Selektif dalam Menyebarluaskan Berita

 
Selektif dalam Menyebarluaskan Berita

LADUNI.ID - Salah satu akhlak terpuji dalam Islam adalah berhati-hati atau selektif dalam menerima informasi, tidak langsung percaya begitu saja, apalagi bersumber dari orang fasik. Al-Qur'an mengingatkan: (Hai orang-orang beriman, jika orang fasik datang kepada kalian membawa berita, maka FATABAYYANUU, TELITILAH KEBENARANNYA, agar kalian tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kalian menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat, 49: 6).

Demikian juga lebih berhati-hati lagi dalam menyebarluaskan informasi. Orang yang terlalu gampang ngomong tanpa didukung data dan fakta, termasuk gampang menyebarluaskan postingan apa saja, maka orang itu bisa dikategorikan berbohong.
Rasulullah SAW bersabda: 
كفي بالمرا كذبا ان يحدث بكل ما سمع 
Cukuplah seseorang itu melakukan KEBOHONGAN apabila ia menceritakan semua apa yang ia dengar. (HR. Muslim dari Hafsh bin 'Ashim).

Pesan utama hadis ini penting dijadikan pedoman dalam menyikapi postingan berita di media sosial antara berita palsu, provokatif, pemecahbelah umat, dan berita benar. Sangat menyedihkan ketika berdasar pada berita bohong dijadikan dasar untuk menilai jelek bahkan mencaci maki tokoh dan ulama. Terkadang, Gambar dan berita 2 tahun yang lalu, diposting dan disebarkan seolah-olah peristiwanya baru saja terjadi. 
Perlu mengedepankan kehati-hatian dalam menyampaikan dan menyebarkan sesuatu yang diketahui. Perlu pertimbangan, mana yang layak dusebarluaskan terutama ke media sosial, mana yang cukup diketahui dan disimpan untuk diri sendiri. 
Abdurrahman bin Mahdi mengatakan, tidak layak diangkat seseorang menjadi imam atau pemimpin panutan sampai ia mampu menahan diri berbicara sesuatu yang didengarnya. 

Oleh: Dr.Wajidi Sayadi

Dosen IAIN Pontianak