Berapa Lama Masa Iddah Perempuan yang Tidak Pernah Haid?

 
Berapa Lama Masa Iddah Perempuan yang Tidak Pernah Haid?
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Masa iddah adalah periode penantian yang harus dilewati oleh seorang perempuan setelah terjadi perceraian atau kematian suami. Namun, bagi perempuan yang tidak pernah haid atau tidak lagi mengalami haid karena sudah mengalami menopause, konsep masa iddah dapat menjadi lebih kompleks. Dalam Islam, masa iddah bagi perempuan yang tidak pernah haid atau telah menghentikan menstruasi dikaitkan dengan kondisi fisik dan status pernikahan yang bersangkutan.

Dalam situasi ini, masa iddah bagi perempuan yang tidak pernah haid tergantung pada beberapa faktor. Pertama-tama, jika perempuan tersebut belum pernah menikah atau belum consummated (melakukan hubungan intim setelah pernikahan), maka masa iddahnya dihitung berdasarkan waktu yang disepakati dalam syariat Islam, yaitu tiga bulan. Namun, jika perempuan tersebut telah menikah dan consummated, maka masa iddahnya menjadi lebih panjang dan dihitung sesuai dengan kondisi fisiknya.

Ketika perempuan tersebut telah mencapai usia menopause dan tidak lagi mengalami menstruasi, masa iddahnya dihitung berdasarkan periode tertentu yang ditentukan oleh hukum Islam, biasanya tiga bulan. Meskipun tidak ada darah haid yang menjadi acuan, masa iddah tetap penting dalam memberikan kesempatan bagi perempuan tersebut untuk memproses perceraian atau kematian suami secara emosional dan untuk mencegah kemungkinan kehamilan.

Dalam konteks ini, penting bagi perempuan yang tidak pernah haid untuk berkonsultasi dengan otoritas agama atau ulama untuk memahami masa iddah mereka secara lebih spesifik sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Meskipun kasus ini mungkin jarang terjadi, pemahaman yang tepat tentang masa iddah adalah penting dalam memastikan bahwa hak-hak perempuan dalam agama dihormati dan dipelihara dengan benar.

namun jika dilihat dari kacamata kaidah Islam, jika ada seorang wanita tidak pernah haid, kemudian di cerai suaminya, dan ia tetap tidak pernah haid sampai kira-kira lebih 5 tahunan, kemudian ada orang yang melamar, apakah iddahnya harus menunggu sampai usia 63 tahun atau bagaimana ? Adakah pendapat ulama yang memperbolehkan wanita tersebut untuk menikah lagi (walaupun pendapat yang dhaif, atau di luar madzhab syafi'i)?

Maka melihat dari beberapa problematika tersebut memiliki jawaban yang diperinci:

1. Wanita yang tidak pernah haid sama sekali maka iddahnya adalah 3 bulan, setelah itu boleh menikah lagi, tidak perlu nunggu sampai umur 63 tahun. Lihat Kitab Raudhah (8/370):

الصنف الثالث : من لم تر دما ليأس ، وصغر ، أو بلغت سن الحيض أو جاوزته ولم تحض ، فعدتها ثلاثة أشهر بنص القرآن

Macam  mu'taddah yang ke 3 adalah orang yang tidak terlihat adanya haid sebab sudah habis masa haidnya (menopause) dan anak-anak, atau telah sampai umur haid  atau melebihi umur haid tapi tidak mengeluarkan darah haid, maka iddahnya adalah 3 bulan berdasarkan nash Al-Qur'an Surat at-Thalaq ayat 4:

وَالَّائِي  يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ  فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَالَّائِي لَمْ يَحِضْنَ ۚ

"Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara  perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. "

Keterangan, dalam kitab:

- Kitab Fathul Qorib:

وإن كانت  تلك المعتدة  صغيرة  أو كبيرة لم تحض أصلا ولم تبلغ سِنَّ اليأس  أو كانت متحيرة  أو آيسة فعدتها ثلاثة أشهر هلالية إن انطبق طلاقها على  أول الشهر.

فإن طلقت في أثناء شهر فبعده هلالان، ويكمل المنكسر ثلاثين يوما من الشهر الرابع

- Kitab Kifayatul Akhyar :

النَّوْع  الثَّالِث من لم تَرَ دَمًا إِمَّا لصِغَر أَو اياس أَو بلغت سنّ الْحيض  وَلم تَحض فَعدَّة هَؤُلَاءِ بِالْأَشْهرِ قَالَ الله تَعَالَى  {وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ  فَعِدَّتُهُنَّ ثَلاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ} يَعْنِي  كَذَلِك قَالَ أبي بن كَعْب رَضِي الله عَنهُ أول مَا نزل من الْعدَد  {وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاثَةَ قُرُوءٍ}  فارتاب نَاس فِي عدَّة الصغار والآيسات فَأنْزل الله تَعَالَى {وَاللَّائِي  يَئِسْنَ} الْآيَة

2. Menurut qaul jadid harus menunggu sampai usia menopouse yaitu usia minimal 60 tahun. Tetapi menurut qaol qodhim yang dipilih oleh Ashab Syafi'iyah wanita tersebut cukup menunggu dari mulai talaq sampai rata-rata hamil, yaitu 9 bulan, dan apabila haid maka iddahnya  3 kali suci tetapi jika tidak haid ditambah 3 bulan jadi iddahnya  9 + 3 = 12 bulan. Sedangkan menurut Ashab Syafiiyyah yang lain wanita tersebut  harus menunggu maksimal masa kehamilan yaitu 4 tahun di tambah iddah 3  bulan jadi 4 tahun + 3 bulan. Dan menurut pendapat yang lain wanita tersebut  cukup menunggu minimal masa kehamilan yaitu 6 bulan di tambah iddah 3  bulan jadi 6 + 3 bulan = 9 bulan. Nah, dari sekian banyak pendapat, yang paling unggul adalah pendapat yang kedua yaitu rata-rata masa kehamilan ditambah iddah 3 bulan = 12 bulan. Lihat Kitab Mahalli lil-Qolyubiy, juz 4 halaman 42:

أولالعلة  تعرف وكذافى الجديد تصبرحتى تحيض فتعتد بالأقراءأوتيأس فتعتد بالأشهر وفي  القديم تتربص تسعة أشهرمدة الحمل غالباوفي قول من القديم أربع سنين أكثرمدة  الحمل وفي القول مخرج عليه ستة أشهرأقل مدة الحمل لظهورأمارته فيها وجبة  الأقراء ثم تعتد بالأشهرإذالم يظهرحمل

Masih dalam kitab dan halaman yang sama; tentang wanita yang tidak pernah haid sama sekali walaupun pernah melahirkan dan nifas:

  وحرة لم تحض  أصلا   أو يئست   من الحيض  عدتها   بثلاثة أشهر  قال تعالى   واللائي يئسن من المحيض من نسائكم إن ارتبتم فعدتهن ثلاثة أشهر

واللائي لم يحضن أي فعدتهن كذلك والمراد بالأشهر الهلالية

قوله : ( لم تحض ) وإن ولدت ورأت نفاسا كما مر .

Wallahu a’lam. [] 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 25 Januari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
__________________
Editor: Kholaf Al Muntadar