Kiai Said: Sesuatu Kalau Dimulai dari NU, Beres Itu

 
Kiai Said: Sesuatu Kalau Dimulai dari NU, Beres Itu

LADUNI.ID, Jakarta – Berdasarakan penjelasan dari Ketua Umum PBNU bahwa NU pernah melakukan kerja-kerja mendukung pemerintah dengan hasil yang memuaskan. Ia menyebutkan beberapa agenda tersebut, yaitu Keluarga Berencana (KB), masalah bunga bank, dan pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI).

“Segala sesuatu kalau dimulai dari NU, beres itu. Dulu Keluarga Berencana alot itu,” tuturnya saat acara pengajian rutin Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dengan tema Istighotsah untuk Indonesia Aman dan Damai di Gedung PBNU, Jakarta Rabu (20/2) malam.

Kiai asal Cirebon, Jawa Barat ini mengatakan bahwa, para kiai NU membahas KB pada sebuah Musyawarah Nasional Alim Ulama atau muktamar NU pada tahun 1980-an.

“Dalam munas atau muktamar, KB yang bertujuan untuk kesehatan, mengatur kelahiran anak itu boleh, yang tidak boleh itu, KB karena takut melarat, anaknya banyak takut melarat, tidak boleh itu. Kalau Keluarga Berencana untuk kesehatan, kemaslahatan, menjaga supaya istri tetap cantik, itu boleh,” jelasnya.

NU juga memiliki andil di dalam dunia perbankan misalnya dalam upayanya mencari jalan keluar menurut hukum Islam. Pada mulanya umat Islam mengharamkan bunga bank.

“Ketika pemerintah ada program BPR. Masih banyak yang mengharamkan bunga bank. Begitu Muktamar Krapyak, tahun 1989, para kiai menyebut hukum bunga bank syubhat. Haram banget tidak. Halal banget juga tidak,” terangnya.

Selain itu, ia juga berpendapat, jika uangnya 200 ribu, masih layaklah disimpan di bawah bantal. Namun, jika uangnya 2 2 miliar boleh disimpan di bank. Bunganya lalu disedekahkan. 

“Alhasil dimulai dari NU, tersebar sebagai agenda nasional,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah yang berceramah sambil lesehan ini.

Bukan hanya itu saja, Kiai Said juga menyebutkan tentang pembubaran PKI. Waktu itu, Partai NU mendukungnya. Kemudian turut serta mengangkat Soeharto sebagai presiden.

Kendati begitu, meski turut serta mendukung Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, pada perjalanannya NU tidak diberikan peran. “NU disuruh sidakep, takbiratul ihram saja,” pungkasnya.