesantren Qomaruddin mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas, baik yang berafiliasi dengan Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan.

Sosok KH. Sholih Musthofa adalah kiai yang terkenal dengan ketaatannya dalam mematuhi peraturan, baik itu peraturan agama, maupun peraturan negara, bahkan dengan aturan dokter sekalipun ditaatinya. Seperti contoh bahwa pada waktu itu KH. Moh. Sholih Musthofa divonis
mempunyai penyakit diabetes, kemudian dokter melarangnya makan nasi, jadi sampai akhir hayatnya KH. Moh. Sholih Musthofa makan kentang tidak makan nasi.

Sebagai warga negara yang baik, KH. Moh. Sholih Musthofa sangat taat sekali dalam membayar pajak seperti membayar pajak sepeda pancal. Padahal pada waktu itu sudah tidak ada lagi operasi pajak sepeda, bahkan radio sekalipun juga dibayarkan pajak, itu adalah contoh kecil KH. Moh. Sholih Musthofa tentang ketaatan. KH. Moh. Sholih Musthofa mendidik anak, cucu dan santrinya juga seperti itu, dididik untuk sangat disiplin, konsisten dan mentaati segala aturan, terlebih dalam aturan agama.

Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Qomaruddin, KH. Moh. Sholih Musthofa dikenal sebagai kiai yang suka membaur dengan masyarakat dan selalu datang dalam kegiatan masyarakat, misalnya ada warga yang meninggal, KH. Moh. Sholih selalu datang meskipun tidak diundang. Keistimewaan KH. Moh. Sholih Musthofa yang lain adalah sosok kiai yang sangat banyak sekali menguasai beberapa ilmu pengetahuan, baik itu pengetahuan umum maupun pengetahuan agama, terlebih masalah fiqih. KH. Moh. Sholih Musthofa terkenal dengan ahli fiqihnya.

Meskipun demikian, KH. Moh. Sholih Musthofa sangat menghargai musyawarah, tidak semena-mena menentukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. KH. Moh. Sholih Musthofa adalah sosok kiai yang selalu mengikuti perkembangan zaman, terlebih dalam bidang pendidikan. KH. Moh. Sholih Musthofa mampu membaca bahwa kelak santri-santrinya tidak hanya butuh ilmu agama saja, melainkan membutuhkan pelajaran umum.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, KH. Moh. Sholih Musthofa mulai merintis Pendidikan klasikal di pondok Pesantren Qomaruddin mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas, baik yang berafiliasi dengan Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan.

4.1 Mengasuh Pesantren
Seusai menikah, KH. Moh. Sholih juga aktif membantu mertuanya mengurus pondok. Setelah ayah mertuanya wafat, KH. Moh. Sholih menggantikannya sebagai pemangku pondok pesantren Qomaruddin. Ia terhitung menjadi pemangku pondok yang keenam.

Pergantian estafet kepemimpinan pondok pesantren Qomaruddin tidak serta merta diterima oleh KH. Moh. Sholih a. Tawaran untuk menjadi pengganti kiai Ismail itu, terlebih dahulu ia obrolkan kepada ayah kandungnya, kiai Musthofa. Kiai Musthofa memberikan izin anaknya untuk menjadi pemangku pondok pesantren Qomaruddin dengan satu syarat, berhenti mendidik makhluk dari bangsa halus.

Mengapa syarat yang diberikan ayah kiai Shalih Musthofa begitu mistis? Yah, karena banyak orang tahu, kyai yang hidup di era pra kemerdekaan memiliki ilmu supranatural, hingga diajarkan ke para santrinya, tidak hanya santri yang tampak, tapi santri yang tak tampak pula. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh kyai Ismail, ayah mertuanya.

Dari wawancara lisan dengan masyarakat Bungah, kyai Ismail memang dikenal memiliki kesaktian. Salah satu kesaktiannya, adalah bisa membelah diri. Membelah diri di sini maksudnya adalah jasadnya bisa hadir dalam tiga acara sekaligus.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Gus Alauddin, kepala madrasah diniyah pondok pesantren Qomaruddin saat ini. Yang berjuang sebelum kyai Shalih Musthofa adalah kyai Ismail, mertuanya. Saking gigihnya kyai Ismail memperjuangkan kemerdekaan, hingga berdampak pada terbunuhnya empat keponakannya, di antaranya adalah mbah Muhtadi dan Amin yang dieksekusi Belanda di desa Dagan, kecamatan Solokuro, Lamongan. Dua keponakan lainnya mbah Hamid dan Ismail meninggal saat pertempuran. Insiden itu terjadi berdekatan saat agresi militer 1948. Meninggalnya kyai Ismail, diduga keras karena kaget dengan meninggalnya empat keponakan tersebut.

Selain kiprah kyai Ismail dalam mempersembahkan jiwa dan raganya untuk Indonesia, kyai Shalih Musthofa pun demikian. Secara tidak langsung, KH. Moh. Sholih juga berlatih tarekat dan ilmu kanuragan dari mertuanya yang sakti itu, kyai Ismail. Sehingga, selain menjadi kyai dan pemangku pondok, kyai Shalih Tsalis juga memiliki peran dalam mempertahankan dan memperjuangan kemerdekaan.

Hal itu sebagaimana yang ditulis oleh Sholeh Hayat dalam buku Kiai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan, dan diperoleh dari sumber buku Dua Abad Pondok Pesantreb Qomaruddin, 1989. Hayat mencatat di zaman perang kemerdekaan, umur kyai Shalih Musthofa mencapai 54 tahun. Perannya dalam wujud cinta tanah air dan membenci segala bentuk penindasan dengan cara ikut serta berjuang.

Kyai Shalih Musthofa terus menggembleng secara rohaniah para santri dan masyarakat. Penggemblengan itu tidak lain untuk menyiapkan pejuang perang. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh kiai Ahmad Sanusi, Sukabumi.

4.2 Karier
Selain menjadi pengasuh, KH. Moh. Sholih Musthofa juga aktif dalam organisasi dan pemerintahan . Pada bulan September 1945, KH. Moh. Sholih Musthofa menjadi ketua BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) di Keasistenan Bungah. Kemudian pada 10 November 1945
diangkat sebagai penasihat BKR (Badan Keamanan Rakyat) di Keasistenan Bungah.

Pada tahun 1947, KH. Moh. Sholih Musthofa menjadi anggota sementara sidang pengadilan agama darurat di Bungah. Setelah itu pada masa gerilya KH. Moh. Sholih Musthofa diangkat oleh Bupati Surabaya menjadi kepala pengadilan agama darurat Kabupaten Surabaya berdasarkan surat pengangkatan No: 3/P.D. tertanggal 3 juni 1949. Namun setelah roda pemerintahan berjalan dengan baik, surat pengangkatan tersebut dicabut kembali oleh Bupati pada bulan februari 1950.

KH. Moh. Sholih Musthofa pada tahun 1950-1964 menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bungah. Menurut penuturan Nyai Masfiyah Sholih, dulu pada waktu KH. Moh Sholih Musthofa menjadi Kepala Urusan Agama akan di pindah ke Gresik untuk dinaikkan pangkatnya, namun KH. Moh Sholih Musthofa menolak dengan alasan tidak mau meninggalkan pondok.

Yang terakhir KH. Moh. Sholih Musthofa pada tahun 1977 menjadi anggota DPRD Tk. II Kabupaten Gresik yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Waktu itu partai yang mengusungnya adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Abd. Rouf Djabir menuturkan bahwa sebenarnya KH. M.oh Sholih Musthofa tidak mau mencalonkan untuk menjadi DPRD dengan alasan tidak mau meninggalkan pondok, namun tetap dipaksa untuk dicalonkan. Namun jabatan di kursi dewan tersebut hanya diembannya selama tiga tahun karena penyakit levernya sering kambuh.
 

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
https://ejournal.unesa.ac.id

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya