Saat Darul Islam Ancam NU Banyuwangi

 
Saat Darul Islam Ancam NU Banyuwangi

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam sejarah Republik Indonesia, pernah terjadi beberapa kali aksi pemberontakan. Selain yang dilakukan oleh PKI, juga digerakkan oleh Darul Islam (DI). Pemberontakan yang dipimpin oleh SM Kartosuwiryo tersebut, berpusat di Jawa Barat. Banyak serangan-serangannya yang cukup mematikan. Bahkan, Presiden Soekarno lebih dari sekali pernah mengalami upaya pembunuhan yang dilakukan oleh DI.

Meski tak semencekam di Jawa Barat dan Jakarta, Jawa Timur juga tak terhindar dari ancaman DI. Hal ini, misalnya, terlihat dari ditunjuknya KH. As'ad Syamsul Arifin dari Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukerjo, Situbondo sebagai salah satu Kiai Pembantu Keamanan (KPK). Devisi ini dibentuk khusus oleh Perdana Menteri II KH. Idham Chalid untuk menghadang propaganda Darul Islam.

Keterangan foto tidak tersedia.

Lantas, bagaimana dengan Kabupaten Banyuwangi sendiri? Sepengetahuan penulis, tak ada riset ataupun tulisan daring yang mengupas hal tersebut. Namun, bukan berarti tak ada pergerakan DI di ujung timur Pulau Jawa tersebut. Setidaknya hal tersebut, terlihat dari sebuah surat yang ditemukan di kediaman Pak Syamsudin di Kelurahan Sukowidi, Banyuwangi.

Surat bertanggal 5 September 1959 tersebut, merupakan koleksi ayahandanya, Kiagus Abdul Aziz. Jika ditilik dari alamatnya, sebenarnya surat tersebut ditujukan kepada Kiagus Kahfi (dalam surat tertulis Kahpi). Tak lain adalah kakak dari Abdul Aziz. Sedangkan jika melihat isi di dalamnya, surat itu ditujukan kepada Kahfi dan Aziz cs.

Surat tersebut dikirim oleh Saleh Djabar. Ia merupakan "Kei III Bn Infateri 19087 P.P Darul Islam yang bermarkas di Banyuwangi Selatan". Tak diketahui dimana tepatnya si pengirim berasal. Ia mengancam kiagus bersaudara tersebut atas keterlibatannya di kepengurusan Nahdlatul Ulama Banyuwangi.

Saleh mendapatkan salinan hasil konferensi Cabang NU Banyuwangi yang mana menempatkan Kahfi sebagai pengurus Bagian Ma'arif. Hal ini, bagi Saleh, merupakan preseden buruk untuk DI. Keterlibatan di NU sama halnya menghalangi upaya DI untuk mengubah negara Pancasila menjadi negara Islam.

Sebagaimana diketahui, NU merupakan ormas Islam yang awal menyebut gerakan yang dilakukan oleh DI tersebut merupakan aksi bughot (pemberontakan). Padahal, saat itu, Presiden Soekarno sendiri masih ragu untuk menyikapi aksi yang dipelopori kawan semasa di kost-kostan HOS Tjokroaminoto itu.

Dalam surat tersebut, Saleh sebenarnya hendak merayu Kahfi dan saudaranya untuk menyebrang dari NU ke DI. Ia menjanjikan akan memberikan posisi apapun yang diminta jika DI berhasil menguasai NKRI. Namun, dalam surat yang sama, Saleh juga mengancam jika permintaannya ditolak.

"... akan kita kirimkan ke alam baka agar tidak terus menerus merintangi perjuangan," ancamnya dengan dibubuhi underline pada kalimat ke alam baka.

Tentu saja gertakan tersebut tak dihiraukan. Kahfi tetap bersikukuh sebagai kader NU. Begitu juga dengan Aziz. Sementara DI, sebagaimana waktu membuktikan, menemui ajalnya sendiri. Indonesia tetap tegak dengan menjunjung tinggi Pancasila.

Bagaimana teks selengkapnya surat tersebut? Sabar dulu....

Oleh Ayung Notonegoro